19 : NINETEEN

13.4K 2.5K 1.9K
                                    

maaf kalau ada typo teman teman! happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

maaf kalau ada typo teman teman! happy reading!

Jadi, sesuai dengan permintaan wali kelas Taeyong, Jaehyun dan Taeyong benar-benar menjadi pengurus acara pentas seni.

Saat jam istirahat, Taeyong langsung pergi ke luar kelas dan melihat-lihat mading yang di tempelkan di dinding samping kelas, ia ingin melihat, siapa saja yang akan menjadi pengurus pensi.

Saat jam istirahat, Taeyong langsung pergi ke luar kelas dan melihat-lihat mading yang di tempelkan di dinding samping kelas, ia ingin melihat, siapa saja yang akan menjadi pengurus pensi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taeyong menghentakan kakinya sebal, kenapa harus ada Naomi sih? Pasti Naomi akan menjadi sangat berisik dan mengganggu, ditambah lagi dengan Ayya, "Nyebelin!"

"Apaan nih nyebelin-nyebelin?" Tiba-tiba, suara Jaehyun terdengar dari belakang, "Gaada apa-apa, kepo amat!"

Jaehyun terkekeh, "Ayo ke lantai atas."

Taeyong mengernyit, "Ngapain?"

"Lo gak tau? Panitia pensi disuruh kumpul sama pak Dhani." Taeyong mengangguk-anggukan kepalanya, "Yaudah ayok!"

Mereka berdua berjalan beriringan ke lantai atas, tepat di kelas yang ternyata sedang tidak dipakai anak kelas 8.

"Weitss, halo bapak ketua!" Lucas bersuara saat Jaehyun dan Taeyong masuk kedalam sana.

"Idiee idie pawangnya dibelakang tuh!" lanjut Hendery yang dibalas dengan pelototan Taeyong, "Adip, Nanda, silahkan duduk di kursi kosong." ucap pak Dhani.

"Baik, pak." Jaehyun dan Taeyong duduk bersebelahan di kursi barisan paling depan.

Ayya memandang Taeyong yang duduk disampingnya dengan pandangan tak suka, "Ga cocok jadi sekretaris." gumam Ayya sembari memutar bola matanya kesal.

"Iri? Bilang babi!"

"Suara handphone siapa itu?" ujar pak Dhani, dahinya mengkerut, "Handphone saya pak, maaf, hehe.." Jeno menyengir.

"Matiin handphone kalian, kita mulai rapatnya."

"Pak, sebentar pak, saya angkat dulu telfonnya, penting nih."

"Dari siapa?"

"Jaemin pak, hehe.." lagi-lagi, Jeno menyengir, "Ye bucin!" Yuta menggeplak kepala Jeno dari belakang.

ADIPRAMANANDA , jaeyong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang