Waktu sudah sangat sore bahkan hampir menjelang malam. Setelah menyelesaikan surat-surat, Ara yang baru ingat bahwa ia dan Mira juga membawa motor akhirnya meminta tolong untuk mengangkut motor barunya itu dengan mobil pick up yang sudah disediakan sebagai fasilitas dari dealer tersebut.
"Bisa-bisanye lu ra ampe lupa kalo lo bawa motor juga. Untung ada mobil itu jadi bisa diangkut motor lo" Mira pun tak habis pikir.
"Yaa maap, gue juga tadi kaget cara bawanya gimana. Masa iya gue jokiin 2 motor sekaligus hahahah"
Mira memutar bola matanya malas. "Punya temen kok kadang pinter, kadang bego"
Selagi orang-orang itu sedang mempersiapkan. Mira melihat-lihat motor yang terpajang disana. Hingga ia tertarik dengan satu motor.
"Bagus euy warnanya" ia berpikir bahwa model ini sepertinya new arrival.
"Mas, ini varian warna baru ya?" Ujarnya.
"Oh iya kak, untuk yang model warna seperti ini baru aja sampai kemarin sore. Kakak tertarik?" Tawar penjual itu.
Mira menimang-nimang sebentar. Sebenarnya ia tertarik, namun untuk apa ia membeli. Toh, di rumahnya sudah ada beberapa motor juga yang ia punya.
"Tertarik sih, tapi nanti aja deh mas. Masih bingung saya mau dipake buat apa"
"Baik kak, tapi untuk unit ini kita hanya tersedia 5 unit saja ya kak. Dan 3 lainnya sudah ada yang pesan, kalo nanti-nanti bisa kehabisan loh kak" Mira pun gelisah.
"Emangnya nanti gak dateng lagi mas?"
"Untuk variant warna ini dibuat limited edition kak. Di Indonesia sendiri hanya kebagian 10 unit. Sementara 5 unit yang ada di cabang lain sudah habis terjual kak" Jelasnya.
Akhirnya Mira ikut membeli motor juga. "Yaudah deh mas, saya bungkus satu. Ini mas kartunya"
Ara berjalan menghampiri Mira, ia hendak memberitahu bahwa motornya sudah sudah siap. Namun ia urungkan kala melihat Mira sedang berbincang dengan pegawai dari dealer itu.
"Lo ikut beli juga Mir?" Tanya Ara ketika ia lihat Mira mengeluarkan kartu debitnya.
Mira menoleh, "Ah iya nih, ada varian warna yang limited edition ra. Lo gak mau ambil yang itu?"
"Ngga dulu dah, gue kurang suka sama warnanya mir" Mira hanya mengangguk.
Akhirnya dua gadis itu pulang dengan membawa 'buah tangan'. Keduanya berpisah di persimpangan jalan karena rumah Mira dan Ara berbeda arah.
~~~~
Keesokkan harinya, Ara memilih untuk berangkat ke sekolah dengan motor barunya itu. Ia berencana mengajak Chika pergi jalan-jalan karena hari itu adalah hari Jumat, dimana akan ada banyak waktu luang sepulang sekolah.
Kegiatan berjalan normal seperti biasa. Hingga bel pulang sekolah tiba, Ara sudah bersiap untuk menuju kelas Chika sebelum gadis itu pulang.
Ara menunggu Chika di kursi panjang yang terletak di balkon dekat kelas Chika. Sembari memainkan ponsel dengan tangan kirinya, tangan kanannya memegang sekotak susu yang sedang ia minum.
Pintu kelas terbuka, Ara terkesiap dan langsung berdiri agar dirinya mudah mencari Chika di antara murid-murid kelas itu.
"Chika!" Panggilnya.
Chika membelokkan arahnya ke tempat Ara berdiri.
"Ada apa?"