Zaskia Bunga Ayudisa. Dipanggil Kia, Itulah namaku. Lahir di salah satu kota Jawa Timur pada tahun 1998. Ya. Sekarang umurku 20 tahun, sudah masuk usia dewasa. Tapi nyatanya, aku tetap kekanak-kanakan. Mungkin karena aku anak bungsu dari 3 bersaudara. Apalagi kakak-kakakku semua lelaki, spontanitas rasa manja itu menjadi sifat paten di diriku sendiri. Diluar itu aku memiliki kepribadian yang tidak suka menonjol, walau dirumah aku suka bermanja tetapi diluar rumah aku menjadi diriku sendiri. Hmm.. bukan maksudnya aku memiliki berkepribadian ganda. Hanya saja, sifat manja itu harus tepat sasaran agar tidak menjadi berlebihan.
Aku seorang mahasiswa semester 3 dengan jurusan Ilmu Komunikasi, sebenarnya kedua orang tuaku menentang keputusanku memilih jurusan itu. Karena, kedua kakak ku menuruti setiap kemauan mereka. Kakak ku yang pertama sekarang menjadi seorang dokter, dia sudah menikah diusia 28 tahun. Sudah sekitar 2 tahun dari sekarang. Namanya Mas Abi, dia putra kesayangan ayah karena prestasi gemilangnya. Prestasi-prestasinya memang diluar nalar, aku akui dia pintar eh.. lebih tepatnya cerdas sih. Daripada aku yang buta dengan pendidikan. Kakak ku yang kedua sedikit nakal, tapi dia kebantu kepintarannya. Entah mungkin sudah menjadi keturunan dari keluarga kami. Namanya Mas Kenzie, dia tampan dan sedikit jail. Dia kelahiran tahun 1994, hanya beda 4 tahun sama aku. Sekarang ia bekerja menggantikan ayah di kantor, karena pada saat kuliah ia mengambil jurusan Bisnis di Jerman.
Kedua kakakku lulusan Luar Negeri kecuali aku yang berbeda. Sebenarnya bukan karena kedua orang tuaku pilih kasih, karena ini keputusanku. Tentunya ada sedikit pertengkaran dengan mereka. Ayah ingin aku mengambil jurusan Hukum, tapi aku menolak secara keras. Aku tidak suka dengan yang berbau hukum, UU, peraturan, dan sejenisnya. Bukan karena aku tidak bisa, tapi aku takut. Takut kejadian yang tersimpan rapi terulang lagi. Itu lebih menakutkan. Walaupun bertengkar setiap hari dengan mereka, pada akhirnya mereka menyerah dan percaya dengan keputusanku. Aku sedikit lega, mereka perlahan menerima keputusanku. Aku tidak tahu, mereka hanya menerima atau ada sesuatu dibalik tindakan mereka. Tapi, untuk sekarang aku akan menghargai mereka atas kepercayaannya. Aku memilih jurusan itu bukan seolah-olah pilih, tapi aku memikirkannya dengan matang apa yang sebenarnya aku ingin dan bakat yang aku punya.
IPK ku cukup bagus, tidak buruk. Setidaknya tidak buat malu keluargaku. Ya. IPK ku 3,35. tidak burukkan? yang penting tidak menjadi paling bawah aku sudah bersyukur. Karena Semester 1 kemaren IPK ku jelek sekali, dengan IPK ku sekarang aku sangat bangga sama diriku sendiri. Perjuangan yang aku lakukan ketika ujian, akhirnya menghasilkan buah yang manis. Sejujurnya aku percaya dengan apa yang kita perjuangkan itu akan berakhir manis bagi mereka yang berjuang. Karena itu yang aku alami sekarang. Sejujurnya IPK ku paling terendah daripada kedua kakak ku, tapi itu bukan salahku. Hanya kedua kakak ku yang terlalu pintar. Oke!! Liburan semester 2 sudah berakhir, saatnya sekarang memulai lebih baik lagi.
'Penulis'
"Kiaaaa...." Teriak seorang wanita paruh baya terdengar samar dari kamar kia.
Wanita yang dipanggil sedikit menggerakan tubuhnya. Seakan-akan itu hanya angin lewat. Matanya masih berat untuk bangun dan tubuhnya terasa pegal akibat semalam. Karena kemarin hari terakhir liburan, Kia pergi hiking bersama abang dan kawan-kawannya. Sebenarnya Kia gak mau pergi, karena hiking itu bukan hobby dia banget. Tapi, karena si-Kakaknya terus merengek agar Kia ikut. Dengan berat hati ia mengiyakan ajakan kakaknya. Ya, kakak yang dimaksud yaitu Kenzie.
"Kiaaa.. bangun, kamu gak kuliah?!!!" suara teriakan Ibu didalam kamar sangat menyakitkan di telinga Kia. Dengan penuh emosional ia duduk dari kasurnya. Menggeliat dan mengucek kedua matanya.
"Ahh.. Ibu, Kia kan masih capek. Gara-gara mas Kenzie tuh, pake acara hiking segala. Kan jadi pegel-pegel semua badan Kia" curhatnya sambil menggerutu.
"Siapa suruh kamu ikut, udah tau besoknya kamu kuliah. Salah mu sendiri." Cercah Ibunya sambil merapikan baju-baju Kia yang berserakan di lantai. Sebelum keluar dari kamar Kia, "Ayo turun, makan dulu." Ucap Ibu Kia.
Mendengar perkataan ibunya, Kia hanya bisa mengiyakan dengan perasaan kesal. Ia bangkit dari kasur lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kia termasuk anak yang susah diatur sejak pertengkaran dengan kedua orang tuanya. Karena ia memasuki masa dewasa, yang mana ia memiliki isi-isi pikiran yang selalu mengisi kepalanya. Sejak itu juga, sifat manjanya perlahan menghilang.
.
.
.
.
.
.
Silahkan dikomentari, agar saya tahu untuk berkembang kedepannya.
Tunggu Episode selanjutnya!!!
w/NMJ
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Kia
General FictionGadis keturunan Jawa tulen ini, sangat percaya bahwa rencana tuhan lebih baik daripada rencana-rencananya. Sekuat apapun usahanya, Tuhan akan mengembalikan ketempat semula yang sudah ditentukan. Itulah takdir, dia kira bertambah usia akan membuatnya...