extra part; love you untill last breathe

305 28 40
                                    

jangan lupa baca notes di akhir, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa baca notes di akhir, ya!

happy reading y'all! 🙆🏻‍♀️💗
















Belakangan ini, aku tengah sibuk menyelesaikan lukisan-lukisan hasilanku, yang sebentar lagi akan diletakkan di art museum. Karena alasan ini, aku bahkan sudah tidak bertemu dengan Jaemin selama tiga minggu. Cukup lama, 'kan?

Ah, aku benar-benar rindu Jaemin. Selama tiga minggu ini, aku dan Jaemin hanya bisa melepaskan rindu melewati video call. Meskipun ingin bertemu, namun Jaemin sangat perhatian. Mau gimanapun, proyek kali ini sangat penting bagiku. Tentu Jaemin tidak ingin menggangguku.

Untuk proyek kali ini, aku juga merahasiakan dari Jaemin. Iya, memang sengaja.

"Michael, tolong pindahkan lukisan ini ke luar ya—"

"Kak Olaf!"

Mendadak, percakapanku dengan Michael harus berhenti. Lalu refleks, pandanganku terfokus ke seseorang yang memanggil namaku.

Ternyata Yuna.

Yuna lari menghampiriku sembari tersenyum. Bukan tersenyum biasa, tapi tersenyum penuh arti.

"Kenapa, Yuna?" tanyaku, lalu aku kembali menatap Michael yang berada di sebelah. "Michael, tolong pindahkan lukisan ini ke luar art museum, ya."

"Siap, Kak Olaf," usai Michael berujar, sang empu pun meninggalkan aku dengan Yuna berdua.

"Kak Olaf sombong, ya?" ujar Yuna tiba-tiba sembari menatapku dengan tatapan mengintimidasi.

Sombong?

Aku menatap Yuna kebingungan, lalu terkekeh pelan. "Kenapa sombong, Yuna sayangku?"

Yuna menatapku cemberut. "Kak Olaf udah tunangan, kan? Kenapa nggak kasih tau Yuna?"

Aku sukses melototkan kedua netraku dengan sempurna. "Wait— what?!"

"Kan," Yuna membalikkan bola matanya. "Sekarang malah pura-pura nggak tau."

"Siapa yang kasih tau masalah ini ke kamu, Yuna?" tanyaku sembari menghela napas. "Selain kamu, staff lain nggak tau masalah ini, kan?"

"Kak Jaemin yang kasih tau," Yuna terkekeh sebelum lanjur berujar. "Sepertinya harapan Kak Olaf harus pupus, deh, soalnya anggota staff lain juga udah keburu tau masalah ini."

"Kak Jaemin yang kasih tau masalah ini pula," Yuna berbisik ke arahku.

"Oh my goodness," aku berkacak pinggang merasa tak habis pikir, namun tanpa sadar kedua netraku fokus ke arah tangan Yuna— di mana Yuna sedang mengambil segelas kopi starbucks.

"Kapan kamu beli kopi, Yuna? Kenapa nggak minta Kak Olaf anter kamu aja? Aku kan bawa mobil hari ini," tanyaku tidak paham.

"Dari tunangan kamu, Kak Olaf," Yuna menengok ke arah belakang. "Kak Jaemin beli 60 gelas kopi starbucks untuk para staff."

7 New Heroes & JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang