DUA PULUH | TUMBUH

128 34 9
                                    

tumbuh. semua terus menerus bertumbuh. setiap harinya banyak hal dalam hidup yang berubah.

dengan harapan tumbuh menjadi lebih baik dari kemarin. berbagai harapan baik disematkan pada hari ini. kesalahan dan rasa kecewa yang dirasa, menjadi evaluasi untuk kembali menyambut esok hari.

nyatanya, tumbuh. tidak hanya tentang persoalan diri yang berubah menjadi dewasa. lalu dapat bebas melakukan apa saja yang telah dirancang dalam kepala.

"sudah satu purnama menjadi bagian dari orang dewasa. apa lebih baik dari sebelumnya?," -tanya Nares.

membuka obrolan petang ini bersama yang lebih muda. dengan enam orang lain yang sedang beraktivitas di luar rumah. seperti biasa, rumah yang ramai menjadi senyap saat tersisa dua orang saja dalamnya.

"ternyata, lebih buruk dari perkiraanku," -jawab yang lebih muda.

"alasannya?," -ucap Nares memandang teduh Ziro disampingnya.

"entahlah, semua hal yang sudah aku harapkan, sedemikian rupa ku rancang dalam kepala, setiap harinya ku sebut dalam doa. malah berakhir dengan kegagalan juga sekumpulan rasa kecewa," -ujar Ziro.

"lalu?," -timpal Nares.

"sepertinya, aku sudah lelah bermimpi. menjadi dewasa lebih menyedihkan dari diriku yang dulu. aku rasa saat itu, Ayah bermaksud baik untuk menghabisi nyawaku. kalau aku tau hari-hari setelah ulang tahun ke tujuh belas akan lebih menyedihkan begini, lebih baik aku mati saat itu. semua ini hanya, memperburuk kehidupanku saja. bukankah begitu?," -jelas Ziro lalu bertanya pada Nares.

Nares masih sama seperti awal Ziro bercerita. duduk tenang dengan senyuman ramah. kembali menatap Ziro dengan pandangan teduh.

"seburuk itu pandanganmu terhadap, proses pendewasaan?," -tanya Nares.

"iya, kurasa," -balas Ziro, sambil mengedikkan bahu sebagai tanggapan.

"baiklah, aku juga pertama kalinya menjadi bagian dari orang dewasa. dengan berbagai dilema yang aku rasakan setiap hari. bagiku logikanya, orang dewasa adalah anak-anak yang kemarin masih merengek meminta mainan pada orang tua mereka, lalu hari ini diberi tanggung jawab untuk mengurus diri mereka sendiri. yang kini sudah harus terbiasa dengan berbagai rasa sedih dan kecewa dalam hidupnya. hal-hal kecil disekitarnya kini menjadi pelipur lara paling menyenangkan untuknya," -ujar Nares.

"sadar atau tidak kau terus tumbuh setiap harinya. makin bertambah angka dalam usia, walau nyatanya berkurang masa hidupmu," -tambah Nares pada Ziro.

"jangan pernah berharap banyak dalam hidupmu. berbagai mimpi dan rencana yang sudah kau rancang dalam kepala, diiringi alunan doa setiap harinya. tidak akan terlaksana, kalau dirimu masih terus menyalahkan keadaan dan malas untuk berusaha" -lanjut Nares.

Ziro hanya diam mendengar setiap kalimat yang dilontarkan Nares, untuknya. beberapa kali merasa terbantu dengan ujaran yang lebih tua. tapi, tak sedikit merasa tersindir juga.

"tidak apa-apa, ini pertama kalinya. semua pasti merasa sedih, marah dan kecewa. tapi, percayalah awalan menyedihkan ini akan menjadi pengalaman berharga untukmu. yang mengubah diri lemah menjadi seseorang yang lebih kuat. dan menjadi sekumpulan memori terbaik yang tak terlupa bagi kehidupanmu nantinya," -ujar Nares menepuk pelan bahu Ziro.

"kau yakin aku bisa melewati ini semua?," -tanya Ziro.

"tentu! kalau mereka semua tidak percaya denganmu. maka aku akan jadi orang pertama yang yakin, kalau kau bisa melewati ini semua, apapun hasilnya baik atau buruk nantinya. aku akan tetap ada disini, mendukungmu," -tanggap Nares mengusap telapak tangan Ziro.

suasana senyap menenangkan. berubah menjadi isakan tangis haru penuh harapan. semilir angin di sore hari menjadi pelengkap dalam kebersamaan.

"terima saja tumbuh itu mutlak dalam hidupmu, sampai pada akhirnya kau akan tertidur tenang, untuk waktu yang lama meninggalkan segala hiruk pikuk dunia."

tbc,

mixtape ( stray kids )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang