04 || Sedikit Ancaman

6K 358 47
                                    

Bagaimana mungkin aku melepasmu? Sedangkan aku sedari dulu ingin mengurungmu ditengah hutan yang hanya aku dan kamu saja di sana.”

°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°

“Kali ini alasan apa lagi, hm?”

“A–aku takut istri kamu tahu, Adrian. Aina pasti akan kecewa kamu bersikap seperti ini.”

Raut wajah Adrian tak semenyenangkan tadi. Tanpa aba-aba, Adrian menggendong Belva menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Adrian membawa Belva memasuki lift. Wajahnya amat datar, Belva tahu pria yang berstatus mantan kekasihnya ini sedang menahan amarah.

Tak ingin kembali meyulut kemarahan Adrian, gadis itu diam dalam gendongan dengan kedua tangan yang mengalung pada leher Adrian.

Ting!

Lift terbuka. Adrian langsung melangkahkan kakinya dengan cepat. Hingga sekarang, keduanya berada di depan pintu kamar. Pintu terbuka secara otomatis, Adrian berjalan menuju ranjang. Dengan kasar, pria itu menghempaskan tubuh Belva. Dan tentunya hal itu membuat Belva tersentak.

Gadis itu memegangi lengan kanannya yang tertumpu. Sungguh, walaupun kasurnya begitu empuk tetap saja sakit, karena hempasan Adrian begitu keras.

Hendak ingin berkata, Adrian lebih dulu memotongnya.

SHUT UP!” sentak Adrian yang sukses membuat Belva merinding.

“Adri––”

Adrian duduk di sisi ranjang, kedua tangannya mencekam kuat lengan Belva. Belva hanya mampu memejamkan matanya.

“AKU BILANG DIAM, AMIRA!”

Belva yang nyatanya tak bisa di bentak pun meneteskan air mata dalam diam. Gadis itu melengos dengan badan bergetar.

Adrian tahu gadisnya tengah menangis, tapi pria itu tampak sama sekali tak memperdulikannya. Adrian kembali menghempaskan tubuh Belva. Pria itu berteriak bak orang kesetanan.

“ARGHH! KAMU DIAM DI SINI! JANGAN MENCOBA KABUR, AMIRA!”

Setelah berkata demikian, Adrian keluar membanting pintu kamar dan menguncinya. Pria tak berperasaan itu meninggalkan Belva yang terbentur tembok dengan darah yang mengalir di kepalanya. Gadis itu menangis sembari mengepalkan tangannya.

Belva terus menangis hingga kegelapan merenggut kesadarannya.

***

Ex PosessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang