[5] Tergiur Darah Manusia

1.7K 520 78
                                    

"Boleh kan? Aku nyicip. Dikit aja..."

Mendengar ucapan itu, gadis pemeran Ratu Elena tadi langsung pingsan di pelukan Arsen.

Arsen tertawa kecil, mengelus pelan pelipis gadis itu, lalu menyerahkannya pada Lucy untuk dibopong ke UKS

Arsen bangkit dari tahtanya dan membungkukkan badan selayaknya seorang pangeran kerajaan.

Semua penonton langsung bertepuk tangan riuh. Tak sedikit dari mereka yang meneteskan air mata saking terharunya.

Salah seorang dosen sastra tiba-tiba naik ke atas panggung dan memberikan sebuket bunga pada Arsen sebagai penghargaan atas aktingnya yang sangat luar biasa dan realistis. Seperti vampire asli.

Dosen itu menepuk-nepuk bangga bahu Arsen. "Ibu bangga sama kemampuan akting kamu. Oh iya, kamu dari angkatan berapa?"

Aduh, mampus gue, batin Arsen merutuki diri.

"Kok diem? Padahal ibu mau kasih nilai kamu A lho."

"A-Anu, Bu... Itu--"

Tiba-tiba ide cemerlang terbesit di otak Arsen.

"Nilai A nya Ibu kasih ke mahasiswa yang jadi penonton drama ini aja, Bu," usul Arsen.

Beberapa penonton yang kebanyakan dari kalangan mahasiswa sastra berteriak setuju.

Dosen sastra itu lantas mengangguk, kemudian tersenyum senang ke arah mahasiswanya.

"Oke. Semua yang menonton disini Ibu kasih nilai A semua."

"YEAAAAAYYY!!!!"

Suasana ruangan seketika berubah ricuh. Namun ricuhnya dalam hal positif, karena akhirnya mereka semua mendapatkan nilai A dari dosen sastra yang terkenal sangat killer. Drama vampire ini pun sebenarnya tugas dari beliau sebagai tambahan nilai akhir. Dan Arsen, telah menyelamatkan mereka semua dari mimpi buruk nilai D.

Arsen keluar dari ruangan itu sambil tersenyum gembira membawa sebuket bunga. Tak ia sangka, dunia manusia ternyata seseru ini. Ingin rasanya Arsen tinggal disini, selamanya.

Langkah Arsen terhenti ketika di ujung koridor dia melihat Luna yang sedang mengobrol dengan seorang lelaki. Bahkan lelaki itu tak segan merangkul Luna dan mencium pipinya sekilas.

"Ih, Ken, geli tau, jangan disini. Malu diliatin," lirih Luna berbisik pada Kenzo yang tanpa izin mencium pipinya tadi.

Kenzo malah tersenyum gemas. "Gapapa sayang... Kita kan pacaran."

"Tapi nggak disini juga, Ken."

Kenzo hendak nyosor lagi, tapi mulutnya langsung disambut dengan duri bunga mawar dari bucket bunga yang Arsen bawa.

"Aw!!" Kenzo sontak memundurkan wajahnya sambil meringis kesakitan. "Apaan sih!"

Tiba-tiba tangan Kenzo terangkat hendak menampis bucket bunga itu, namun ia kalah cepat dengan gerakan seorang vampire bangsawan sekelas Arsen.

Arsen menoleh menatap Luna. Sedetik kemudian, ia tersenyum sinis.

"Yang bentukan kayak gini ini pacar lo?"

Luna melotot kaget.

Arsen masih memperhatikan Luna, sementara tangannya sibuk bermain-main dengan Kenzo yang tiada henti merebut bunga itu.

Melihat Kenzo yang terus dipermainkan oleh Arsen, Luna pun menepis tangan Arsen untuk berhenti mengerjai Kenzo

"Udah dong berhenti! Kasian Kenzo! Ngapain sih lo disini? Tiba-tiba muncul kayak setan aja," sentak Luna.

Vampire Salah GaulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang