prom(ise)

278 108 296
                                    

Bunyi notifikasi dari benda pipih berwarna hitam itu menginterupsi tidur nyenyak pemuda yang saat ini masih bergelung dengan selimutnya. Hari ini sekolah libur, tidur panjangnya harus terganggu karena notifikasi yang menyebalkan itu. Harris bergerak meraih benda tersebut sembari menyiapkan serentetan kata-kata kasar untuk si pengirim pesan yang telah merusak paginya.

Sontak mata Harris membulat sempurna begitu melihat layar ponselnya, kalau tau pengganggunya seperti ini dia tidak akan keberatan untuk bangun pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sontak mata Harris membulat sempurna begitu melihat layar ponselnya, kalau tau pengganggunya seperti ini dia tidak akan keberatan untuk bangun pagi. Benar-benar remaja labil. Beberapa saat lalu mengamuk karena tidurnya terganggu, sekarang malah kelewat bersemangat menanggapi pesan itu.

Namun bukannya membalas, Harris justru menelepon si pengirim pesan. Pikirnya sekalian saja morning call agar bangun paginya tidak sia-sia begitu saja.

"Selamat pagi, Cinta," sapa Harris dengan suara seraknya.

"Selamat pagi, Pangeran. Baru bangun? Lemes banget deh tuh muka," ledek Gigi yang disusul tawanya.

Harris hanya cengengesan dengan wajah baru bangun tidurnya itu, membuat tawa Gigi semakin menggelegar. "Kenapa ketawa? Aku selucu itu ya?" tanya Harris sembari mengaca pada layar ponselnya.

"Iya, lucu banget. Pengen nyubit!"

Harris hanya ikut tertawa, rasanya jadi semakin ingin bertemu dengan gadisnya itu. "Ada apa nih bangunin aku pagi buta gini? Sekangen itu? Mau jalan?"

"Pagi buta? Hampir jam 9 dan kamu bilang ini pagi buta? Wah, gak nyangka murid teladan nomor satu di sekolah ngomong gini." Gigi berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seperti seorang ibu yang lelah menasehati anaknya. "Aku mau ngajak kamu cari baju untuk acara prom besok. Yuk!" ajaknya bersemangat.

"Sekarang nih?" tanya Harris yang diangguki cepat gadis itu. "Oke deh. Aku mandi dulu ya. Bye," tutup Harris yang tak lupa melayangkan flying kiss-nya sebelum memutus panggilan video tersebut. Segera ia bergegas mandi dan bersiap untuk pergi.

Tak butuh waktu lama Harris sudah rapi lengkap dengan menyemprotkan parfume-nya pada bagian-bagian tertentu, begitu siap ia segera berjalan menuruni anak tangga menuju ruang tengah. Netranya disambut dengan kehadiran sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan.

"Pagi, Buna," sapa Harris yang mendekat kepada sang ibu.

"Pagi, Sayang. Mau ke mana nih? Udah rapi aja, wangi lagi. Mau jalan sama Gianna?" tebak Jemima sembari mencolek hidung putranya.

Harris terkekeh mendengarnya lalu mengangguk malu. "Diajak cari baju untuk acara besok, Bun. Ayah mana?" tanyanya yang belum melihat keberadaan sang ayah.

"Lagi sama pacarnya," jawab Jemima dengan nada merajuk. Suaminya lebih perhatian pada burung beo miliknya yang diberi nama Nina itu, rutinitas paginya selalu diawali dengan memandikan juga memberi makan atau sekedar bermain dengan Nina.

Limerence with G [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang