✦ Pemenang Wattys 2021 kategori Fiksi Penggemar ✦
Dia kedatangan tamu asing di tengah malam dalam keadaan lusuh dan penuh luka.
"Tolong, biarkan aku masuk..."
-
Chaeyeon mengerti bahwa lelaki itu berbahaya, kapan saja dia bisa menyerang gadis itu be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
cr. Insung Yoon via unsplash
Udara musim dingin bercampur aroma laut menerpa wajah Mingyu tanpa ampun ketika ia memutar badan untuk melihat pulau yang semakin lama terlihat dekat. Suara mesin kapal dan deru ombak menyatu, tetap saja Mingyu dapat menangkap beberapa obrolan yang terjadi di atas kapal. Seringnya adalah keluhan seseorang terhadap dinginnya angin laut saat ini.
Hawa dingin tidak terlalu berpengaruh padanya, berbeda dengan perempuan di samping yang makin mengeratkan mantel. Syal wol tebal yang melilit lehernya tak membantu memberi Chaeyeon kehangatan. Dia memperhatikan perempuan itu juga ikut memandang pulau tersebut sembari memegang teralis kapal, yang langsung disesali karena teralis itu tak kalah dingin dengan es.
Perjalanan mereka dari Seorim ke Jeju memakan waktu sekitar empat jam. Seorim tidak memiliki bandara sehingga mereka harus pergi ke Wonju dengan kereta, setelah itu barulah mereka melanjutkan perjalanan dengan pesawat.
Sesampainya di Jeju, mereka dijemput oleh seorang pria muda bernama Boo Seungkwan. Pria itu sempat terkejut saat mendapati Mingyu berdiri di samping Chaeyeon, seakan kedatangannya sama sekali tidak diantisipasi.
"Perkenalkan, dia Kim Mingyu, suami saya," kata Chaeyeon, memperkenalkan Mingyu dengan dusta yang sangat mulus. Alis Mingyu terangkat begitu mendengar desah kecewa dari Boo Seungkwan.
"Oh." Seungkwan memandangnya sekilas sebelum beralih pada Chaeyeon. "Saya kira partner yang dimaksud adalah wanita juga. Saya tidak pernah mendengar Anda sudah memiliki suami."
"Kami baru saja menikah," kata Chaeyeon dengan cepat. Perempuan itu tidak mengerti seberapa kuat Mingyu tengah menahan tawa. Seakan mendengar kata hatinya, Chaeyeon sempat mendelik sinis padanya sebelum kembali tersenyum sopan. "Maaf, saya tidak menginfokan lebih rinci."
"Tidak, tidak masalah," sanggah Seungkwan sambil menggoyangkan tangan. "Saya hanya sedang memikirkan hal lain. Tapi lebih baik, kita lanjutkan perjalanan dulu sebelum cuaca makin memburuk." Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan dengan menggunakan taksi yang disewa Seungkwan.
Ada alasan mengapa perkenalan mereka harus dipotong singkat. Mereka masih harus menyeberang pulau dengan kapal. Seungkwan menjelaskan bahwa mereka akan menghabiskan waktu selama dua minggu di sebuah pulau kecil yang terpisah dari Jeju bernama Nahae, di mana proyek dilaksanakan. Jika mereka terlalu lama mengulur waktu, ia takut kondisi laut tidak akan kondusif diseberangi.
Maka di sinilah ketiganya berada, di kapal kecil milik warga setempat untuk membawa mereka menuju pulau tujuan sebenarnya. Dalam sehari, Mingyu sudah mengendarai empat macam kendaraan berbeda.
Sepanjang perjalanan, Mingyu mendapati Chaeyeon terlalu tegang. Mungkin karena ini merupakan perjalanan jauh setelah sekian lama mendekam dalam rumah. Lelaki itu terus-terusan menanyakan keadaan Chaeyeon, memastikan perempuan itu baik-baik saja.
