one fine day

219 62 184
                                    

Fajar mulai memudar meninggalkan kanvas putih di atas sana, tergantikan dengan sinar menyilaukan arunika yang baru terbangun. Bersamaan dengan itu, bunyi alarm dalam sebuah kamar yang didominasi warna khaki berbunyi nyaring membangunkan empunya.

Gadis itu menggeliat sesaat sebelum bangkit menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Ia berdiam di depan cermin sembari memikirkan rencananya hari ini, libur panjang tidak boleh dilewati begitu saja.

Sebuah ide terlintas di benaknya, segera ia berlari menuju nakas untuk mengambil benda pipih persegi panjang di sana. Ditekannya sebuah nama hingga terdengar bunyi dering panjang menandakan panggilannya telah masuk, tak berselang lama dering itu berganti dengan sebuah suara serak menyapanya.

"Li. Jalan, yuk?" ajaknya dengan antusias.

"Eungh.. ke mana? Berdua?" Alia yang masih dalam proses mengumpulkan seluruh kesadarannya berusaha mencerna ajakan Gigi barusan.

"Berempat."

"Sama siapa?"

"Harris sama Juna, kita double date." Gigi tertawa kecil setelah mengucapkan kalimatnya, bisa dipastikan kesadaran gadis di seberang sana langsung terkumpul karena itu.

"Ayo! Boleh banget! Jam berapa? Gue siap-siap sekarang, ya," spontannya dengan sedikit berteriak. Tidak mungkin tawaran bagus seperti ini ia tolak, hal ini menyangkut masa depan kehidupan asmaranya yang masih saja buram.

"Okay, nanti kita jemput lo. Dandan yang cantik, ya!" Sambungan itu pun terputus usai Gigi mengatakan kalimat tersebut. Ia beralih menghubungi kontak lain di sana, kekasihnya. "Selamat pagi, Cinta! Cepet mandi! Kita jalan hari ini," ucap Gigi tanpa menunggu jawaban Harris.

"Hah? Jalan?" Harris yang masih setengah sadar itu menggeliat di balik selimutnya. "Yaudah. See you, Sayang."

Selesai mengabari kedua remaja tadi Gigi langsung bergegas menuju kamar sebelah, hendak membangunkan Juna. Diketuknya pintu ruangan itu beberapa kali dengan tempo yang terhitung cepat. Tak kunjung mendapat respon, gadis itu memutuskan untuk langsung masuk dan merusak mimpi indah kakaknya.

"KEBAKARAN! Ju, kebakaran! JUNA!" Teriakan itu tidak berhasil. Meski gadis itu sudah mengguncang keras tubuh yang masih terbaring di sana, empunya masih diam. Juna sudah terlalu hapal dengan tabiat adiknya. Ia merapatkan selimutnya kembali, enggan menanggapi kelakuan gadis itu. Gigi menghela napasnya, lalu melontarkan kalimat terakhir sebelum keluar dari ruangan itu. "Juju, diajak jalan sama Lia."

Pemuda itu masih diam tak menyahut, hanya saja tubuhnya bergerak cepat menuju kamar mandi. Ancaman bencana alam sekali pun bukan apa-apa dibandingkan dengan kalimat sederhana tadi. Juna bersiap secepat mungkin, tidak ingin Lia menunggu terlalu lama. Gigi hanya menyeringai tipis setelah sukses dengan senjata terakhirnya.

Tak berselang lama Juna kembali menghadapi krisis lain di dalam kamarnya. "Gigi! Sini deh!"

"Apa?!" teriak gadis itu dari kamarnya.

"Dibilangin sini!"

Gigi berdecak kesal mendengar itu, ia berjalan malas memasuki kamar pemuda yang terlihat sedang berkacak pinggang dalam walk-in closet sembari mengamati lemari pakaiannya. "Kenapa sih?"

"Pilihin baju gue, dong." Juna memperlihatkan puppy eyes-nya berharap untuk tidak mendengar penolakan dari sang adik.

"Gee, Ju! Lo gangguin gue cuma buat minta dipilihin baju?" omel Gigi sebelum menggeser posisi Juna agar tidak menghalanginya mencari setelan yang cocok dalam lemari itu. "Lo mau apa tema ootd-nya?"

"Eum.. yang ganteng?"

Mendengar jawaban itu Gigi pun menarik napas panjang dan tersenyum kecut. "Emang salah gue nanya sama lo." Tangannya kembali bergerak membolak-balik isi lemari itu. Hingga tercetak senyum puas di wajahnya kala menemukan setelan yang sekiranya akan bagus untuk Juna hari ini.

Limerence with G [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang