Bagian 11

0 0 0
                                    

Quest 11 : Buatlah tokoh utama berulang tahun. Datangkan (calon couplenya) di depan rumahnya dengan tujuan untuk memberi sebuah hadiah. Boleh digambarkan keadaan canggung/enjoy, terserah. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

Setelah seharian jalan-jalan. Yana dan Nisha pulang ke rumah Nisha. Di depan gerbang masuk Yana merasa tidak asing dengan mobil putih yang terparkir di halaman rumah Nisha.

Nisha yang sudah lelah segera menyeret Yana untuk masuk. Saat pintu dibuka, ternyata ada dua orang yang sedang menanti Yana. Sarah dan Reyhan langsung menghampiri Yana dan memeluknya erat.

Air mata Yana langsung mengalir. Keluarga itu saling menumpahkan isi hati mereka.

Sarah memegang wajah Yana, "kita pulang,yah, Sayang. Maafin kami,"

"Iya, nak. Ayo kita pulang, Papi janji kita bakalan selalu ada buat kamu," ucap Reyhan.

"Maafin Yana juga Mi, Pi. Yana udah lari dari rumah tanpa sepengetahuan kalian. Kalian pasti khawatir," Orang tua Yana pun mengangguk.

Mereka pun kemudian berpamitan dengan keluarga Nisha. Tetapi Yana dan kedua orang tuanya tidak langsung pulang. Melainkan berbelok arah menuju ke mall untuk membeli dekorasi dan bahan makanan. Mereka akan merayakan hari ulang tahun Yana yang ke 18 tahun.

Jangan tanya sebahagia apa Yana saat ini. Tapi yang pasti senyum sumringah selalu terpatri di wajah cantiknya.

Sarah dan Reyhan benar-benar mengatur semuanya dengan baik. Tak tanggung-tanggung mereka juga mengadakan makan gratis bagi warga di daerah itu.

Untuk tempat, taman belakang favorit Yana disulap menjadi tempat pesta ulang tahunnya. Tidak mewah, tapi berkesan.

Yana senang sekali bisa merayakannya bersama orang tuanya. Yana mengundang beberapa teman dan tetangganya.

*****

Gemerlap lampu menerangi seluruh taman. Suara tawa mendominasi suasana malam ini. Padahal pemeran utama belum memasuki tempat, lantaran masih dirias.

"Mami, Yana gak mau dirias, di make up. Yana mau ultah, bukan nikah!" ucap Yana kesal.

"Nikah aja sekalian, gak papa," ujar Sarah.

Yana memandang maminya dari cermin seraya memutar bola matanya, "gak ada calon, Mi."

"Nanti juga ketemu di pesta," celetuk Sarah.

Yana spontan menoleh ke belakang, "what! Siapa?"

"Jodoh kamu, lah,"

*****
Satu-persatu tamu memasuki gerbang masuk, tetapi pria dengan setelan jas hitam dan kemeja maroon itu enggan untuk melangkah lebih jauh. Menatap benda yang ditentengnya dengan gusar.

Melongok ke dalam saat tawa menggema keseluruhan rumah. Berharap tidak ada yang mengenalnya, tapi tidak mungkin. Karena kebanyakan tamu adalah murid-muridnya.

"Apa aku titipkan saja?" gumam Haydar.

Pria itu pun menghela nafasnya saat mengingat sang umi yang menyuruhnya memberikan hadiah itu langsung ke orangnya.

"Nak Haydar?" panggil seseorang.

Haydar yang membelakangi gerbang lantas menoleh, "Pak Reyhan, assalamualaikum,"

Haydar menghampiri calon mertuanya dan menyalami tangannya, "waalaikum salam, nak," Reyhan menepuk pundak Haydar.

"Mari masuk," ajak Reyhan.

"E-emm ... Iya," jawab Haydar ragu.

Yana yang sudah selesai dirias itu tidak sengaja melihat Haydar dengan setelan formalnya, ketika melewati lorong menuju taman. Matanya menatap lekat wajah separuh tampan itu dengan penuh semangat.

Kakinya beradu dengan lantai dan menghampiri dua manusia yang belum menyadari kehadirannya.

"Hai, calon imam," ucap Yana riang.

Haydar dan Reyhan menoleh dengan reaksi yang berbeda. Reyhan tersenyum melihat anaknya dan Haydar yang tertegun sejenak melihat kecantikan Yana.

"Astaghfirullah,"

Haydar memalingkan wajahnya dan mengusap dadanya beristighfar. Detak jantungnya berdegup tak beraturan, sampai Haydar mengira dia memiliki riwayat penyakit jantung.

Senyum manis itu masih betah di wajah Yana, "mari masuk, mas,"

Sungguh Haydar seperti kehilangan tenaga di kakinya. Dia tidak mengerti, mengapa dia seolah kini tak berdaya dihadapan Yana. Apakah Haydar sudah mengklaim dirinya atas Yana?

"Kenapa bisa begini?"

527 kata
Rin_Blueberry
wga_academy

Buyung Upik (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang