xxii. Ceritanya, sudah berakhir ya?

1K 114 43
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



    Gendin pun terdiam di tempat setelah melihat tweet baru akun lambe kampus, matanya memejam helaan nafas keluar— ada petisi yang menyuruh mahasiswa dan mahasiswi menandatangi keluar nya Janu dan Rendi dari kampus ini, Gendin pun berdecak sebal melihat nya lalu dengan cepat ia pun segera berjalan tergesa-gesa mencari keberadaan Jengga dan Khayla.

    Namun yang ia lihat malah Nindya, dan dengan ragu Gendin pun berjalan menghampiri gadis yang sedang membaca buku sendirian di pojok baca.

    "Nindya" panggil Gendin

    Nindya yang sedang membaca buku itu pun langsung menoleh dan tersenyum kaku "hai teh Gendin"

     Mendengar sapaan Nindya, Gendin pun langsung duduk di bangku sebelah Nindya "Nindya udah baca tweet baru dari akun lambe?"

     Nindya pun mengeleng "akumah udah jarang aktif sosmed teh sekarang"

     "Masih sering chatan sama Rendi?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Gendin, biar pun bodoh tapi dia begini karna sangat peduli dengan Rendi yang bahkan sekarang Gendin, Jengga, Khayla menghubungi Rendi dan Janu pun sangat susah.

    Nindya pun tersenyum canggung "ah, masih suka reply-reply story WhatsApp sih, atau kadang—" Nindya pun terdiam sebentar lalu menghela "kadang aku nanyain kabar dia gimana" lanjutnya dengan cicitan kecil.

    Gendin pun menghela "gimana kabar Rendi nin?, Nindya tau kan kalau Janu sama Rendi bener-bener di cemooh satu kampus?"

    Nindya pun mengaguk "ah iya, dia bilang baik-baik aja tapi aku ga yakin, karna aku tau a'rendi" sangat tau, kalau keadaan yang telihat baik-baik saja, ngga sebenernya baik pasti saat ini a'Rendi lebih sakit

    Sudah bukan sebagai pacar, ataupun orang penting dalam hidup Rendi tapi untuk Nindya kedudukan Rendi di dalam hatinya tidak pernah berubah, maaf jika bahkan sampai saat ini perihal ikhlas tidak pernah terwujud tapi Nindya akan berusaha berdamai dengan apa yang terjadi, karna perihal hidup bukan tentang bagaimana kenangan masalalu dapat di ubah tapi bagaimana bertahan di masa depan.

    Namun tiba-tiba Gendin pun menunjukan sebuah tweet dari akun Twitter lambe kampus.

    Mata Nindya pun membulat, nafasnya bergemuruh cepat "Jahat banget" cicit gadis itu.

    "gua sampai sekarang gabisa hubungi Janu sama Rendi, gua takut mereka kenapa-napa" kata Gendin sembari mengusap wajahnya kasar.

    "kalau a' Janu lagi KKN, tapi a'rendi berarti sendiri dong?" Ucap Nindya yang tak kalah cemas nya sembari mengigit kukunya khawatir.

     "ah, itu yang gua takutin — ga lucu kalau Rendi tiba-tiba di eksekusi sepihak dengan mereka yang ga berpikir panjang, kan mereka terlalu tabu untuk hal kaya gini" ucapan Gendin membuat Nindya terdiam dan detik selanjutnya ia pun bangkit.

[✓] Dan Kota Hujan | JiminJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang