Di suatu pagi hari sabtu, di kamar berukuran besar.
Cklek
Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar sang anak. Ia tersenyum kala mendapati anaknya masih berkelana di dalam mimpi.
"Dek bangun, sarapan dulu"
Anak gadis itu sedikit terusik dan menggeliat pelan.
"Bangun yuk, ibu udah buatin sarapan kesukaan kamu" perlahan mata gadis itu terbuka dan tersenyum tipis saat melihat siapa yang membangunkannya.
"Pagi bu, kapan dateng?"
"Pagi sayang, ibu pulang sekitar jam 12 malam, tadinya ibu mau bangunin kamu. Tapi gak tega kayaknya anak ibu kecapekan" Jelas sang ibu seraya membelai lembut rambut anak perempuannya.
"Yaudah bu, Ara mau siap-siap dulu nanti aku nyusul ke bawah"
Wanita itu mengangguk. "Yaudah gih sana, ibu tunggu di meja makan yaa. Ada ayah juga yang udah nungguin kamu tuh daritadi"
Tak membutuhkan waktu lama, ia sudah menuruni anak tangga dan melihat sosok pria yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya.
"Pagi ayah" sapanya.
Pria yang dipanggil ayah itu mengalihkan pandangannya dan tersenyum lebar.
"Pagi anakku sayang, gimana sekolahnya? Lancar?"
Ara menarik kursinya lebih dulu untuk ia duduk.
"Lancar yah"
"Baguslah. Ohiya tadi Ayah liat ada motor baru di depan? Kamu beli motor lagi? Buat apa? Kan udah ada 3 motor kamu di garasi"
Mereka mulai menyantap sarapan pagi masing-masing. Termasuk Ara, ia mengunyah sebentar lalu menjawab.
"Iya yah. Aku beli motor itu karena ada alasannya"
"Apa alasannya?"
"Waktu itu ada seseorang yang Ara ajak bonceng pake motor yang biasa. Tapi dia gak nyaman, jadi aku mutusin buat beli motor lagi biar dia nyaman boncengan sama aku" Jelasnya.
"Aduh duhh.. kamu masih kecil udah pacaran aja dek" ledek sang ibu.
"Ihh.. ngga gitu buu" ucap Ara dengan memajukan bibirnya.
Ayahnya menatap gadis itu, ia merasa anaknya ini agak sedikit berbeda. Biasanya Ara tak mau banyak cerita padanya, tapi kali ini beda.
Maka dari itu ia ingin memastikan apa yang membuat anaknya sedikit berubah. "Siapa dia? Sespesial itu buat kamu?"
"I-iya yah" jawab Ara namun sedikit ragu.
"Kalo gitu boleh lah kenalin ke Ayah kayak gimana orangnya" Tegasnya.
Sang ibu ikut menyambar. "Iya tuh dek, kenalin gitu ke ayah sama ibu. Selama ini ibu taunya adek cuma main sama geng adek tuh yang berenam itu"
Mampus, batin Ara.
"T-tapi yah.."
"Tapi kenapa? Ada masalah?" Ia menaruh curiga dengan anaknya itu.
"D-dia perempuan" setelah berucap seperti itu, Ara menunduk tak mampu menatap mereka.
Deg
Suasana mendadak hening, ini yang Ara khawatirkan.
Ayahnya pun sudah menduga. Dari awal ceritanya pun agak aneh. Kebanyakan anak laki-laki yang membonceng perempuan, namun ia heran mengapa anaknya yang membonceng seseorang itu.