4.2

100 12 0
                                    

Jackson benci kegagalan.

Oleh karena itu, ia tidak pernah berhenti berusaha dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencapai apa yang ia mau sepanjang hidupnya. Ia selalu mempertahankan nilai yang baik semasa sekolah, dan ia terbukti menjadi salah satu kadet terbaik di akademi kepolisian.

Jackson tidak suka bersantai. Ia memiliki ambisi untuk menjadi seorang komisaris besar sebelum umurnya mencapai 30 tahun—hatinya selalu gerah dan panas setiap kali melihat si komisaris  yang tampangnya lusuh dan kelewat kaku itu masih menjabat dan menjadi atasannya. Pria itu bertekad akan melakukan apapun untuk mewujudkan cita-citanya, sekalipun itu artinya ia harus menyingkirkan teman sekaligus saingannya dalam kepolisian dengan cara yang kotor, sekalipun ia harus melakukan kerjaan sampingan dengan menjadi informan sekaligus tangan kanan dari seorang pengusaha.

Seorang bos besar, ia dan beberapa orang lain yang terlibat dalam bisnis ini sering menyebutnya begitu.

Bos besar memiliki banyak tangan kanan di berbagai sektor di kota ini, kota yang korup dan penuh dengan orang-orang serakah. Jackson hanya salah satu dari sekian banyak orang yang cukup waras untuk tidak macam-macam dan melawannya. Ia pandai melihat peluang, dan bos besar membukakan pintu kesuksesan untuknya jauh lebih lebar daripada siapapun di kepolisian. Oleh karena itu, Jackson sudah setia menjadi anjing kepercayaan si bos selama bertahun-tahun lamanya.

Dan kalau boleh jujur, ia tidak merasa bersalah atas semua kelicikan dan pekerjaan kotor yang telah ia lakukan. Toh, namanya selalu bersih di mata kepolisian, dan ia juga dapat bayaran yang setimpal. Semuanya selalu berjalan sesuai perintah bos dan kemauannya sendiri, jadi Jackson tidak pernah ambil pusing.

Kecuali untuk saat ini.

Dia sudah tahu dari awal bahwa si Choi Jaehyun itu tidak bisa jadi pion yang diandalkan. Cowok itu masih labih, terlalu mudah untuk tergoda hawa nafsu dan terlampau ceroboh. Entah sudah berapa kali ia nyaris melanggar perintah bos besar, dan sekarang si Jaehyun itu punya muka untuk berhenti bekerja sama dengan mereka setelah semua yang Jackson dan bos besar berikan untuknya.

Jackson ingin sekali mengikat bajingan congkak itu, menggeretnya, kemudian menceburkannya ke dasar danau hingga ia mati tenggelam.

Ponselnya berbunyi ketika Jackson hendak meminum americanonya yang sudah tidak dingin itu. Ia menghela napasnya kasar ketika nama bos besar tertera di layar, namun sebelum ia sempat menjawab telepon itu, sebuah benda kecil menggelinding dan berhenti tepat di dekat sepatunya. Mau tidak mau ia melirik kearah benda tersebut, dan tidak lama setelahnya, seorang pria tua yang berjalan denga nagak bungkuk mendekatinya dengan tergopoh-gopoh.

"Ah, maafkan aku tuan!" suara pria tua itu terdengar serak dan parau, dan Jackson cukup sopan untuk mengambil cincin yang semula menggelinding di dekat sepatunya kemudian memberikannya kepada pria tua itu.

"Oh, kamu sungguh pria yang baik! Aku memang sungguh ceroboh membiarkan benda ini terjatuh, untung saja istriku tidak memarahiku seperti biasanya!" pria tua itu mengoceh ketika menerima cincinnya yang terjatuh, dan Jackson melirik sedikit untuk melihat wanita tua yang duduk tidak jauh darinya. Jackson harus mengakui bahwa pasangan tua ini cukup keren untuk bisa makan di tempat seperti ini, namun ia bertekad untuk tidak akan menjadi pria tua yang bungkuk dan sedikit bau minyak angin seperti contoh yang ada di hadapannya ini.

"Tidak masalah, senang bisa membantu." ujarnya, sesaat terlupa oleh amarah yang semula dirasakannya.

"Terima kasih, terima kasih!" pria tua itu menepuk pundak Jackson, kemudian dengan langkah tertatih dan sedikit terseret-seret ia kembali ke tempat duduknya bersama istrinya.

Jackson mengalihkan perhatiannya dari pasangan tua itu kemudian buru-buru beranjak keluar dari café. Ponselnya mencoba untuk menelepon kembali bos besar, dan perasaan lega bercampur was-was memenuhi relung hatinya ketika telepon itu terangkat.

"Kita ada sedikit masalah. Mau aku selesaikan dengan caraku atau dengan caramu?"

Pria di ujung telepon terdengar menghela napasnya panjang, dan Jackson menunggu sampai lawan bicaranya mengatakan sesuatu sebelum ia membuka pintu mobilnya.

"Sudah kuduga Jaehyun tidak akan bertahan lama dengan kita. Biarkan saja dia, kita pakai caraku saja."

Jackson tidak menduga ini, namun cepat atau lambat, dia tahu sesuatu memang harus dilakukan untuk membuat orang lain mendapatkan pelajarannya.

"Siap, bos."


LEVERAGE [Book 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang