[10] Diculik

336 70 14
                                    

Di sebuah gedung pabrik tua terbengkalai, nampak seorang lelaki bertubuh tinggi kekar yang sibuk mondar-mandir di tengah kegelapan. Sesekali ia mengecek jam tangannya dan mendecak kesal.

Lantas, lelaki itu berkacak pinggang sebentar kemudian menatap Luna yang bersimpuh lemas di belakangnya.

Lelaki itu pun menghampiri Luna lalu berjongkok sambil menyeringai puas melihat Luna yang terus menangis.

"Hey, manusia lemah. Dimana pahlawanmu itu?" tanyanya santai.

Luna diam tak menjawab.

Lelaki itu tiba-tiba mencengkram kuat leher Luna. "JAWAB!!"

Luna menggeleng sambil meneteskan air mata. Tangannya berusaha sekuat tenaga melepas cengkraman itu. Rasanya seperti tubuh Luna sedang terhimpit beton puluhan kilo yang membuat dadanya sangat sesak dan sulit untuk bernapas.

"Masih gamau jawab, hm?" Lelaki itu makin menguatkan cengkramannya. "5 detik atau leher cantikmu ini putus ditanganku."

"5."

"4.."

"3.."

"2."

BRAKK!!

Pintu besi pabrik tersebut didobrak paksa dari luar dengan begitu keras.

Arsen masuk ke dalam aula gedung sambil terengah-engah.

"LUNA!!" teriak Arsen.

"Wah, tebak siapa yang dateng nih? Pahlawan kesiangan rupanya." bisik lelaki itu sambil terkekeh menatap Luna yang mulai menangis memohon pertolongan.

"Hiks... t-tolong.."

Telinga Arsen mendengar suara tangisan perempuan di ujung ruangan. Secepat kilat Arsen menghampiri ruangan tersebut. Akhirnya ia berhasil menemukan Luna yang menangis sesenggukan dengan kondisi tangan terikat, kaki dirantai besi, mulut disumpal, dan mata ditutup dengan kain merah.

"Luna!"

Arsen berlari menghampiri Luna lalu melepas kain yang menyumpal mulut gadis itu.

Ketika hendak melepas ikatan kain di mata Luna, Arsen mendapati leher Luna yang berdarah dan memar di beberapa tempat.

Arsen diam tertegun saking kagetnya.

"Pacar lo ternyata kuat juga ya. Gak kayak manusia biasa."

Suara seorang lelaki terdengar menggema dengan langkah kaki yang mulai mendekat ke arah Arsen.

Arsen masih terdiam di posisinya saat ini. Tangannya terlihat terkepal kuat, seakan berusaha menahan emosi yang hampir meluap keluar.

"Dipukulin berkali-kali tapi tetep aja masih bisa nangis minta tolong."

Arsen terkesiap kaget mendengarnya.

"Lo... mukul dia... sampe berdarah?"

"Kenapa? Lo masih gabisa ngendaliin insting berburu lo di depan manusia hah?"

"Lo..." Arsen pun menoleh dan menatap bengis lelaki yang berdiri di belakangnya. "...mukul Luna berkali-kali... sampe berdarah?"

Lelaki berambut pirang itu bersedekap dada sambil tersenyum sombong. "Harusnya gue gigit lehernya tadi sampe putus. Tapi berhubung gue belum laper jadinya cuman gue pukul doang biar dia gak berisik, maybe."

Grep!

Dalam sekejap mata, tangan Arsen sudah mencekik kuat leher lelaki itu hingga tubuhnya terbentur tembok cukup keras.

"Sudah lama nggak ketemu, Arsen Alaric, calon penerus kerajaan Salvatore," ujar Reynald sambil tertawa sinis.

Arsen makin mengencangkan cengkramannya

Vampire Salah GaulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang