Bagian 12

0 0 0
                                    

Quest 12 : Buatlah tokoh utama kecelakaan, tapi jangan sampai mati. Settingkan calon couplenya panik dan gambarkan perasaannya pada tokoh utama. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

Kini pesta telah usai, para tamu sudah pulang. Tinggal Haydar yang masih duduk di kursi taman bersama orang tua Yana. Menunggu Yana yang mengantar temannya.

Yana menatap bingung ke arah orang tuanya dan pria yang tidak lain tidak bukan adalah gurunya itu. Seakan mengerti dengan apa yang dipikirkan putri mereka, Reyhan dan Sarah menyuruh anaknya untuk duduk.

Setelah dirasa cukup, Reyhan membuka pembicaraan, "baiklah, karena kita sudah berkumpul bersama. Ada hal yang ingin papi sampaikan pada Yana,"

Yang terpanggil itu pun menoleh seraya menunjuk dirinya dengan jari telunjuknya, "Yana?"

Reyhan melirik istrinya, "iya, Sayang. Gini ... Emmm, sebenarnya kita...." Sarah menjeda ucapannya sejenak, "kami berniat menjodohkan kamu dengan nak Haydar,"

Brak!

Suara kursi yang jatuh itu mengalihkan perhatian semua orang. Yana mematung dengan ekspresi datar, serta mata yang berkaca-kaca. Sarah bangkit dan langsung menghampiri Yana.

"Sayang, dengerin mami dulu. Kalau kamu pikir kita ngelakuin ini buat ninggalin kamu, itu gak bener. Haydar anak yang baik, dari keluarga yang baik pula. Mami kenal dengan orang tua Haydar, karena mereka sahabat mami. Dan mami percaya Haydar bisa menuntun kamu kejalan yang benar, karena kita tidak bisa memberikan itu sama kamu, Sayang," jelas Sarah panjang lebar dengan suara yang semakin lenyap diterpa angin tanpa melihat wajah putrinya.

Reyhan mengusap kepala Yana, "Laki-laki yang baik dan kuat agamanya adalah pemimpin yang terbaik," timpal Reyhan.

Haydar terdiam menyaksikan kekalutan di depannya. Entah, bagaimana Haydar bertekad untuk membahagiakan Yana.

Yana mengangkat wajahnya perlahan, tapi karena wajah yang mengusik ketenangannya sejak beberapa waktu lalu itu menatapnya intens. Yana tidak kuat menahan diri untuk diam. Alhasil dia malah mundur dan berbalik arah seratus delapan puluh derajat.

Gerakannya yang tidak mulus membawanya pada petaka. Ada benda runcing yang menancap tepat di perut berbalut dress itu. Ranting pohon berukuran kecil seperti pisau itu lupa dibereskan oleh tukang kebun rumahnya.

"YANA!"

Kejadian itu membuat panik yang melihatnya. Seandainya tidak ingat bahwa mereka bukan mahram, Haydar adalah orang pertama yang menyelamatkan Yana.

Yana dibawa ke RS Fatmawati dengan bersimbah darah. Rona wajahnya hilang ditelan pucat. Tubuh lunglai tak bertenaga tanda sudah banyak darah yang mengalir keluar.

Petugas shift malam itu langsung memindahkan tubuh Yana ke brankar. Sarah menangis tersedu-sedu melihat putrinya dan Reyhan menenangkannya.

Haydar menatap pintu masuk yang ditutup dengan perasaan sakit yang belum pernah dia rasakan. Membayangkan calon istrinya terbujur kaku tak mampu Haydar gambarkan. Dia belum mengenalnya, bertemu pun masih bisa dihitung dengan jari. Tetapi kenapa membuat Haydar seolah tak berdaya padanya.

Kini hanya kepada-Nya Haydar bisa mengadu. Dengan langkah pasti dia menuju musholla di RS itu.

"Ya Allah, tolong lindungilah dia. Angkatlah sakitnya, kembalikanlah senyumnya, dan berilah dia kebahagiaan. Apapun keputusannya untuk perjodohan ini, semoga itu adalah yang terbaik dan lindungilah hati hamba. Jangan biarkan ia menaruh hati pada tempat dan waktu yang salah. Maafkan kelalaianku menjaga hati ini untuk senantiasa mencintaimu wahai Rabb."

*****

Setelah menghubungi keluarganya sehabis sholat subuh, Haydar mendapat kabar gembira. Yana berhasil selamat, karena tusukan ranting tadi tidak terlalu dalam dan berbahaya.

Kini, Haydar dan kedua orang tua Yana menunggu Yana sadar. Tidak menunggu waktu lama, mata lentik itu sesekali berkedut, hingga perlahan membuka matanya. Orang-orang di dalam ruangan menunggu dengan penuh harap.

Pandangan yang awalnya buram perlahan semakin jelas. Sarah yang dirundung kesedihan dan penyesalan itu mengeratkan genggamannya pada tangan Yana.

"Sayang, Mami minta maaf, yah. Mami gak maksa kamu buat terima, kamu bisa nolak. Gak papa kok, Sayang," ujar Sarah cepat.

Haydar menatap tak percaya. Air mukanya perlahan sendu. Begitu juga Yana yang melotot lebar mendengar perkataan maminya.

"Mi, Yana baru sadar, jangan ajak ngomong dulu," tegur Reyhan.

"Sayang-"

"Siapa bilang Yana nolak?" Yana berujar cepat menghentikan perkataan Sarah.

Semua mata kini tertuju pada gadis yang hampir sekarat itu.

"Yana terima perjodohan ini dengan penuh syukur. Yana ikhlas dan rela nikah sama calon imam," Yana mengedipkan sebelah matanya ke arah Haydar.

"Hah?"

Reyhan dan Sarah terkejut, sampai-sampai mereka tidak sadar separuh mulutnya terbuka. Haydar sama-sama terkejutnya dengan yang lain.

"Beneran, neng?" tanya Reyhan tidak yakin.

Yana mengangguk, "iya, nikah sekarang juga gak papa,"

Haydar diam-diam tersenyum mendengar perkataan Yana.

Sarah memukul pundak suaminya, "Pi, kayaknya anak kita harus diruqyah. Haydar, kamu bisa kan ngeruqyah, kan? Gih, ruqyah anak saya!"

"MAMIII!"

689 kata
Rin_Blueberry
wga_academy

Buyung Upik (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang