𝐁𝐚𝐛_𝟏𝟎

4.1K 373 19
                                    

"Sʟᴇᴇᴘ ᴡɪᴛʜ ᴛʜᴇ ᴅᴇᴠɪʟ"

Kim Ga On tertegun. Ulang tahunnya yang kedua puluh lima sebentar lagi. Kenapa Yohan bisa mengetahui detail hari ulang tahunnya? Ga On tertarik, tetapi dia akan memuaskan Yohan kalau dia mengikuti Yohan untuk berbicara dengannya. Jangan-jangan memang itu tujuan Yohan, supaya dia tidak berhujan-hujanan dan mengikuti lelaki itu.

"Nanti, aku akan menyusulmu jika aku sudah puas disini."

Api menyala di mata Yohan, dan tampak jelas lelaki itu mencoba menahan diri. "Terserah, nanti temui aku di ruang kerja." suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.

-

Setelah puas menikmati hujan, Ga On masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Dia sengaja tidak menemui Yohan, lagipula sepertinya lelaki tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Dan Ga On tidak yakin kalau Yohan akan menunggunya. Lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan memiliki banyak urusan.

"Kenapa kau tidak menemuiku?" suara di kegelapan itu mengagetkan Ga On.

Dia menajamkan matanya dan melihat Yohan duduk di sana, di keremangan kamarnya. "Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?"

Ga On berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di dinding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Yohan, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.
Ga On berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Yohan.

Lelaki itu duduk di sofanya, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman. Ga On melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Yohan selama menunggunya. Apakah lelaki itu mabuk? Jantung Ga On mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Yohan sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.

"Apa yang kau lakukan disini Yohan?"

Yohan mendengus dan menatap Ga On dengan tajam, "Kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras kepala itu memutuskan untuk melawanku."

Ga On mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Yohan bertindak di luar batas dia bisa segera melarikan diri.

Yohan tersenyum melihat tingkah Ga On, "Kau seperti kelinci ketakutan lagi Ga On, apa kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat di minumanmu, atau ... melemparkanmu dari balkon lagi?" Yohan menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, makin lama makin mendekati Ga On.

"Yohan, kau mabuk?" Ga On melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau Ga On ingin melarikan diri dari Yohan. Dia pasti bisa melakukannya.

"Kang Yohan tidak pernah mabuk." Yohan melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap-endap mengincar mangsanya. "Dan kau... Seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Ga On."

Ga On tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Yohan kehilangan kesabarannya, karena itulah Ga On langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Yohan sudah ada dibelakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka.

Yohan mendorongnya rapat ke pintu, dan dengan terkejut Ga On bisa merasakan kejantanan Yohan yang mendesak keras di bagian belakang tubuhnya. Dia ingin bergerak dan menghindar, tetapi ternyata Yohan sudah menahannya di semua sisi. Ga On ketakutan. Apakah dia akan dipaksa lagi? Udara mulai terasa menyesakkan dan Ga On mulai terengah-engah.

Sʟᴇᴇᴘ ᴡɪᴛʜ ᴛʜᴇ ᴅᴇᴠɪʟ [BxB] 𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang