"jadi jeonghan lebih baik kamu jelasin dulu kenapa bisa panik kayak gini dan kalian mending duduk daripada nangis-nangis gak jelas kayak gitu" bunda khow menyuruh jeonghan yang sekarang sudah mendingan di pelukan seungkwan dan menyuruh mingyu serta jun untuk duduk di sofa setelah menangis-nangis gak jelas padahal jeonghan belum mengatakan apapun
Jeonghan menatap mereka semua, terbesit rasa sedih dan khawatir saat jeonghan ingin menceritakan kisah jihoon sehingga membuat dia segitu khawatir nya saat melihat jihoon berada di tempat yang baru dan di ketahui oleh orang baru, jeonghan menatap mereka dengan mata berkaca-kaca nya, bunda khow tau ini berat untuk jeonghan tapi jika jeonghan tidak menceritakan dan menjelaskan apa yang terjadi mereka gak akan bisa membantu nya karena mereka juga gak tau apa masalah jeonghan dan jihoon bahkan mingyu dan minghao juga tidak mengetahui nya
"Bunda tau ini berat tapi jangan di pendam sendiri, gak baik, sekarang jeonghan cerita sedikit-sedikit juga gak apa-apa" jeonghan memeluk bunda khow yang sekarang mengantikan tempat duduk seungkwan, seungkwan pindah dan membiarkan bunda khow menenangkan jeonghan sedangkan soonyoung masih di kamar nya menenangkan jihoon
"Sebenarnya....
Flashback
Di sebuah rumah mewah terdapat seorang anak kecil yang meringkuk kesakitan di sudut ruangan dengan seorang pria paruh baya yang berdiri di hadapan nya, pria paruh baya itu memegang sebuah rotan yang cukup panjang sedangkan anak kecil itu tetap meringkuk dengan berbagai luka di tubuhnya, luka yang terlihat basah dengan beberapa yang mengeluarkan darah
"Appa hiks sa..sakit hiks"
"SIAPA YANG KAU SEBUT APPA HAH!? BERHENTI MENANGIS!!! ATAU HUKUMAN MU AKAN BERTAMBAH ANAK SIALAN!!!"
"Hiks....hiks...hiks"
"BERHENTI MENANGIS SIALAN!!!" pria paruh baya itu membentak anak di hadapannya, dengan wajah yang merah menahan amarah pria tersebut mengangkat tinggi-tinggi rotan panjang yang dia genggam
Plak
Plak
Brug
Plak
Brug
Tak hanya memukul nya dengan rotan tapi pria itu juga menendang anak mungil itu dengan keras, tidak peduli jika darah sudah membasahi baju anak kecil yang merupakan anak kandung nya sendiri, Kejam itulah kata yang cocok untuk mendeskripsikan pria paruh baya yang dengan tega nya memukuli anak nya sendiri yang masih kecil, membiarkan psikis anak tersebut hancur karena appa nya sendiri yang memperlakukan nya seperti seekor hewan
"Gara-gara kau sialan istri ku harus mati!! Kah tau
Plak
Brug
Kau hanya lah iblis yang sial nya harus lahir di keluarga ku brengsek
Plak
Brug
Jika kau tak lahir mungkin keluarga ku akan menjadi keluarga yang bahagia!!! Kau bukan anak ku!!! Kau hanyalah sebuah kutukan yang sial nya hadir di rahim istri ku, kau anak pembawa sial, mati kau!!!"
Brug
Brug
Prangg
Brug
Anak kecil tadi meringkuk di atas lantai yang dingin karena cuaca di luar sedang hujan, dengan kesadaran yang tipis dia masih tersenyum pada sang apa, dengan kesadaran yang tipis juga anak mungil itu berdiri mengabaikan rasa sakit di tubuh nya yang sudah tidak mulus lagi karena banyak luka yang bahkan belum kering dan di tambah dengan luka baru yang sih segar dengan darah yang menghiasi nya, anak itu berdiri di depan sang appa dengan senyum yang menyimpan begitu banyak kesedihan dan kepedihan