|°'Bagian 16'°|

619 288 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍁🍁🍁

"Semakin di kejar - semakin jauh. Semakin tidak terkejar - semakin mendekat."

Apa ya kira-kira?
🍁🍁🍁

Suasana Bandara sore ini sangat ramai sekali, Vina memeluk erat Sang Ibu. Padahal, baru satu Minggu full ia menghabiskan waktunya bersama keluarga, namun sekarang di pisahkan kembali oleh sebuah pekerjaan.

Jika bisa memilih, Vina ingin menghabiskan banyak waktunya bersama keluarga, di banding ia harus menghabiskan waktunya dengan kesepian. Tapi apa boleh buat, kedua orangtuanya sama-sama orang sibuk. Mana bisa ia memaksa orangtuanya untuk berhenti bekerja, karena mereka bekerja pun untuk dirinya.

"Jaga diri baik-baik ya, sayang," ucap Rena sambil mengelus rambut Vina.

"Pasti Ma," balasnya sambil memeluk erat.

"Vino, Tante titip Vina ya. Kalau Vina susah di atur dan gak nurut sama Vino, bisa telepon tante ya," ujar Rena pada Alvino.

"Oke tante."

Vina berdecak sebal, mengapa ibunya menitipkan pesan seperti itu pada lelaki yang sudah ia anggap menyebalkan. Vina takut, Alvino mengambil kesempatan itu untuk di jadikan boomerang dengan dirinya.

"Ma, tapi Vina izin buat ikut lomba di luar kota, boleh?"

"Lomba music lagi?"

Vina mengangguk cepat dengan penuh semangat, tatapan matanya seolah-olah mengartikan bahwa ibunya harus mengizinkan dirinya untuk mengikuti lomba itu.

"Gimana ya...."

"Ma, please, soalnya gak ada yang wakilin lagi selain Vina."

Vina jika sudah tentang musik dan alat musik pasti akan mementingkan perlombaan itu, karena itu bagian dari kehidupannya yang membuat dirinya berwarna.

Kadang jika sedang sedih, ia selalu memainkan alat musik dan bernyanyi, itu sebabnya jika ada perlombaan ia ingin ikut terus. Rena sebagai ibu tidak melarang Vina untuk mengikuti lomba apapun, karena ia tidak mau mengenang sang anak, ia hanya ingin anaknya bahagia sesuai sama apa yang anaknya lakukan di setiap harinya.

"Kamu wakilin sama siapa?"

"Rasya."

"Cowok?"

Vina mengangguk pelan, lalu mengalihkan pandangannya pada ibunya yang sedang berpikir.

Oh ternyata, kemarin itu ngomongin lomba, batin Alvino.

"Oke Mama izinkan, tapi harus sama Alvino. Gak ada penolakan lagi! karena Mama tau, di sana kamu pasti nginap, Mama pengen Alvino ikut agar bisa jaga kamu di sana."

ALVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang