33

395 39 4
                                    

Berjalan beberapa saat di hutan Nara, menembus jajaran pohon, dan semak-semak.

"Ini tempatnya." Gumam Yoshino. Maniknya menatap goa yang terlihat terawat dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sudah lama sekali ia tak kemari, terakhir kali ia kesana adalah saat Shikamaru berumur sekitar 4 tahun. Masih segar diingatannya, sosok cantik nan agung sang Rusa, sosok yang bisa membuatnya terpaku, jantungnya berdegup kencang, dan seluruh tubuhnya merasakan ketenangan yang luar biasa. Mungkin itu adalah salah satu keistimewaan mahluk magis.

"Biar aku saja yang masuk." Ujar Yoshino, langkah anggun dari sang ratu mengikis jarak antara dirinya dan goa yang terlihat bersinar di bawah sinar matahari yang masuk dari celah celah pohon.

"Kaa - sama, izinkan aku ikut." Shikamaru ingin membantu ibunya, barangkali itu dapat mempercepat permintaan mereka. Ia tak ingin membuang buang waktu jika nyawa tunangannya yang dipertaruhkan.

Yoshino mengangguk. Keduanya berjalan masuk, meninggalkan keempat lelaki yang hanya menatap hilangnya sosok mereka ke dalam goa.

Keluarga Sabaku tidak diperbolehkan masuk karena sudah menjadi aturan jika hanya anggota kerajaan Nara saja yang boleh menginjak tempat keramat itu.

"Semoga mereka bisa mendapatkan obatnya."

--------------------------000--------------------------

"Reshoumaru - sama, saya datang." Yoshino duduk di tanah, merendahkan dirinya dihadapan mahluk agung yang sedang berdiri di depannya.

"Ah, anakku, sudah lama sekali, apa kau ada masalah ?" Rusa itu menggosokkan moncongnya di kepala sang ratu dan sang pangeran bergantian, memberi berkat kepada keduanya.

"Anda pasti sudah tahu, mahluk yang agung."

Rusa itu terdengar terkekeh "Benar, aku tahu semuanya, sejak kau menginjakkan kaki di hutan ini "

"Jadi ? Apa saya boleh meminta serpihan tanduk anda untuk kesembuhan calon menantu saya ?" Tanya Yoshino sopan.

"Tidak, dia adalah keturunan yang ku kutuk, dia adalah keturunan yang membunuh putriku, dengan kematiannya maka rasa sakitku akan impas." Mahluk magis mayoritas tidak memiliki anak, tapi rusa agung memiliki seorang putri, rusa betina yang begitu cantik berabad abad yang lalu. Tapi, Raja pertama Sabaku memanahnya saat rusa itu tak sengaja keluar dari hutan, saat si rusa betina menginjakkan kakinya di gurun yang begitu asing, sebuah panah menancap di perutnya, membunuhnya seketika.

Rusa agung yang bisa merasakan kematian putrinya, mengunakan sihir dan menampakkan dirinya langsung di hadapan raja Sabaku itu, ia mengutuk keturunannya agar setidaknya mereka merasakan sakit yang sama.

Nyawa dibalas nyawa

Putri dibalas putri

Itulah yang terjadi, bahkan sampai sekarang pun sang rusa agung tidak bisa melupakan dendamnya.

"Kumohon, tolong kami ! Saya akan melakukan apapun tapi tolong, saya ingin menyelamatkannya !" Pinta Shikamaru sambil bersujud di tanah. Bayang bayang kehilangan wanita yang sangat ia cintai membuat dadanya sesak.

"Mereka bersalah dan harus dihukum."

"Saya mohon ! Saya akan menukar nyawa saya untuk itu, saya mohon !"

"Shikamaru ...." Yoshino terlihat terharu, ia tak menyangka jika cinta anaknya begitu besar untuk Temari, tapi ia juga takut, takut jika sang rusa agung benar benar menukar nyawa anaknya untuk serpihan tanduknya.

Rusa itu terlihat iba, mau bagaimanapun, Shikamaru adalah keturunan Nara yang artinya adalah anaknya juga, pemuda itu memiliki sihir sang rusa agung di dalam darahnya.

"Nak, nyawa bukanlah mainan, kau tidak boleh menukarnya sembarangan."

"Saya tidak bisa hidup tanpanya, saya mohon."

"Aku tidak mau memberikan bantuan pada orang yang bahkan belum pernah kutemui."

"Bukankah Anda selalu mengetahui setiap orang yang masuk ke hutan ini ? Saya pernah membawanya kemari, apa anda yakin tidak pernah merasakan kehadirannya ?"

Rusa itu nampak berpikir, ia mengingat sesuatu, ia pernah merasakan energi Nara yang sangat kuat, mirip seperti milik putrinya. Awalnya ia kira itu putrinya, tapi setelah merasakan lebih detail ternyata itu manusia. Ia tak menyangka, pemilik energi itu adalah keturunan Sabaku

Rusa itu menghela napas, ia yang menjatuhkan kutukan itu, ia masih menyimpan amarah jauh di dalam hatinya untuk keturunan Sabaku.

Tapi sekarang ... Salah satu keturunannya begitu mencintai salah satu keturunan Sabaku yang terkena kutukan. Ia tersiksa karena cinta dan itu membuat sang rusa agung iba. Harusnya, keturunannya tidak perlu merasakan rasanya sakit hati yang seperti ini, tapi mungkin takdir sudah memintanya untuk menghapuskan dendam lama dan seluruhnya amarahnya.

Mungkin, putrinya sedang melarangnya menimpakan kutukan dan menyuruhnya melepas kepergiannya tanpa dendam.

"Kau tahu nak ? Aku membenci keturunan dari orang yang sudah membunuh putriku, jujur saja aku masih menyimpan dendam kepada mereka, tapi aku juga tidak bisa melihatmu tersiksa seperti ini ... Karena itu ambillah obat untuk kekasihmu."

Senyum cerah terpancar di wajah Yoshino dan Shikamaru. Yoshino dengan cepat mengambil salah satu hiasan rambutnya yang cukup tajam untuk mengambil serpihan tanduk sang rusa agung, ia melakukannya dengan sangat telaten dan hati hati, tentu saja dengan perasaan bahagia yang meluap.

Akhirnya putranya tak perlu bersedih lagi sekarang

Akhirnya putranya tak perlu menahan rindu lagi

Akhirnya putranya bisa bersatu dengan wanita yang ia cintai kali ini.

"Meski sudah, aku tidak bisa menjamin ini akan menyelamatkannya, jika kalian terlambat maka kutukan itu tetap akan terjadi."

"Kami mengerti, terima kasih banyak atas kebaikan anda." Ujar Yoshino, ia membungkuk hormat diikuti Shikamaru.

Rusa agung itu mengangguk "Jika kalian berhasil menyelamatkannya, bawa dia kemari sebelum malam pertama kalian."

Sepasang ibu dan anak itu saling berpandangan, mereka saling melempar tatapan bingung.

Biasanya, pengantin baru akan di bawa ke hadapan rusa agung setelah malam pertama untuk diberkati, tapi kenapa kali ini berbeda ?

Tapi meski begitu, mereka tetap mengangguk. Memberi salam penghormatan dan keluar dari dalam goa. Entah sudah berapa lama waktu berlalu, mereka harus cepat jika ingin menyelamatkan Temari.

Waktu mereka sempit.

"Kami berhasil." Lapor Yoshino dengan senyum cerah.

"Terima kasih banyak, kami akan segera membawanya ke kerajaan." Ujar Rasa sambil menerima kain kecil berisi obat untuk mematahkan kutukan putrinya. Secercah harapan untuk melihat kembali senyuman Temari terlihat semakin terang, raja Sabaku itu membungkuk diikuti kedua putranya sebelum pergi.

"Apa aku boleh ikut dengan kalian ?" Tanya Shikamaru.

Rasa nampak berpikir sebentar lalu mengangguk "Tentu saja."

Shikamaru tersenyum senang dan mengangguk. Mereka berjalan cepat ke depan istana, sesampainya disana, kuda mereka sudah disiapkan, bahkan milik Shikamaru juga.

"Ayo, kita harus cepat." Ujar Rasa.

"Baik."

"Kami harap, kami mendengar kabar baik setelah ini." Ujar Shikaku.

Rasa mengangguk lalu memacu kudanya, memimpin rombongan kecilnya yang bertambah satu anggota lagi.

'bertahanlah sebentar lagi, Temari !'

----------------------000--------------------------

Please check my message in the bio

Saba_No_Tema

Be My Princess { Shikatema }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang