DUA PULUH DUA | PERGI

107 31 12
                                    

kondisi ku memburuk setiap harinya. begitupun dengan hari ini. rasanya wajah dan telinga nyeri sekali.

mual sejak malam tadi. perutku terasa sangat sakit dan mual. puncaknya pagi ini, saat sedang sarapan bersama tujuh lainnya.

baru menyuapkan satu sendok makan nasi goreng yang dibuat Stefan, rasanya ada sesuatu yang mendorong dari dalam perutku. untuk mengeluarkan makanan yang baru saja masuk. memaksakan untuk menelan, berakhir aku batuk cukup keras. lalu, bangun dan pergi ke toilet.

menyisakan tatapan khawatir penuh tanya dari enam lainnya. sedangkan, Moren hanya menatap datar. seolah tau apa yang aku sembunyikan selama ini.

menutup pintu toilet sembari mengatur deru nafasku. menatap cermin dalam, memerhatikan diriku yang kian mengurus. menampakkan tulang selangka yang terlihat memiliki cekukan cukup dalam.

kemudian, membasuh telapak tangan yang terkena darah saat batuk tadi. dan membersihkan ujung kaus yang memerah. supaya bersih saat keluar menemui mereka lagi.

cukup lama aku di dalam. terdengar suara peralatan makan yang kembali dirapikan dari atas meja makan. untuk dicuci kembali dan dirapikan ke arah dapur.

menarik nafas dalam, memberanikan diri untuk keluar dari dalam.

"sampai kapan mau terus berbohong?,"

partanyaan berat itu terdengar begitu saja. baru aku keluar dari dalam toilet. sudah ada, Moren yang berdiri menungguku disana.

"sudah dari tadi? kau mau menggunakan toilet? haha maaf aku cukup lama di dalam," ucapku mencoba mencairkan suasana.

"kau belum menjawab pertanyaanku," tukasnya menatap datar.

"maksudnya?," balasku.

"aku tau kau sakit, mengapa terus berbohong. disaat aku, dan yang lain selalu berbagi cerita kepadamu. kenapa harus menyimpan semuanya sendiri?," jelasnya dengan tatapan marah dan menyedihkan ke arahku.

"sinus, selama ini kau rahasiakan dari kami. setidak pentingnya kah kami di matamu?," tambahnya lagi.

dengan tenang namun terkesan ada penekanan dalam kalimat utama yang diucapkan barusan.

"ada apa?," tanya Lino saat melewati kami.

"ah tidak ada apa-apa," jawabku tersenyum seperti biasanya.

"belum lelah? mau terus begini sampai kapan?," ujar Moren lagi.

"ada apasih sebenarnya? kalian sedang ada masalah?," tanya Abas yang baru datang.

makin banyak orang yang ada di hadapanku sekarang. terdengar derap langkah kaki dari dapur menuju kemari. dan banyaknya pertanyaan yang sama terlontar dari mereka yang baru datang didepanku.

kepalaku rasanya sakit sekali. nafasku kembali tercekat, sesak sangat berat untuk sekedar menarik udara masuk dalamnya. terasa pandanganku mengabur, semuanya menjadi asing.

tak lama semuanya mulai menggelap, lalu aku jatuh pingsan setelahnya. dan tak ada yang ku ingat selain teriakan dari Stefan dan Zaro. serta, atensi seluruhnya menatap nanar dan khawatir ke arahku.

kurasa, hari yang kutakutkan akam datang. menandakan saatnya berpisah dengan tujuh pendatang. yang selalu hadir bersamaku sampai waktu ini. dan akan mengantar hari kepergianku mendatang.

tbc,

mixtape ( stray kids )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang