30 | softly spoken

1.4K 242 47
                                    


you can play the music at the second scene. again, you'll know what kind of part i'm talking about. enjoy ^^

 enjoy ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. Nathan Walker via stocksnap



Mingyu membuka mata. Dia mengerang pelan sembari meregangkan badannya yang terasa kaku dan lelah. Begitu matanya terbuka penuh, ia langsung disuguhi pemandangan seorang wanita yang masih terlelap. Dia mengerti mengapa tangan kirinya tak bisa digerakkan. Jari-jari sang perempuan bertautan erat dengan jemarinya.

Mereka berbaring di kasur kamar Chaeyeon, sama-sama tertidur sambil saling berpegangan. Sang lelaki menemaninya karena yakin Chaeyeon takkan bisa tidur tenang malam itu. Dan karena Chaeyeon mengizinkan, hingga mereka pun menghabiskan malam bersama.

Sembari menunggu kantuk, Mingyu membisikkan kata-kata penenang. Ia menerima genggaman tangan Chaeyeon dan menautkan jari-jarinya. Sementara tangis sang perempuan semakin luruh tergantikan oleh kantuk, Mingyu pun menyusulnya ke dunia mimpi.

Tak lama mata Chaeyeon mengerjap terbuka. Manik cokelatnya langsung berserobok dengannya. Hal pertama yang dilakukan Mingyu adalah menyunggingkan senyum, apalagi ketika ia menangkap gurat bingung pada muka perempuan itu.

"Kau di sini," gumam Chaeyeon. Suaranya terdengar lemah, tapi tak luput dari pendengaran Mingyu.

"Tentu saja." Mingyu mengusap tangan Chaeyeon dengan ibu jarinya. "Kau tidur nyenyak sekali."

Mingyu bergeser mendekat. Diperhatikan wajah Chaeyeon dengan seksama. Matanya bengkak karena menangis semalaman dan ujung hidungnya sedikit memerah. Chaeyeon pun melakukan hal yang sama. Dipandangnya lekat wajah Mingyu, seolah memastikan bahwa yang dilihatnya bukanlah mimpi.

"Mengapa kau kembali?"

Mingyu tersenyum geli mendengar pertanyaan sang puan. "Bisakah kau tidak mempertanyakan hal remeh?"

"Ini bukan hal remeh," sanggah Chaeyeon. "Kau masih punya keluarga, rumah untuk kembali, kehidupan yang menantimu di luar sana. Mengapa kau malah kembali ke sini?"

Lelaki itu hanya mendengung asal, pura-pura berpikir keras. "Entahlah."

"Kau tak perlu kembali hanya karena kasihan padaku," tukas Chaeyeon, suaranya terdengar sedih.

Mingyu melepaskan genggamannya untuk mengusap pelan pipi Chaeyeon, seakan sedang meninggalkan jejak di atas kulit seputih salju perempuan itu. Jemarinya menelusuri beberapa anak rambut yang jatuh berantakan, memilin sejenak sebelum menyapukan semua helainya ke samping.

"Aku kembali untuk diriku sendiri. Karena sepertinya—tidak, memang akulah yang tak ingin meninggalkanmu."

Netra jernihnya membulat, Chaeyeon menatap Mingyu penuh harap. "Kenapa?"

Crazier ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang