2.5

170 23 0
                                    

Joohyun

"Joohyun unnie, aku berani bersumpah aku bakal mencabik-cabik wajah si mesum Jaehyun itu kalau sampai aku melihatnya lagi!" Yeri berseru, mukanya terlihat jengkel luar biasa, badannya yang memang sudah mungil itu duduk meringkuk di salah satu sofa di markas kami dalam posisi yang aneh.

"Jangan dong, rencana kita kan belum seratus persen berhasil." Seokjin menimpali dengan santai, matanya sibuk menatap layar tablet di pangkuannya. Kami baru saja tiba di markas setelah menyelesaikan semua urusan dengan Jaehyun di acara dressage kuda itu, dan Seokjin sama sekali belum mengganti bajunya. Dengan kemeja acak-acakan, rambut yang sudah tidak rapi, dan gaya duduk seperti itu dilengkapi wajahnya yang sibuk mengamati rekaman CCTV acara dressage serta situasi kantor milik Jaehyun dari tablet, Seokjin terlihat benar-benar tampan.

Heh. Apaan sih! Ngapain aku jadi mikir ngelantur begini? Ini pasti efek matahari musim panas!

"Tapi aku nggak tahan harus berpura-pura manis lebih lama lagi di depan dia!" Yeri membela dirinya sendiri. "Aku kan, bukan aktris sehebat Joohyun unnie!"

"Kata siapa? Aktingmu sudah bagus kok." aku duduk di samping Yeri kemudian merangkulnya. "Kamu memiliki bakat akting yang natural, adikku yang manis~"

"Ugh!" Yeri mendengus kemudian menjauh dariku, menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya.

"Loh, Joohyun noona bener kok. Akting kamu emang bagus, kamu juga kelihatannya serasi banget sama si Jaehyun itu." sama seperti Seokjin, Jungkook menimpali sambil sibuk dengan laptop di pangkuannya. Bedanya, nadanya terdengar jauh dari kata santai dan bahkan terdengar mencibir.

"Bilang saja kamu cemburu." Namjoon mengomentari perkataan Jungkook, membuat hacker muda serba bisa itu menatapnya dengan mata terbelalak.

"Sembarangan! Aku? Cemburu untuk si bawel mungil Yeri ini? Nggak mungkin! Mana ada!"

"Uh-huh."

"Ssshhhtt! Berisik ih!" Yeri melempar bantal sofa di dekatnya kepada Jungkook, yang tidak cukup cepat untuk menangkis bantal tersebut, dan Namjoon, yang mampu menangkap lemparan bantal itu dengan kecepatan cahaya.

Yeri kemudian beranjak dari tempat duduknya sambil bersungut-sungut kesal. Langkahnya yang sengaja ia hentakkan terdengar menggema di seluruh ruangan kemudian menghilang ketika ia masuk lalu membanting pintu kamarnya. Jujur saja, pertengkaran antara ketiga anggota termuda ini terkadang membuatku capek melihatnya. Tapi, aku juga tidak bisa menyangkal bahwa mereka-mereka ini yang menghidupkan suasana markas kami sekaligus menjadi nyawa bagi tim ini. Kalau Seokjin tidak merekrut Namjoon dan Jungkook saat itu, dan kalau saja aku tidak merekrut Yeri ketika kebetulan bertemu dengannya di sebuah kesempatan, tim kami mungkin tidak bakal sesolid sekarang.

"Aku mau olahraga dulu deh. Beritahu aku kalau ada perkembangan ya." Namjoon beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan dengan cepat menuju kamarnya.

"Kalau gitu aku mau lanjut bobol firewall website si cacing itu di ruang rapat aja." Jungkook mengikuti jejak Namjoon kemudian meninggalkanku berdua di ruang santai bersama Seokjin.

Karena dari tadi sibuk memperhatikan pertengkaran seru antara anak-anak tim, aku sampai tidak sempat mengamati Seokjin dan baru menyadari bahwa wajahnya terlihat jauh lebih serius daripada sebelumnya. Keningnya tampak berkerut, dengan butir-butir keringat sebesar biji jagung di pelipisnya yang aku yakin bukan gara-gara suhu musim panas.

Aku mendekati Seokjin yang sedang duduk di single sofa, menepuk pundaknya, berpura-pura tidak menyadari ekspresinya yang seperti baru saja melihat hantu.

LEVERAGE [Book 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang