adults matter

348 116 339
                                    

Pria paruh baya itu baru saja sampai pada pukul dua dini hari. Ia berjalan memasuki kediamannya yang tenang, tentu saja semua sudah terlelap. Ketika melewati ruang keluarga, didengarnya suara yang sedikit gaduh. Pria itu tentu heran, tidak mungkin anak-anaknya ataupun asisten rumah tangga mereka yang melakukannya.

Perlahan ia mendekat ke arah sumber suara tersebut yang masih terus terdengar. Netranya menangkap sosok wanita yang sibuk dengan selebaran kertas di sekitar lengkap dengan layar monitor yang menyala di depannya.

Pemandangan yang benar-benar akrab di mata Joan, perempuan itu masih sama. Mencuri waktu di tengah malam untuk mengerjakan semua pekerjaan yang menumpuk, selalu begitu sejak dulu. Terlebih saat akhir pekan seperti sekarang, ia akan lebih sibuk menemani anak-anaknya di siang hari. Menurut wanita itu menelantarkan buah hati dengan alasan pekerjaan benar-benar sampah. Ia bekerja karena suka, namun merawat putra-putrinya sudah menjadi kewajiban paling menakjubkan yang harus selalu dilakukan wanita tersebut.

Menjadi istri dari seorang pengusaha besar yang sukses seperti Joan membuat wanita itu seharusnya dapat lebih menikmati hidup. Tetapi ini Hera, wanita karir yang ambisius. Namun tetap penuh dengan cinta, hanya sisi lembutnya tertutupi dengan semua kerja keras yang membuatnya terlihat seperti tidak peduli dengan sekitar. Baginya berdiam diri seharian di rumah adalah cara untuk menyia-nyiakan waktu di dunia.

"Gak istirahat?" tanya Joan yang memutuskan untuk menghampiri wanita itu.

Hera mengulas senyumnya mendapati pria itu yang baru saja kembali. "Sebentar lagi," jawabnya sembari meletakkan beberapa kertas berisi desain pakaian hasil dari tarian jemarinya. "Kamu lapar, Jo?" tanya balik Hera yang bangun dan hendak menuju dapur.

"Lumayan." Sudut bibir pria itu semakin tertarik melihat wanita tersebut masih peduli padanya. Ia berjalan mengekori Hera yang hendak mengambil dua bungkus mie instan. Joan duduk di kursi pantry sambil terus memperhatikan punggung wanita yang sibuk dengan peralatan masak di hadapannya.

 Joan duduk di kursi pantry sambil terus memperhatikan punggung wanita yang sibuk dengan peralatan masak di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hera selesai dengan kegiatannya dan segera menyuguhkan semangkuk mie kuah ke hadapan pria itu. "Harusnya tuh kamu tadi mampir dulu ke resto, kan jadinya cuma bisa makan mie instan," celoteh Hera yang ikut mendudukkan dirinya di sebelah Joan dan mulai menyantap makanannya.

Kekehan tipis meluncur keluar dari bibir Joan, rasanya seperti de javu. Dia rindu sekali dengan saat-saat seperti ini, saat Hera terus berceloteh memarahinya seperti sekarang. Hal-hal yang dahulu sudah menjadi makanan sehari-harinya, sekarang sangatlah ia rindukan.

"Pagi, Pacar," sapa Harris riang melihat Gigi yang mendekat ke arah mobilnya.

"Pagi juga, Pangeran," goda Gigi tak kalah genit. Sontak hal itu membuat Harris mengacak-acak rambut Gigi diiringi dengan tawanya, di mata Harris gadis tersebut menjadi semakin menggemaskan sejak menjabat sebagai kekasihnya. Ia segera membukakan pintu mobil untuk tuan putrinya itu dan bergegas masuk setelahnya.

Limerence with G [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang