35

500 43 6
                                    

Suara derap kaki menggema, memenuhi seluruh lorong yabg ramai dengan suara manusia.

Pintu kamar itu dibuka, hampir terbanting keras jika saja tak ditahan tepat waktu.

"Kami kembali, kami bawa obatnya," ujar Gaara, ia segeea memberikan serbuk tanduk rusa yang tadi kepada Sasori.

Sasori mengangguk dan segera meraciknya dengan bahan lain yang sudah ia siapkan di samping tempat tidur Temari.

Shikamaru mematung di ambang pintu, ia tak percaya akan melihat sosok Temari yang tertidur, lemas tak berdaya. Padahal, selama ini dia adalah sosok wanita yang kuat, seakan tak bisa digoyahkan walau sedikitpun.

Keadaan ruangan itu begitu mencekik. Atmosfer kekhawatiran memenuhi seluruh penjuru. Putaran detik jam seakan membuat mereka semua kehabisan napas setiap ia berputar.

Waktu semakin sempit saat Sasori menyelesaikan ramuannya. Botol kecil yang berisi jawaban atas kehidupan sang putri Suna itu dibuka, didekatkan ke mulut.

Di sanalah masalah terjadi.

Temari tak mau menelan ramuannya !

Semua orang seakan kehilangan napas mereka. Waktu semakin sempit tapi kendala malah muncul.

"KENAPA NEE - SAMA TIDAK MAU MENELANNYA ?! APA YANG TERJADI ?!" teriak Gaara, emosinya tak terkendali, matanya telah tertutup kekhawatiran kehilangan sang kakak.

"Sebenarnya, apa yang terjadi, Sasori Jii - sama ?" Kankurou sebagai yang lebih tua terlihat dapat mengendalikan dirinya meski ia sebenarnya ingin meledak seperti sang adik.

Rasa yang ada di samping kasur Temari hanya diam, tak mampu berkata kata. Ia takut, getaran ketakutan yang sama saat ia kehilangan sang istri tercinta. Ia tak ingin berpikir, tak ingin berspekulasi, hatinya telah mengambil alih hingga pikirannya tak berguna lagi.

Shikamaru mendekat dengan langkah lebar, berdiri di samping Sasori, ia berusaha mempertahankan akal sehat yang hampir putus karena khawatir "Kenapa dia tak mau menelannya ? Apa yang akan terjadi jika Temari tak meminum ramuan itu ?!"

"Dia ... Kutukannya akan terwujud," jawab Sasori dengan nada lemas. Semua ilmu yang ia pelajari selama ini seakan tak berguna, bahkan ia tak ingat bagaimana cara bernapas.

Shikamaru menggertakkan giginya, ia merampas botol itu dan memasukkan seluruh isinya kedalam mulutnya. Menyiapkan langsung dari bibirnya ke bibir tunangannya.

Sontak semua orang lebih terkejut lagi dengan tindakan nekat sang Nara.

Shikamaru berusaha agar Temari mau menelan ramuan itu 'Kumohon, jangan tinggalkan aku, Temari !'

Seperti sihir, Temari akhirnya menelan cairan itu. Shikamaru bangkit, menatap gadisnya dengan manik berkaca kaca.

Dia selamat

Dengan bantuan sihir penyembuh, Temari bangun lebih cepat, dalam 2 jam, ia memamerkan manik indahnya ke dunia kembali, membuat semua orang di ruangan itu tersenyum bahagia, bahkan sampai menangis.

"Shi ... Ka ... Maru ?" Suara Temari terbata, antara masih belum kuat dan belum percaya. Sang tunangan ada di hadapannya, tersenyum lebar sambil mengelus pipinya lembut.

"Temari ... Syukurlah," ujar Shikamaru pelan, suaranya serak menahan tangis bahagia. Semua perasaan di dadanya membuncah seperti kembang api. Rindu, bahagia, sedih, semuanya.

Temari menolehkan kepalanya untuk melihat hal hal yang lebih jauh karena Shikamaru memang orang paling dekat dari posisi Temari saat ini.

"Gaara ? Kankurou ?"

Be My Princess { Shikatema }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang