7. Yedam dan rasa bertanggung jawabnya

115 27 0
                                    

< cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

< cr. Giphy : justanimegifs >


Sinar matahari dengan seenaknya masuk melalui celah jendela kamar Yedam, membuat si empunya terusik oleh sinar itu.

Pagi datang, menandakan hari baru telah datang di kehidupannya.

Sudah 5 hari setelah kejadian waktu itu, dimana Yedam kalap sama kondisi Chaeryeong, lalu lupa sama Yunji dan hampir mati stress karena masalah pensi dan Chaein. Belum lagi dihari itu ia dengan sok beraninya mengancam sosok seniornya yang dikenal dengan kenakalan nya itu.

Sejak hari itu juga, sosok Yedam yang santai berubah jadi selalu memperhatikan sekitar. Firasat nya menyuruh dirinya untuk berhati-hati akan apapun yang akan datang.

Rasa bertanggung jawab Yedam terhadap sahabat-sahabat perempuan nya itu meningkat drastis yang tentunya malah memberikan efek samping bagi Yedam.

Iya, Yedam terkena efek samping karena kekhawatiran berlebihnya. Ia jadi sensitif dan susah tidur. Ia pun jadi hilang fokus dan mood swing. Rasanya Yedam ingin nangis aja.

Yedam pun mendapat perhatian lebih oleh kedua sahabat homonya yang kurang lebih mengerti dengan kekhawatiran Yedam. Bukannya apa, tapi mereka yang cuma sekedar nemenin Yedam waktu itu aja tau kalau ada yang gak beres.

Anyway, hari ini udah hari Senin lagi. Yedam harus bangun untuk berangkat sekolah. Tapi, badannya terasa seperti akan remuk.

Entahlah, ia pun merasa kepalanya pusing se-pusing pusingnya.

Tok...tok...tok...

Suara pintu kamar Yedam yang diketuk itu membuat Yedam terganggu.

Pintu pun dibuka oleh sosok yang mengetuk pintu itu. Disana terlihat sosok ibu dari Bang Yedam sedang melihat kearahnya. Ia tahu, pasti ibunya mau membangunkannya.

"Nak..." gumam sang Ibu, lembut.

"Hmm..." balas Yedam seadanya.

Bukan cuek, tapi badan Yedam benar-benar berat. Untuk sekedar berbicara saja rasanya sulit.

"Kamu kenapa?" tanya sang ibu yang merasa ada yang tak beres dari anaknya.

Ibu dari sosok Yedam itu akhirnya duduk, menempatkan diri di samping anaknya. Ia pun mengarahkan tangannya ke dahi dari sang anak. Panas. Itulah yang pertama kali ia rasakan ketika menyentuh dahi Yedam.

"Waduh... Kamu demam! Hari ini gak usah sekolah dulu... Kita ke dokter!" ucap sang Ibu.

Yedam pun menggelengkan kepalanya. Ia berusaha bangkit duduk berniat untuk sekolah. Semua usahanya pun ditahan oleh sang ibu yang sedang menatapnya khawatir.

"Gak ada penolakan Yedam!" perintah sang ibu.

"Tapi, ma... Nanti anak-anak yang nganterin siapa? Lagian aku kuat kok... Tidur di UKS juga bikin aku mendingan nanti..." ucap Yedam kepada sang ibunda.

si Yedam ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang