Seokjin
Aku selalu percaya bahwa keadilan akan tetap berdiri dengan tegak di tempat dimana seharusnya dia berpijak.
Wow, oke. Kalimat pembukaan yang cukup puitis, ya?
Tapi intinya, kalimat puitis itu yang selalu menjadi pedomanku dalam melakukan pekerjaanku setiap harinya, tertanam dalam alam bawah sadarku seperti sebuah mantra yang mendorongku untuk melakukan hal-hal baik.
Nah, sekarang kalian pasti bertanya-tanya apa sih pekerjaanku sampai-sampai aku harus menjadikan sebuah kalimat puitis seperti diatas sebagai pedoman hidup seperti seorang sastrawan saja?
Biar aku jelaskan secara singkat kisah hidupku kepada kalian sebelum kalian mulai membaca cerita ini.
Namaku Kim Seokjin, dan dulu aku adalah seorang detektif kepolisian. Pekerjaan yang bagus karena memang menjadi seorang detektif yang hobinya menyelidiki kasus dan memecahkan masalah adalah keahlian aku banget. Selain itu, entah mukjizat apa yang Tuhan berikan kepadaku tapi aku selalu tahu persis bagaimana jalan pikiran para pelaku kejahatan itu, membuatku jadi selalu berhasil untuk menipu mereka dan menjebak mereka sehingga mereka mudah tertangkap.
Prestasiku selama dua tahun di kepolisian terbilang cukup gemilang. Namaku pun dengar-dengar dikenal oleh penjahat di seluruh kota Seoul, dan sepertinya, hal itu juga yang membuatku kehilangan pekerjaanku dalam waktu singkat.
Aku dijebak oleh seseorang, dan karena jebakan itu, aku dikeluarkan dari kepolisian secara tidak terhormat.
Aku masih merasa kesal dan marah jika mengingat-ingat kejadian itu lagi. Jelas saja, karena sebenarnya aku sama sekali tidak bersalah. Saat itu yang kulakukan hanyalah melakukan tugasku menyelidiki kasus hilangnya sebuah permata bernilai milyaran milik seorang nenek-nenek tua kaya raya, tapi ketika aku tengah melakukan pekerjaanku, tahu-tahu saja apartemenku didobrak oleh orang-orang kepolisian sendiri dan aku di tuduh melakukan pencurian permata itu.
Demi Tuhan, demi neptunus, dan demi segala ubur-ubur di lautan, aku sama sekali tidak pernah melakukan itu. Aku sendiri tidak mengerti kenapa orang-orang ini tiba-tiba saja menuduhku macam-macam dan saat itu aku sudah siap memberontak menyangkalnya habis-habisan.
Anehnya, permata yang mereka sebut aku curi itu ada didalam lemari pakaianku.
Sisanya, semuanya berlalu kacau seperti sebuah film yang sangat tragis.
Aku sempat hidup seperti seorang gelandangan yang tidak punya tujuan—mabuk setiap hari, tidak menggosok gigiku, tidak mandi berhari-hari, pokoknya seperti itu deh. Tampangku sudah seperti mayat hidup dan aku sempat terpikir untuk sekalian mengakhiri hidupku saja. Aku baru saja kehilangan segalanya, seluruh duniaku rasanya hancur saat itu juga.
Kemudian aku bertemu dengan dia.
"Bisa berhenti melamun dan bantu aku sekarang?"
Nah, kan, dia memang selalu galak.
"Maaf." aku mendekatinya. "Cuman kepikiran sesuatu."
Dia mendengus tanda bahwa perkataanku tidak disukainya.
"Kim Seokjin, kamu mungkin pandai menipu orang, tapi kamu nggak akan pernah bisa menipu aku."
Aku tersenyum mendengar celotehannya. Diantara semua orang, Joohyun memang yang paling mengerti aku.
"Ada apa sih? Dari tadi pagi kamu murung terus." tanyanya lagi, sementara jemari tangannya yang lentik itu sibuk bermain-main dengan ratusan kabel yang memusingkan di hadapan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVERAGE [Book 1]
ActionKim Seokjin adalah seorang mantan detektif yang kini menjadi otak dari semua kasus penipuan besar tanpa pernah ketahuan. Bae Joohyun adalah seorang aktris yang kurang laku, namun, ia telah menjelma jadi puluhan karakter yang berbeda dan menipu banya...