xi. respon dari mereka manusia yang beragam.

732 131 12
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jengga

| tadi Gendin langsung interogasi banyak hal sama gua

| banyak banget, sampai-sampai akhirnya harus gua jawab semua, gapapa ya?

| pasti cara gua salah ya khay menjelaskan apa yang seharusnya Lo jelasin?

| tapi tadi Gendin bertanya semua nya sama gua, tapi Lo tau apa respon nya?

| dia senyum, tapi juga menghela katanya selamat semoga selalu bahagia.

| gua sedikit kaget, tapi katanya mencintai itu urusan lo dengan siapapun lo jatuh cinta itu ngga pernah salah dan dia sebagai teman lo ngga berhak ngelarang apapun tapi dia berharap semoga lo selalu bahagia katanya.

| ini doa yang paling tulus, berjuanglah kalau lu mampu tapi lepaskan kalau lu ga kuat tapi selama mungkin dia berharap Lo bahagia— bahagia atas pilihan juga cinta lo, selamat berjuang katanya

terimakasih ya Jengga, maaf kalau| seumpama nya lo yang malah ribet jelasin nya

kita ; gua dan windu sudah terlalu| lama bersembunyi dan menjadi pecundang karna belum siap untuk melawan, tapi ga kali ini.

kali ini rasanya bersembunyi ngga| akan pernah ada akhirnya, lebih baik kita yang kasih tau daripada mereka yang tau sendiri

Jengga gua berterimakasih banyak|
lo udah dukung gua sama windu, ini makasih yang paling serius karena di saat titik terendah gua pun lo selalu ada, nanti juga gua bakal berterimakasih sama Gendin— makasih respon dia ngga menyakiti makasih juga atas doa nya

|sama sama khay, berbahagia selalu ya?

| kalau semesta bermain nya keterlaluan, cari gua biar gua yang lindungi kalian di barisan paling depan

|Sama seperti harap Gendin, berbahagia lah.





 
Membaca rentetan pesan itu membuat Windu menutup mulut nya tak percaya, ntah mengapa rasanya sangat bahagia bahwa ternyata ada ya manusia baik hati yang memikirkan hati, Windu kira akan berat mendapat respon dari lingkungan sekitar.

Ternyata ada manusia baik, manusia baik yang tak terlibat dalam skenario semesta yang antagonis.

Khayla pun tersenyum, melihat wajah cerah Windu lagi setelah beberapa hari ini gadis nya sangat di rundung mendung, hanya murung.

"Nanti ndu mau bilang makasih paling serius sama a' Jengga, semesta menciptakan dia sangat sempurna ya teh?" Ucap Windu.

Khayla pun mengaguk setuju "Jengga baik, kita doakan juga buat dia semoga semesta baik"

"Teh, dari waktu hari itu ndu uda yakin banget kalau teh Gendin tuh curiga sama kita soalnya setiap kali kumpul bareng atensi nya selalu untuk kita, kadang ndu mergokin teh Gendin yang lagi natap kita dengan penuh pertanyaan— windu cuman takut dia ngedenger hal ini dari orang lain"

Khayla pun terdiam, mungkin sebenarnya bukan hanya Gendin yang curiga dengan interaksi nya dengan Windu, obrolan malam itu saat Windu benar-benar kacau karena menangis semalaman Khayla menelfon Windu dan mereka pun berbicara hingga fajar tiba.

Sedikit banyak perbincangan tentang bagaimana mereka— bagaimana mereka menghadapi rotasi semesta yang terus berjalan, bagaimana mereka harus bangkit dari zona nyaman dan keluar dari persembunyiannya.

"Teh Aya, patah hati terhebat itu ternyata se-sederhana ini ya, ngeliat bunda berusaha baik-baik aja padahal di dalam sana semesta bunda hancur berantakan"

Saat itu, Khayla tahu betul kalau Windu sedang berusaha menahan tangis nya dengan susah payah walaupun di akhir kalimat Windu terisak sejadi-jadinya.

Khayla merasa bersalah pada hati terdalam nya , tutur batin nya berkata sudahi ini semua sudah terlalu dalam lukanya juga sudah banyak yang sakit jadinya tapi hati Khayla menolak keras selaras dengan otak nya— ini baru seperempat langkah nya belum sempurna takdir nya belum rapat bahagianya, banyak celah untuk mundur tapi Khayla akan maju untuk satu alasan ; ia ingin melihat Windu bersamanya sampai menemukan titik damai nya.

Kalau tak sempat ia buat rumah untuk Windu dengan Dirinya dimana disana mereka bisa jadi apa adanya mereka, yang penting Khayla memastikan semua sakit Windu usai dulu, itu yang Khayla mau.

"Sampaikan maaf terdalam dari teh Aya ya ndu buat bunda?, atau nanti teh Aya yang mengucap maaf paling serius untuk bunda— maaf jika jalan yang di pilih putri bunda ini melenceng keluar dari jalur norma dan moral, maaf karna teh Aya jatuh cinta dan egois ingin putri bunda ini untuk bahagianya"

Ntah maaf yang seperti apa lagi yang harus di ucap, ntah takdir apa lagi yang berucap yang jelas pilihan nya sudah dicap permanen bahwa ini salah, tapi apa bisa mereka? mereka tidak akan mau mengalah karna mereka sadar mereka akan kalah kalau tidak bersama.

"teh aya, maaf"

Windu berucap lirih, Khayla pun memanggil nama windu dengan lembut, ucap nya sederhana "Windu jangan pernah minta maaf dengan apa yang terjadi ya?, biar teh Aya yang meminta maaf paling serius untuk segala yang terjadi, windu cukup tutup kuping aja dengan apa yang terjadi, biar teh Aya yang ngegantiin telinga windu untuk mendengar apa yang seharusnya ngga windu dengar, Windu ga salah, kita ga salah, jatuh cinta ngga salah yang salah adalah kita yang ada disini, di kota juga negara yang mengagap kita yang satu menjadi tabu"

"Teh Aya?, selalu seperti ini ya? jangan kemana-mana?"

"Teh Aya ngga akan kemana-mana ndu, sejauh apapun nanti jarak kita kalau memang takdirnya adalah untuk dipisahkan ndu cukup tatap langit kota hujan ya?, lihat indah nya itu sudah teh Aya lukis dengan ribuan rindu untuk windu jika nanti memang akhirnya kita ngga jadi satu" .

"Jadi suatu saat teh Aya pergi juga dari ndu?"

"teh Aya ngga pergi, ngga akan pernah pergi walaupun raga teh Aya udah ngga sama ndu lagi percayalah jiwa teh Aya akan selalu terbawa oleh windu, jadi jangan takut teh Aya kemana mana ya?"

"Ndu mau nya raga juga jiwa teh Aya sama windu"
 
"Teteh pun begitu"

"Lantas kalau gitu teh Aya jangan pergi???"

Khayla pun terdiam, tidak bisa menjanjikan sesuatu yang tak pasti— mereka tak akan pernah pasti kan?, tidak pasti bagaimana akhirnya.

"Ndu"

"Iyaa?"

"Sudahi yu persembunyian ini?"

"Maksud teh Aya?"

"Iya, biarkan mereka tahu kalau Khayla ini punya nya windu"

    










Akhirnya malam itu, mereka mulai mengobrol banyak hal perihal bagaimana kedepan nya, kata Khayla jangan pernah takut karena kita punya kita— setidaknya mereka tidak tahu dari orang lain dan mungkin jika Windu dan Khayla yang langsung memberitahu nya kecewa mereka tidak terlalu dalam.

Dan kota hujan, akan dua hawa ini lukis kanvas perihal indah nya mereka agar manusia lain pun melihat bagaimana indah nya sebuah kanvas yang terlihat tabu padahal mereka ini sangat indah ketika bersatu.

DAN KOTA HUJAN

[✓] Dan Kota Hujan | JiminJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang