[3] Gara-Gara Anak Ayam

2K 595 266
                                    

CKLEK

BRAK

Luna langsung membanting kasar pintu rumahnya begitu ia berhasil masuk. Tekanan darahnya hampir kumat gara-gara berurusan dengan cowok gak jelas itu. Apalagi sifat Luna yang agak sensian kalo ketemu sama orang songong, apalagi yang gak dia kenal.

Jujur saja, Luna jadi malas tinggal disini gara-gara insiden tadi. Meskipun dia yang salah, tapi setidaknya cowok itu bantuin dia berdiri kek, apa kek. Malah ikut-ikutan nyolot.

Luna kan pundung jadinya

"Fiuh... sabar, Lun. Tahan. Stres gara-gara deadline revisi jangan lo bawa sampai ke real life," gumam Luna sembari mengelus pelan dadanya.

Sejenak, Luna memandangi seisi sudut ruangan di rumah ini. Cukup rapi. Sepertinya, pemilik yang terdahulu sangat rajin membersihkan rumah. Meskipun ada beberapa retakan kecil di tembok, tapi itu tidak masalah bagi.

Yang penting, Luna gak kebanjiran lagi.

Luna meletakkan kopernya di dekat kamar tidur lantai 2. Pandangannya kini terfokus pada jendela kamar yang langsung membawanya pada balkon.

Luna menopangkan kedua tangannya pada pagar pembatas balkon yang menuju langsung pemandangan belakang rumah. Ada kebun kecil dengan beberapa tanaman tomat yang sepertinya sudah mati.

Luna iseng melirik kebun belakang rumah milik cowok tadi yang sangat amat gersang dan berantakan. Matanya juga menyipit seiring banyaknya potongan kayu yang berserakan disana.

Luna terkekeh remeh. "Mau ikut pramuka apa gimana tuh cowok?"

CKLEK

Luna langsung menoleh ke arah samping ketika pintu balkon rumah sebelah tiba-tiba terbuka.

Ternyata cowok berkulit putih kayak vampire tadi muncul lagi di hadapan Luna.

Arsen hanya melirik Luna sekilas yang sedang menatap kearahnya.

"Gausah liat-liat. Gue tau gue ganteng," ketus Arsen.

"Idih... malahan gue jijik yang ada liat lo. Pake baju serba hitam kayak gitu dari ujung jidat sampe ujung jempol. Gimana gue gak curiga coba," balas Luna.

Arsen diam tak merespon. Tangannya sibuk menempelkan koran dan lakban hitam untuk menutupi semua kaca jendela yang berpotensi tembus cahaya matahari.

"Ngapain tuh kaca pake ditutupin koran segala?" tanya Luna penasaran, dengan nada masih kesal. "Jangan-jangan lo pelaku pembunuhan yang lagi kabur ya?"

"Yang ada lo gue bunuh lama-lama." Arsen berujar dingin.

Luna terdiam kaget.

Arsen tiba-tiba menoleh menatap Luna, kemudian mengaum mengerikan seperti macan tutul.

"Sini lo. Grrr.... Haumm."

Luna langsung tersentak takut. Buru-buru ia berjalan masuk lagi ke dalam rumah. Tak lupa, Luna mengunci pintu balkon kamar agar tak bisa dimasuki sembarang orang, terutama si Arsen.

Disisi lain, Arsen tertawa kecil melihat tingkah Luna barusan. Sesaat kemudian, ia kembali sibuk mengguntingi beberapa lembar koran yang masih tersisa.

1 jam kemudian...

Arsen mengibaskan kedua telapak tangannya terkagum-kagum. Akhirnya renovasi rumah telah selesai. Sekarang, Arsen tak perlu lagi takut dengan pantulan cahaya matahari dari luar kaca jendela.

"Mantap. Gak sia-sia gue baca buku arsitektur waktu itu," gumam Arsen, membanggakan dirinya sendiri.

Arsen pun mengganti bajunya, dan bersiap untuk pergi jalan-jalan. Di depan pintu, Arsen terdiam melihat keadaan luar yang masih sangat terik.

Vampire Salah GaulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang