setidaknya, satu kali dalam seumur hidup. seseorang pasti pernah berada. pada titik dimana, mereka akan merasa lelah.
bukan hanya fisik yang merasa kelelahan. tapi, kesehatan mental dan suasana hati perlahan memburuk. seolah dirinya lelah, sangat sangat lelah.
tidak lagi termotivasi, mulai kehilangan arah.
"hai, ada apa? kenapa sedari tadi melamun saja?," -sapa yang lebih tua.
"tidak apa, aku baik-baik saja," -balas Ziro pada Nares.
"kau bisa berucap baik saja tapi, kedua matamu tidak bisa berbohong kalau kau sedang lelah dan tidak merasa baik saat ini," -ujar Nares dengan santai namun terkesan tegas.
membuat Ziro merasa tersudutkan, oleh yang lebih tua. kalau ditanya apa kelemahannya, sudah pasti Ziro akan menjawab. ia tidak pandai berbohong.
bahkan, luka sekecil apapun yang terlihat dari fisik atau dalam dirinya. pasti akan diketahui oleh orang-orang disekitarnya. dan semua itu bermula di rumah ini, dengan Nares yang selalu menanyai keadannya.
berbeda dengan Ayahnya dulu. sial, mengingat Ayahnya secara tidak langsung akan memutar kembali hal yang membuatnya trauma. memori buruk itu terus berputar dalam pikirannya saat sedang lelah begini.
cerita singkat, tentang salah satu hal yang membuat Ziro trauma. dan membenci kehadiran Ayahnya. karena, keputusan buruk, bodoh, dan tidak manusiawi yang telah dilakukan sang Ayah pada dirinya saat kecil dulu.
sewaktu usia 6 tahun, tidak banyak hal yang dapat Ziro lakukan. pergi sekolah, belajar, menyelesaikan tugas dibantu Ibu atau Kakak laki-lakinya, bermain, juga aktivitas normal yang dilakukan anak-anak lainnya. itu saja, lagipun ia bukan tipikal anak laki-laki yang nakal.
hingga, hari buruk itu datang. saat pulang dari sekolah, seperti biasa, ia akan berganti pakaian kemudian makan siang dan bermain bersama Ibu juga Kakaknya. naas, entah kerasukan apa sang Ayah tiba tiba saja membuat kekacauan di rumah.
pemandangan yang ia lihat didalam rumah sangat mengerikan. Ibu yang terlihat kesakitan memegangi perutnya, diiringi darah segar mulai mengalir membanjiri lantai. ditemani, Kakaknya membantu menenangkan Ibu dengan dahi berdarah.
kemudian, Ayah yang menatap marah ke arahnya. mendekati. lalu, menyeret tubuh kecilnya ke dalam kamar mandi. mulai memukulinya hingga sakit sekujur tubuhnya, dilanjut mengisi penuh air dingin ke dalam bath up.
menenggelamkan tubuh kecilnya. dengan kepala yang ditekan masuk lebih dalam pada genangan air, yang mulai berwarna kemerahan itu. yang terakhir ia lihat waktu itu hanya air merah yang membuat perih matanya.
kemudian, terbangun didalam ruang rawat rumah sakit. dengan Kakak laki-laki disampingnya, yang memberi kabar bahwa Ibu mereka telah keguguran. Ziro bukan anak kecil yang bodoh.
jelas dia tau apa yang dimaksud oleh Kakaknya. katakanlah sang Kakak terlalu sarkas, baru Adiknya sadar. kabar buruk itu langsung diberitakannya.
dimana kabar itu, mengubur dalam impian Ziro kecil yang sangat ingin mempunyai Adik.
ayolah, Ayahnya tidak akan dihukum penjara. bahkan setelah melakukan tindakan keji. karena, keluarga Ayah bukan orang-orang sederhana yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya saja.
Ayahnya berasal dari keluarga kaya, yang berambisi tinggi. serta, menggilai gelar dan jabatan. dengan uang yang mereka miliki, semua dapat dibungkam juga dibeli dengan mudahnya.
mulai dari kejadian itu, tidak ada lagi sosok yang ia sebut pelindung. tidak ada lagi hal yang membuat Ziro senang berada didekat sang Ayah. singkatnya, Ziro membenci Ayahnya.
"hiks," -isaknya menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya.
re-experiencing. salah satu gejala dalam gangguan kesehatan mental yang ia alami. membuat dirinya akan mulai mengingat traumanya, menjadi cemas kemudian menangis.
"astaga, Ziro!," -ujar Nares.
dengan sigap, ia mendekap tubuh yang lebih muda dalam pelukannya. walau tidak tau pasti, hal apa yang membuatnya menangis. ia akan tetap berusaha, menenangkan Ziro yang terlihat sangat "kacau", hari ini.
"aku benci Ayah! aku benci mengetahui kenyataan ia masih terus hidup dengan bebas sampai hari ini padahal, sudah membunuh banyak harapan kami!," -serunya memukuli tubuh Nares yang berusaha menenangkannya.
"kenapa tidak mati! aku sangat benci dirinya!," -lanjutnya lagi.
kondisi rumah hari ini memang sepi. seperti biasa, hanya akan ada Nares dan Stefan dirumah. lalu, Ziro lebih dulu pulang di siang hari.
dilanjut sore dan malam barulah ramai dengan kehadiran lima orang lainnya. beruntung, Stefan sedang pergi keluar siang ini. jadi, Ziro bisa lebih leluasa mengeluarkan berbagai pikiran negatif dalam dirinya tanpa diketahui banyak orang dirumah ini.
"sudah ya," -ucap Nares.
pada Ziro yang mulai berhenti menangis. mencoba mengatur deru napasnya. namun, enggan untuk menampakkan wajahnya.
ya, dia masih setia dalam pelukan Nares. bahkan sekarang lebih erat lagi. seakan tidak mau kehilangan salah satu orang penting, dalam hidupnya saat ini.
"kau sudah tumbuh jauh lebih dewasa dibanding kemarin, makin banyak cerita yang sudah kau lalui dan banyal kejutan tak terduga menunggumu didepan sana. aku tidak memintamu dengan spontan, untuk menghapus memori buruk yang datang lalu merusak harimu, membuat dirimu kembali terpuruk mengingat hari buruk dalam perjalanan hidupmu itu," -ujar Nares.
"aku ingin kau, lebih banyak mengingat kenangan menyenangkan yang pernah kau buat bersama Ibu, Kakak, serta orang baik yang ada disekitarmu. kesampingkan sebentar, kebencian besar pada orang lain yang malah akan memperburuk suasana hatimu. kau anak yang baik jadi, kau sangatlah pantas memperoleh banyak hal yang baik juga dalam kehidupanmu kedepannya," -sambung Nares.
"hari ini memang buruk untukmu. ingat, hanya harinya yang buruk bukan jalan hidupmu. kau harus tau, kalau dirimu adalah alasan Ibu dan Kakakmu serta, orang lain disekitarmu untuk terus bertahan sampai hari ini. bahkan, aku ada diantara mereka. setiap melihatmu bahagia aku akan sangat bahagia sebaliknya, saat kau terpuruk dalam kesedihan maka aku akan lebih merasa buruk. karena, tidak bisa membuatmu merasa baik disini," -kata Nares lagi.
membuat Ziro, melepas tautan mereka. lalu menatap Nares sambil mendengar setiap perkataan yang lebih tua. terdengar santai namun tegas bukan keluarga sedarah tapi, sangat amat menaruh perhatian besar untuk dirinya.
"hari ini kau sangat lelah, aku yakin akan hal itu. jadi, lebih baik kau rehat sejenak, dari berbagai rutinitasmu. tidak apa, tidak setiap hari kau harus merasa produktif. sudah makan siang kan? ayo aku antar ke kamarmu, beristirahatlah saja ya," -ucap Nares.
membantu yang lebih muda berdiri dari posisi duduknya. kemudian, berjalan disampingnya sambil mengucapkan berbagai ungkapan menenangkan. membuat Ziro, merasa jauh lebih baik dari sebelumnya.
dulu, saat traumanya datang. ia akan menangis dalam pelukan Ibu ataupun Kakak laki-lakinya. kedua orang itu hamya akan terdiam sambil memeluknya tanpa, mengeluarkan sepatah kata apapun.
mungkin tidak tau akan merespon apa. bukan masalah besar, mereka masih mau menerima kehadiran Ziro dengan suatu hal baru dalam hidupnya saja ia sudah sangat bersyukur. setidaknya masih ada anggota keluarga yang peduli padanya.
berbeda dengan sekarang, semenjak ia bertemu dengan Nares. ia menganggap Nares adalah figur dari seorang Kakak sekaligus Ayah untuknya. orang yang selalu bertanya akan keadaannya, mengajaknya bercanda, menjadi tempat bercerita paling nyaman, dan tempat pulang teraman.
dengan berbagai alasan baik yang sudah ia punya, ia makin tidak ingin jauh dari sosok Nares.
tbc,
KAMU SEDANG MEMBACA
mixtape ( stray kids )
Fanfiction(baku) ❝Berawal dari asta nantinya, akan membentuk satu cerita.❞ -pict & gif source, pinterest. /©️ameriicaneo