[The Living Legend]_Present
Warna hitam telah menutupi langit tanpa celah, memperlihatkan bintang - bintang yang menjadi penghias malam. Siapapun yang memandangnya pasti akan senang, begitu pula Takemichi yang kini termenung didepan apartemen miliknya.
Yukata yang membalut tubuhnya sudah menjelaskan kalau pemuda ini hendak mendatangi festival yang diadakan malam ini. Hanya saja ia tengah menunggu teman - temannya yang tidak kunjung turun untuk menemaninya.
"kau ini selalu saja bersemangat kalau mogok kerja" sebuah suara membuat kepala kecil itu menoleh. Terlihat Kakucho berjalan mendekatinya sambil memainkan ponsel.
Tawa ia keluarkan "Kaku-chan juga ikut, jadi tidak perlu protes!!" pria itu hanya menggelengkan kepala pada sifat kekanakan bos nya. Tak lama ia melirik pada jam di tangan, kemudian memandang langit malamm
"bagaimana kalau kita berangkat? Sepertinya yang lain masih sibuk mengerjakan tugas mereka."
Menghela nafas, Takemichi mengiyakan "mereka selalu tidak mau meluangkan waktu hanya karena pekerjaan!!" gerutunya sambil berjalan.
Kakucho tertawa "kau bosnya, kalau kau lupa" ucapan itu membuat pipi Takemichi memanas "a-aku tidak lupa, bo-bodoh!" ia berteriak sembari terus melangkahkan kaki cepat. Diikuti Kakucho yang sama sekali tidak melunturkan senyum
nya.
Mereka memilih berjalan sekalian menikmati angin malam. Sejenak melepaskan tittle sebagai criminal dan menikmati festival musim panas. Mencoba kembali pada saat - saat mereka tidak perlu memikirkan dunia yang busuk ini.
'seandainya saja semua ini bisa di putar kembali, ya kan? Izana.'
[The Living Legend]
Sorot mata tajam menatap pada Draken menuntut. Tangannya disilangkan didepan dada, membuat pria dengan tato naga itu berkeringat dingin. Bahkan Mitsuya tidak lagi peduli dan hanya fokus untuk mengupas apel.
"jadi bagaimana kau bisa jadi seperti ini, Kenchin?"
Mata hitam Ken melirik ke segala arah. Mencari alasan yang tepat untuk memberitahu sahabatnya ini. Ah, aku lupa kalau Draken belum tahu Mikey sudah mengetahui semuanya.
"i-itu kau tahu kan, jalanan sangat ramai karena akan ada festival."
Terlihat muka Mikey makin menggelap, rasanya amarah semakin memuncak ketika mengetahui bahkan Kenchin-nya tidak mau jujur sampai saat terakhir. Tiba - tiba surai pirang itu mendongak, menatap pada dua mata yang serupa.
Dengan tatapan yang sulit diartikan.
"jaa. . . kalau begitu aku pulang dulu. Aku akan mengambilkan pakaian untuk mu, besok aku akan kembali" Mikey pergi begitu saja, tingkahnya membuat Draken mengedipkan mata beberapa kali.
Ia masih menatap pada pintu yang sudah tertutup rapat 'dia, percaya begitu saja?' tanya batinnya kebingungan.
Mitsuya menaikkan kacamata yang sedikit turun, berjalan mendekati ranjang Draken. Meletakkan potongan apel berbentuk kelinci itu di meja nakas "sebaiknya kau berhenti menganggapnya sebagai bocah. Mikey dan kau sudah dewasa. Kita semua sudah dewasa."
Kata - kata Mitsuya menggantung, membuat Draken menatapnya penuh tanya.
Menghela nafas pelan, si lilac mengusap wajah kasar "siapapun pasti akan marah jika dibohongi oleh orang yang mereka percaya. Apalagi jika itu adalah sebuah kebohongan yang sangat jelas dan terus berulang."
Pria yang terduduk di atas ranjang itu menunduk, kurang lebih ia mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Mitsuya. Tetapi tetap saja, Draken pun juga memiliki rasa takut. Dirinya takut kehilangan rajanya lagi. Ia takut jika Mikey kembali pada kegelapan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Living Legend [Brotherhood]
FanfictionKehidupan yang berjalan tenang ini membuat semuanya menjadi abu - abu. Perasaan yang sudah lama hilang, perlahan kembali bersama tekad yang sempat terhenti. Pernyataan yang dulunya hanya sebuah janji, kini adalah waktu dimana semuanya harus segera d...