Brumm brumm
Suara raungan motor itu terdengar ketika seseorang dibalik kemudi menjalankan menuju parkiran sekolah yang berada di halaman belakang.
Para siswa yang mendengarnya sudah bisa menebak siapa sosok yang mengendarai motor bermesin cukup besar tersebut.
Bukan seorang laki-laki dengan postur tubuh ideal, melainkan sosok perempuan berpenampilan imut dengan model rambut diikat.
Ara. Ya, siapa yang tak mengenal dia? Gadis cantik kelahiran tanah Sunda membuatnya banyak digemari oleh para siswa bahkan sampai penjaga sekolah karena sikapnya yang mudah akrab dengan siapa pun.
"Pagi neng Ara" sapa penjaga Sekolah, Pak Dede.
"Pagi pak, Ara titip motor kesayangan yaa pak. Oh iya, kebetulan semalem ibu bikin kue buat dibawa ke tempat saudara. Tapi masih ada lebihnya, Ara bawa aja nih buat nemenin bapak ngopi" balas Ara dengan sopan.
"Waahh.. makasih banyak neng, jadi ngerepotin nih" Lihatlah orang lain yang pertama kali Ara temui hari ini, sudah dibuat senang dengan sikapnya yang perhatian.
"Gapapa kok pak, dimakan pak. Ara masuk dulu ya pak, bubai" Ia melangkahkan kakinya menelusuri lorong sekolah.
"Iya neng, hati-hati. Salam buat ibunya, makasih dari pak Dede" Ara berbalik sebentar, tersenyum dan mengacungkan jempolnya.
Sesampainya di kelas, dirinya disambut oleh beberapa teman yang sudah menunggunya.
"Woi! pagi boss! Tumben gak telat?" Yang berteriak barusan adalah salah satu teman dekat Ara, namanya Olla.
"Iya ra, biasanya paling cepet lo dateng 5 menit sebelum bel masuk. Ini masih 20 menit sebelum bel masuk udah dateng aja lo. Kesambet apaan?" Nah, yang agak bawel ini namanya Mira.
Ara terdiam berdiri di tempat, menunggu tiga temannya yang lain ikut menanyakan hal yang sama. Namun setelah ia perhatikan ketiganya seperti sedang sibuk menyalin tugas sehingga tak ada respon dari ketiganya, ia lalu menjawab.
"Giliran gue dateng pagi, ditanya-tanya. Giliran gue dateng telat, elo pada ngomel-ngomel, mau kalian apa sih?"
Dongkol, ya itulah yang dirasakan Ara terhadap teman-temannya ini. Pasalnya ia selalu saja mendapat respon yang bertentangan jika dirinya melakukan satu hal kebaikan, meski Ara tau itu semua hanya candaan saja.
"Canda ngab, dah duduk sini. Tugas sejarah udah lo kerjain?" Gadis itu hanya membalas pertanyaan Mira dengan anggukkan kepala saja.
"Eh ra, denger-denger nanti bakal ada anak baru" Flora, wartawan. Si paling tau jika ada berita terbaru tentang sekolah. Bagaimana tidak, ibunya seorang kepala sekolah di sini.
"Masa sih? Siapa namanya?"
"Bakal masuk IPS juga?"Kali ini Adel dan Oniel yang bertanya. Keduanya dikenal dengan tingkah lakunya yang konyol serta candaan mereka yang.. ah sudahlah.
"Namanya siapa gue gatau, tapi kayaknya dia bakal masuk kelas IPA sih. Di sekolah sebelumnya dia juga jurusan IPA" jelas Flora.
"Oh gitu.. btw nih gue udah kelar, lo udah del?"
"Udah kok"
"Yaudah, nih bukunya. Thanks ya mir" ucap Oniel dan Adel berbarengan.
"Sipp, lo juga udah flo?" Tanya Mira yang melihat Flora masih menulis.
"Satu soal lagi mir, bentar" jawabnya.
Kalian bertanya Olla? Dia bahkan sudah mengerjakan tugas itu dari 3 hari yang lalu, makanya ia sekarang sedang asik dengan ponselnya. Heran bukan?