𝐁𝐚𝐛_𝟒

4.9K 475 7
                                    

"Sʟᴇᴇᴘ ᴡɪᴛʜ ᴛʜᴇ ᴅᴇᴠɪʟ"

Yohan keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai. Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh. Lee Yeon berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Yohan masih menimbulkan memar- memar di sana sini, tetapi lelaki itu sepertinya sudah diobati.

"Bagaimana dia?" tanya Yohan dingin.

"Dokter sedang menanganinya, paru-parunya kemasukan cairan... Anda sendiri Tuan Yohan. Anda tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua seperti itu hanya untuk menyelamatkan lelaki itu..."

Yohan melirik pada Lee Yeon dengan tatapan tajam, lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah. "Tadinya aku berniat membunuhnya."

"Kalau begitu kenapa Anda menyelamatkannya?"

Yohan membalikkan tubuhnya dan menatap Lee Yeon dengan mata menyala-nyala, "Karena aku memutuskan, belum saatnya dia mati." mata cokelat Yohan bagaikan berbinar di kegelapan, "Dan kau... Kenapa kau sengaja membiarkannya lolos?"

Lee Yeon menatap Yohan, tampak ada keterkejutan di matanya meskipun sekejap kemudian dia langsung memasang wajah datar, "Saya tidak sengaja membiarkannya lolos."

"Kau pikir aku bodoh?" suara Yohan menajam, setajam tatapannya, "Kau adalah pengawalku paling berpengalaman, tak mungkin kau bisa diperdaya lelaki itu, kecuali kau memang membiarkan dirimu diperdaya."

Lee Yeon menelan ludahnya, "Saya ingin membebaskannya, saya takut dia akan membawa masalah untuk kita."

Yohan melempar handuknya dengan marah ke sofa, "Dalam dua hari ini kau sudah dua kali mengambil keputusan sendiri dan menentangku. Dengarkan ini baik-baik Lee Yeon," suara Yohan dalam dan mengancam, "Sekali lagi kau membuat kebodohan yang merepotkanku, bukan hanya pukulan yang kau dapat, aku akan menghabisimu secepat aku bisa."

Suara ancaman itu masih menggema di kegelapan, bagaikan janji iblis yang memanggil-manggil meminta nyawa.  Ketika Ga On terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya. Dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya.

"Tenang, kau sudah ada di daratan, kau bisa bernafas secara normal." suara Yohan membawa Ga On kembali pada kesadarannya.

Dengan waspada dia menoleh dan mendapati Yohan sedang duduk di tepi ranjangnya. Ga On beringsut sejauh mungkin dari Yohan dan tingkahnya itu memunculkan secercah cahaya geli di mata Yohan.

"Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi?" nada geli pun tersamar dalam suara Yohan.

'Kurang ajar!,' batin Ga On dalam hati.

Dia berjuang meregang nyawa dan lelaki ini malah duduk disini menertawainya. Tetapi, apakah benar Yohan yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya? Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Yohan sudah memutuskan untuk membunuhnya? Kenapa lelaki itu berubah pikiran?

"Ya, aku memang menyelamatkanmu." Yohan bergumam seolah-olah bisa membaca pikiran Ga On, "Tetapi itu bukan demi dirimu, itu demi kepuasanku."

Ga On menatap Yohan geram. "Apa maksudmu?"

Dengan tenang lelaki itu melepas dasinya, gerakannya pelan tetapi mengancam hingga tanpa sadar Ga On bergidik dan beringsut menjauh.

"Aku tidak suka bercinta dengan mayat." senyum di bibir Yohan tampak kejam, "Kau lebih nikmat kalau hidup dan bernafas."

Ketika Ga On menyadari maksud Yohan, sudah terlambat. Lelaki itu mencengkeram kedua lengannya dengan satu tangan. Kekuatan Ga On tidak sebanding dengan kekuatan tubuh Yohan yang besar dan kuat di atasnya. Dengan mudahnya lelaki itu mengikat kedua pergelangan tangannya dengan ikatan mati yang sangat rapi, lalu menalikannya di kepala ranjang.

Sʟᴇᴇᴘ ᴡɪᴛʜ ᴛʜᴇ ᴅᴇᴠɪʟ [BxB] 𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang