XIII Orang asing

2.2K 253 43
                                    

Dikediaman keluarga Dicaprio kini tengah dalam masa tegang-tegangnya. Opanya Eliza membawa seorang gadis untuk tinggal di kediaman Dicaprio. Gadis itu adalah Anna. Yang menjadi canggung adalah Eliza yang hanya diam dengan pandangan kosong kedepan.

Meski sedang diam, namun aura Eliza sangatlah pekat. Bahkan, seseorang yang tidak memiliki daya tahan yang kuat akan pingsan dibuatnya. Semua anggota keluarga hanya diam dengan sesekali melirik Eliza.

"Ekhmm" Deheman Opa memecahkan keheningan yang terjadi. Semua anggota keluarga menatap Opa dengan pandangan canggung.

"Opa mengumpulkan kalian karena ingin menyampaikan kalau gadis yang ada disamping Opa ini akan tinggal bersama kita" ucap Opa yang dihadiahi senyuman dari seluruh anggota kecuali Eliza.

Hal ini membuat Anna tersenyum licik. "Eliza kamu kayaknya masih nggak suka ya sama aku" tanya Anna lembut, ralat dilembutkan - lembutkan.

Sontak pertanyaan dari Anna mengalihkan pandangan seluruh anggota keluarga yang awalnya menatap Opa kini menatap Eliza. Eliza yang ditatap seluruh anggota keluarga hanya memasang wajah datar tanpa minat.

"Kata siapa, Eliza suka kok sama kamu" jawab Opa

"Kakek nggak tau? Eliza ini sering banget bully Anna" ucap Johan. Sontak semua anggota keluarga menatap tajam Eliza. Bahkan mommy Eliza, Helen pun ikut menatap tajam Eliza.

Eliza yang melihat tatapan tajam dari Helen pun mendengus pelan sembari tersenyum miring. Namun, detik berikutnya ekspresi wajah Eliza kembali datar.

"Apa itu benar Eliza?" Tanya Daddy Eliza Ricard dingin.

"Ahh~~ memang apa peduliku" ucap Eliza dengan nada malasnya. "___itu pantas untuknya" lanjutnya yang mendapat tatapan aneh dari seluruh anggota keluarga.

"Eliza kamu memang anak tidak berguna" ucap Opa. Anna yang mendengar itu semakin tersenyum licik.

"Eliza hiks kamu jahat hiks banget" ucap Anna sembari menangis. Sontak seluruh anggota keluarga menenangkan Anna dan menatap tajam Eliza.

"Anna, sampai kapan kamu mau menangis?" Ucap Eliza dengan nada jengkel. "____hentikanlah!!. Menyebalkan tau" lanjutnya masih dengan nada jengkelnya.

"Eliza, itu terlalu kejam" ucap Oma

"Aktingmu yang sampai berpura - pura menitikkan air mata terlalu menyebalkan!!" Ucap Eliza yang menatap sengit Anna yang masih menangis. "___DASAR AKTRIS PAYAH!!" lanjutnya dengan bentakan.

"ELIZABETH" teriak Helen

Semua anggota keluarga bungkam tak terkecuali Anna yang tangisan sudah sedikit mereda. Sedangkan Eliza masih menatap sengit Anna.

"Anna akan tinggal disini tidak ada penolakan" ucap Helen mutlak.

"Aku tidak peduli dia tinggal disini atau menjadi bagian dari keluarga ini, tapu jika dia berani kelewat batas__" tatapan Eliza beralih menatap Ricard. "____daddy sendiri tau kan, sikap buas yang aku sembunyikan" lanjutnya sembari melirik sengit Anna.

Ricard yang mendengar ucapan Eliza seketika menegang. Dia tau sendiri buasnya anak perempuannya ketika membunuh seseorang, bagaimana anak perempuannya menggunakan berbagai gaya dalam pembunuhan yang dilakukannya. Ricard menjadi teringat saat pertama kalinya menyaksikan Eliza membunuh.

Flashback on

Ricard berdiri dengan kaku. Didepannya, anak perempuannya tengah menyeret seorang pria berjas hitam dengan satu tangan lainnya membawa sebuah kapak.

Eliza menghempaskan pria itu dengan begitu sadisnya. Ricard terkejut karena tenaga Eliza sangatlah kuat hingga dapat menyeret orang yang lebih besar darinya. Ricard melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Eliza menebas kedua telapak kaki pria itu. Hingga pria itu hanya mampu berjalan merangkak.

Eliza berdiri membawa satu kapak dengan kedua tangannya. Memandang datar pria itu yang mencoba menjauhi Eliza sembari merintih kesakitan.

Saat pria itu sudah sedikit menjauh, Eliza berjalan menghampiri pria itu dengan langkah pelan. Suasana sangat sepi hingga suara kapak yang Eliza seret terdengar jelas.

Ricard sedikit merinding walau hanya mendengar suara kapak yang Eliza seret itu.

Saat Eliza sampai tepat dibelakang pria itu, Eliza langsung saja menebas kedua telapak tangan pria itu. Pria itu berteriak kesakitan namun, bukan kasihan Eliza malah masih terlihat datar.

Ricard menelan salivanya susah payah melihat adegan dimana Eliza, putrinya itu menyiksa seseorang yang bahkan lebih tua darinya.

Ricard terkesiap tatkala Eliza dengan sadisnya menebas bagian tengah kepala pria tersebut hingga terbagi menjadi dua. Tubuh Ricard seketika gemetar melihat Eliza dengan wajah datarnya menyobek, mengambil, dan mencacah - cacah isi kepala pria itu.

Karena tak kuat melihat penyiksaan itu, Ricard berlari meninggalkan tempat itu dengan nafas yang memburu. Setelah sedikit menjauh, Ricard dengan segera menelfon tangan kanannya.

"......." Ucap seseorang yang ada diseberang sana.

"Ikuti anak Perempuanku"

"........"

"Baiklah jangan sampai ada orang lain yang tau"

"........"

"Baiklah"

"......."

Tut

Flashback end.

____

Setelah pembicaraan diruang keluarga tadi, kini Eliza kini tengah duduk di kursi taman depan mansionnya. Dirinya tidak sendiri, melainkan dengan kakak pertamanya yaitu Leon.

Mereka duduk bersampingan, mereka berdua hanya diam hingga suara Eliza memecahkan keheningan diantara mereka.

"Mau sampai kau diam saja, aku tidak punya waktu untuk bisa meladenimu lebih lama" ucap Eliza dingin disertai lirikan tajam.

"Kenapa kamu berubah?" Ucap Leon lirih, menatap Eliza dengan pandangan sendu.

Eliza menarik ujung bibirnya "Kenapa? Bukankah ini yang selalu kamu inginkan. Kamu seharusnya senang tidak akan ada lagi yang mengganggu dan menempelimu seperti parasit" ucap Eliza sarkas.

"Tapi kenapa" lirih Leon

Eliza diam, namun kemudian ia menjawabnya "Apakah orang-orang memahaniku?, Apakah kamu mempercayaiku?" Ucap Eliza pelan.

"Aku tidak tau" gumam Leon pelan dengan kepala menunduk. Meskipun hanya gumaman namun pendengaran Eliza sangat tajam." ___Maaf, maafkan aku" lanjutnya dengan suara yang sedikit terdengar jelas.

"Kau tak perlu menjelaskan apapun, tak perlu meminta maaf, kita hanyalah orang asing sekarang" ucap Eliza memandang datar Leon. Namun sorot matanya memperlihatkan kepedihan.

"Apa maksudmu?" Tanya Liam dengan mengangkat kepalanya yang menunduk.

Eliza memalingkan wajahnya menghadap Leon "Kau mengabaikan ku ketika aku berada di titik terendah hidupku!!" Ucap Eliza masih dengan wajah datarnya. "___aku tidak ingin kau menyapaku bahkan jika kau melihatku" lanjutnya.

Leon hanya diam menatap kosong kedepan, pikirannya penuh dengan perkataan Eliza. Entah karena apa, tiba-tiba rasa bersalah hinggap begitu saja didalam hatinya. Rasanya sesak setelah mendengar kata orang asing dari mulut adiknya yang dulu selalu mencari perhatiannya.

Rasanya ada sedikit rasa kehilangan yang tidak bisa dijelaskan. Ia tak rela adiknya menganggapnya orang asing. Ia ingin adiknya seperti dulu. Namun, sepertinya sekarang sudah terlambat. Adiknya sekarang jauh berbeda dengan adiknya yang dulu.

Ia menyesal, sangat menyesal andai dulu ia tidak mengabaikan adiknya. Apakah adiknya tetap tersenyum seperti dulu. Memang penyesalan itu ada diakhir.




Holla kawan, terimakasih atas dukungannya. Terima kasih sudah mau menunggu saya meng-upload cerita nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bisa spam komen kalau mau lanjut 👌


Tbc

DIVERGENT/ダイバージェントTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang