Part 12

1.5K 39 2
                                    

POV Arya

Aku masih memandangi wajah cantik yang kini masih terlelap dalam tidurnya. Kutelusuri setiap incinya, tak ada yang terlewat, satu kata CANTIK. Tak pernah terbersit dalam hatiku kalau aku akan mencintai wanita ini begitu dalam, sosoknya yang sederhana, riang, bahkan manja, sifatnya yang malu-malu kadang membuatku gemes. Tidurnya mulai terusik karena ulahku, yang sejak tadi terus saja meraba setiap inci wajahnya, perlahan-lahan dia membuka matanya.

"Pagi, sayang. Bangun yuk dah azan subuh."

" Jam berapa, Mas?." tanyanya sambil mengucek matanya. kulihat dia masih mengantuk. Wajar saja semalam kami tidur hampir tengah malam.

"Jam 5, sayang. Nanti kalau masih ngantuk kamu bisa tidur lagi." kataku, sambil bangun dari tidurku dan meraih tangannya membantu turun dari tempat tidur, beriringan menuju kamar mandi.

"Tapi, aku ingin jalan-jalan ketaman habis shalat. Boleh yah, Mas?.'' katanya sedikit merajuk.

"Ok, sambil kita sarapan yah." jawabku, dia hanya mengangguk. Kuelus kepalanya dan dia tersenyum kearahku.

Setelah shalat, aku dan Raisa berjalan-jalan di taman rumah sakit, kutautkan jari jemariku dengannya di saat kaki melangkah, masih cukup pagi saat kami keluar dari kamar, mataharipun masih belum menampakkan wujudnya, cuaca tak terlalu dingin tapi cukup membuat Raisa menggigil, yah kondisinya memang tak cukup baik belakangan ini. Kami berjalan menelusuri sepanjang jalan yang ada di taman ini, menghirup udara pagi yang masih begitu segar.

"Cape?,'' tanyaku padanya, " kita duduk di sana yah." tunjukku pada sebuah kursi taman.

"Kamu, gak apa-apa Mas tinggal sebentar nanti siang? Ada urusan sedikit di kantor." kataku saat kami sudah duduk.

"Iya. Mas gak usah khawatir, di sinikan banyak perawat juga Dokter yang bakalan jagain Raisa."

"Mas cuma sebentar kok, nanti kalau udah kelar Mas balik lagi kesini. Kamu mau Mas bawain apa nanti?.'' satu kebiasaan Raisa yang akan selalu kuingat, kemanapun aku pergi dia selalu minta aku membawakannya apa saja sebagai buah tangan.

"Eeng... Apa yah? Tapi Raisa lagi pengen makan siomay bandung, Mas.'' aku tersenyum saat mendengar permintaan kecilnya itu.

"Siap Nyonya,'' kataku sambil mengangkat tanganku seperti orang sedang menghormat, "tapi sekarang kita sarapan dulu yah. Kamu mau makan apa?.''

"Kita sarapan bubur ayam aja Mas.'' ajaknya, aku hanya mengiyakan keinginannya. Bagiku saat ini hanya ingin membuatnya bahagia, apapun keinginannya sebisa mungkin aku ingin mengabulkannya. Setelah sarapan dan mengantarnya kembali kekamar aku pamitan padanya. Hari ini aku akan mencoba menemui Aliya dan ingin meminta bantuan padanya. Sengaja aku tak memberitau Raisa aku takut hasilnya nanti akan mengecewakannya malah berdampak buruk pada kesehatannya. Setelah semalam aku mendapatkan nomor Hpnya dari Hani akhirnya aku memutuskan untuk menemuinya hari ini. Tadi aku telah SMS dia dan ingin bertemu dengannya di tempat biasa dulu kalau kami bertemu. Tak ingin membuang waktu akhirnya aku berangkat. Dan, disinilah aku duduk di sebuah kafe tempat yang dulu sering kami datangi.

Aku sudah menunggunya selama setengah jam tapi orang yang aku tunggu belum juga datang, sesekali aku cek HP, siapa tau ada SMS atau BBM darinya, tapi sudah beberapa kali di cek nihil tak ada satupun kabar darinya kalau dia akan datang. Jujur saja aku mulai tak sabar, sesekali kulirik jam yang melingkar di tanganku.

Karena bosan, kuedarkan pandanganku keseluruh ruangan. Kapan terakhir kali aku ke sini. rasanya sudah lama sekali aku tak datang ketempat ini, dan terakhir aku ke sini saat janjian dengan Raisa, dan itu pertama kalinya aku melihat Raisa dari dekat dan juga berbicara padanya. Selama ini aku hanya melihatnya sesekali saja dan itupun sekilas dan tak pernah bertegur sapa hanya seulas senyum yang dia berikan.

Cinta Untuk RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang