[2] Pertemuan Pertama

2.3K 617 175
                                    

Arsen melangkah lesu menuju ruang makan, ditemani dengan Felix yang berjalan mengikuti dari belakang.

Arsen duduk di kursinya, lalu menatap bergantian kedua orang tuanya yang asyik mengobrol satu sama lain.

Seekor vampire kecil, imut, dan menggemaskan juga terlihat menggeliat di pelukan sang Ratu.

Orpheus Vlad Salvatore, ayah Arsen, raja vampire tingkatan pertama, mulai menatap anak sulungnya itu dengan tatapan gusar.

"Kamu kenapa lagi, hm?" tanya Orpheus dingin.

"Gapapa." Arsen menunduk lesu. Bahkan segelas darah unicorn di meja makan tak mampu mengembalikan nafsu makannya.

Eleanor Mathilda Salvatore tersenyum pelan menatap Arsen. "Sayang... Ada apa? Cerita sama Mama."

"Arsen bosen, Ma."

"Kok bisa bosen?"

"Ya, bosen aja jadi vampire. Gini mulu hidupnya, gak ada seru-serunya sama sekali."

BRAK

Tiba-tiba Orpheus menggebrak meja di depannya.

"Arsen! Jaga mulut kamu!"

Arsen mendecak sebal. "Ya emang bosen, Pa... Arsen gatau harus ngapain lagi disini."

"Pasti Kak Alcen kehabisan buku novel. Jadi bocen. Gak kayak cio yang seling main sama Mama," celetuk Abercio Oriel Salvatore, adik Arsen.

"Diem lu bocah. Gausah sok tau. Gausah ikut campur." Arsen melotot pada Baby Cio.

"Arsen!" bentak Orpheus lagi.

"Iya, Pa..." Arsen terpaksa menunduk nurut.

"Lama-lama sifatmu gak ada bedanya kayak manusia. Kamu mau Papa buang kesana?!"

Mau banget, batin Arsen. Namun ia lebih memilih untuk diam saja.

"ARSEN! JAWAB!"

"Enggak, Pa..."

Orpheus mendengus kesal, lalu menatap Eleanor yang memberikan wajah khawatir pada Arsen.

Orpheus kembali memandang Arsen yang terlihat berkomat-kamit sendiri.

"Mulai besok... kamu harus ikut akademi vampire bangsawan. Biar otakmu yang sempit itu berkembang. Kamu pewaris tahta kerajaan ini, jangan mempermalukan Papa di depan raja-raja yang lain," tuntut Orpheus.

Arsen mulai mengepalkan tangannya kesal.

Felix yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa harap-harap cemas. Jangan sampai Arsen lepas kendali.

"Vampire noblesse berdarah murni seperti kita harus selalu berada di tingkatan tertinggi. Jangan sampai tahta ini direbut oleh pewaris kerajaan yang lain," lanjut Orpheus lagi.

Arsen pun mendongak marah. "Arsen juga gak minta dilahirkan jadi vampire! Masa bodoh sama temen-temen Papa itu. Arsen gak peduli!"

"Arsen!!"

Tiba-tiba Arsen berpaling pergi meninggalkan ruang makan.

Orpheus menggeram frustasi, lalu menatap Eleanor. "Dia beneran anak aku kan? Kok gak ada satupun sifatku yang menurun padanya. Malahan dia jadi kekanakan gak jelas kayak tadi. Argh!!"

Kini gantian Orpheus yang meninggalkan ruang makan.

Hanya tersisa Eleanor dan Baby Cio yang saling menatap satu sama lain.

"Lain kali Cio jangan ganggu kakak Arsen kalo lagi ngomong sama Papa ya," ujar Eleanor lembut.

Baby Cio mengangguk. "Iya, Mama..."

Vampire Salah GaulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang