29 | somber farewell

1.2K 247 60
                                    


cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. Parastoo Maleki via unsplash



"Aku harus pergi."

Tentu saja, batin Chaeyeon dalam hati. Tentu saja akan datang waktu ketika Mingyu memutuskan untuk pergi dari sana dan pulang ke rumah aslinya. Bukankah dari kemarin dia mengusulkan hal itu pada sang lelaki? Bahwa Mingyu lebih baik pulang pada keluarga yang menantikannya di tempat asal?

Karenanya dia tak mengerti, mengapa kalimat Mingyu barusan justru berubah menjadi timah panas yang melubangi dadanya, meninggalkan rongga besar di mana udara dingin lewat ke sela-sela begitu saja.

"Oh."

Mata Chaeyeon mengerjap. Tenggorokannya terasa kering dan ia tak bisa memikirkan kalimat yang seharusnya ia berikan pada lelaki itu. Haruskah ia bertanya apa mereka masih bisa bertemu meski sudah berpisah?

"Aku akan pergi besok siang," ucap Mingyu memecah keheningan, "Yugyeom yang akan menjemputku."

"Ah, iya. Yugyeom-ssi sudah bilang kalau kau harus segera pulang."

Sebenarnya, Yugyeom memberi peringatan pada Chaeyeon. Meskipun perkataan Yugyeom menyakitkan dan tidak sopan, tapi dia benar. Selama ini, Mingyu tak bisa pergi dari rumah itu karena dia secara sengaja menahan sang lelaki dengan bergantung padanya.

Jeda sejenak, Mingyu sedikit membungkuk, meneliti ekspresi Chaeyeon. "Kau tidak apa-apa?"

"Tentu saja." Chaeyeon memaksakan diri untuk tersenyum tapi yang bisa ia rasakan hanyalah kedutan di ujung bibirnya. "Bukankah justru bagus kalau kau pulang?"

Benarkah bagus jika Mingyu pulang?

Chaeyeon tidak tahu apakah Mingyu menantikan saat di mana ia bisa pulang ke tempat asalnya, meninggalkan rumah itu selamanya. Yang pasti, Chaeyeon tak bisa membohongi denyut menyakitkan di dadanya begitu memikirkan bahwa pria itu akan pergi.

Mengabaikan rasa sakit, dia memaksakan diri membalas tatapan Mingyu. Ia tak bisa membaca apapun yang ada di permukaan wajah Mingyu. Lelaki itu dengan lihai menjaga raut wajahnya dari emosi. Atau memang hanya Chaeyeon yang merasa sedih dan tersiksa.

Sepertinya benar, hanya Chaeyeon-lah yang merasakan perasaan berbunga-bunga seorang diri. Dan dengan bodohnya menggantungkan harapan akan hubungan yang tak pasti.

"Ya, kau benar." Mingyu memalingkan wajah. "Bagus jika aku pulang."

Lagi, sepi menyelimuti ruang tengah. Bara api di perapian semakin meredup tapi bukan karena itu ia merasa udara sekitar menurun.

"Vampire, huh?" Chaeyeon menelengkan kepala. "Aku tak pernah bertemu mereka sebelumnya."

"Lebih baik jangan pernah," kata Mingyu dengan alis mengerut. "Berbeda dengan lycan, naluri pemangsa mereka masih kuat. Terlebih lagi, sulit mengganti asupan makanan mereka dengan makanan manusia biasa. Mereka masih harus minum darah secara rutin."

Crazier ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang