31

367 28 2
                                    

"Chichiue dan Nii - sama pasti sedang menuju kemari." Gaara tak mengalihkan pandangannya dari sang kakak sejak tadi.

Beberapa saat lalu, semuanya benar benar tenang, berjalan seperti biasa. Gaara ditarik dari medan perang minggu lalu untuk mengurus kerajaan, mengingat kondisi tubuh Temari yang katanya melemah. Pemuda itu tadi sedang berbincang ringan dengan pamannya, Sabaku no Sasori, seorang cendekiawan hebat yang sudah mengelilingi 3 benua sekaligus penyihir ahli alkimia yang kebetulan mampir setelah sekian lama.

Obrolan mereka terhenti karena suara ledakan besar dari arah istana Putri, tempat Temari menjalani hukumannya.

Keduanya melotot lebar saat melihat istana itu hancur, menyisakan puing puing bangunan yang tidak utuh. Untung saja, Gaara dengan cepat mengerahkan seluruh pasirnya ke arah sana, membuat perlindungan untuk semua orang, memfokuskan seluruh sihirnya untuk merasakan keberadaan orang orang yang ada di istana itu lalu memberi perlindungan, sesuatu yang hampir mustahil tapi untungnya bisa dilakukan.

Gaara dan Sasori berlari kesana, mereka sedikit lega karena tidak ada korban yang jatuh tapi kaki mereka terus berlari ke arah ruangan yang menjadi penyebab runtuhnya istana Putri itu.

"Matsuri !" Gaara terlihat mendekati gadis bersurai coklat yang terlukai lemah di salah satu puing puing yang sebelum ini adalah sudut kamar Temari.

"Temari - Hime ... dia ...." Gadis itu membuka matanya, satu satunya yang ia tanyakan hanyalah Temari, ia berhasil selamat tanpa terpotong potong karena menggunakan sihir perlindungan dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, ia bersyukur sempat memikirkan sihir itu sebelum tubuhnya benar benar menjadi seperti dinding di sekitarnya.

Sasori berlari menuju tubuh Temari yang pingsan, disekitarnya tak nampak sedikitpun puing puing sehingga sang Putri baik baik saja, tapi ekspresi Sasori benar benar terlihat ketakutan.

"Kita bawa Nee - san ke kamarnya di istana utama." ujar Gaara, ia menggendong Matsuri yang sudah kembali tak sadarkan diri karena minimnya kekuatan sihir.

Kedua pria dengan surai hampir serupa itu berjalan cepat menuju istana utama dan membaringkan Temari di kamarnya yang biasa, sedangkan Matsuri dibaringkan di kamar di sebelahnya, gadis itu sedang ditangani oleh penyihir istana.

"Ada apa, Sasori Jii - sama ?" Tanya Gaara, ia merasakan firasat tidak enak saat melihat ekspresi pamannya yang biasanya santai kini begitu kaku dan tegang.

"Kapan Rasa - Nii akan sampai ?" Bukannya menjawab pertanyaan Gaara, Sasori malah bertanya balik.

Sasori adalah adik satu ayah dengan Rasa. Umur mereka terpaut 15 tahun sehingga pria itu terlihat lebih seperti kakak dari kembar tiga daripada paman mereka. Ibu Sasori adalah permaisuri pertama, seorang bangsawan terhormat di Sunagakure, ia dipaksa menikah dengan raja karena suatu keperluan politik. Sejak kecil, hubungan Sasori dan Rasa terhitung dekat, keduanya sering melakukan banyak hal bersama meski dalam status harusnya mereka adalah lawan. Rasa yang saat itu sudah melewati upacara kedewasaannya tidak sampai hati menjadikan Sasori kecil sebagai musuhnya, ia merawat Sasori layaknya kakak karena ibunya tiada beberapa hari setelah melahirkan Sasori.

Setelah melakukan upacara kedewasaan, Sasori memutuskan untuk mundur dari posisi pewaris tahta dan menjadikan Rasa sebagai kandidat mutlak. Ia lebih memilih pergi berkelana, menjadi cendekiawan, dan mengumpulkan berbagai ilmu yang ada di dunia ini. Sesekali ia pulang untuk menengok keadaan kakak juga keluarganya.

Masih segar diingatan Sasori, saat pertama kali ia melihat si kembar 3 yang baru lahir. Begitu mendengar berita ia telah menjadi seorang paman, Sasori langsung meninggalkan pelajarannya dan lari ke kamar kakak iparnya. Sosok Karura yang menyambutnya dengan senyum lemah dan Rasa yang sedang menggendong seorang bayi adalah yang pertama kali ia lihat.

Be My Princess { Shikatema }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang