DELAPAN BELAS | BANGGA

122 36 19
                                    

kira-kira, kapan terakhir kali. membanggakan diri sendiri. bukan menyombongkan diri tapi, mengapresiasi hasil kerja keras dan usaha yang telah dilakukan selama ini.

setiap orang pastinya pernah mengalami masa sulit. dalam menerima diri sendiri. dengan berbagai kekurangan dan segala kelebihan didalamnya.

"sewaktu bersekolah dulu, aku sering dijuluki si tubuh pendek. makanya, aku tidak punya banyak teman yang benar-benar tulus denganku. mereka hanya mengincar uang dan barang yang aku punya," -ujar Abas.

membuka obrolan mereka di ruang tengah. dengan tujuh orang lainnya membuat lingkaran besar. sabtu sore ini, kembali berkumpul berbagi cerita satu sama lain.

"benarkah? semasa bersekolah, aku sering dirundung oleh remaja seumuranku dulu. mereka akan melempari aku sisa bekal, ataupun mencoret meja belajarku di kelas juga mengolokku dengan sebutan anak miskin yang menyusahkan. padahal, aku tidak pernah minta bantuan mereka dalam menyelesaikan tugas atau kegiatan lainnya disekolah," -tanggap Lino dengan wajah kecut mengingat kembali memori kelamnya dulu.

"baiklah, bagaimana denganmu Moren?," -ucap Nares yang mulai menikmati topik obrolan mereka.

"seperti biasa, tidak ada yang menarik dalam hidupku dulu. bersekolah, mengikuti berbagai lomba, bekerja sampingan, dan pulang ke asrama. tapi, aku masih ingat betul perkataan salah satu guru disekolahku saat mengetahui Ibu dan Adikku bunuh diri. ia berkata bahwa, aku tidak akan pernah sukses karena hanya anak yatim piatu dengan berbagai hal buruk yang menggambarkan masa laluku," -jelas Moren tersenyum simpul.

"beberapa waktu lalu kami bertemu saat ada pameran kesenian, ada beberapa lukisan karyaku yang ditampilkan saat itu. ia mengajakku berbicara dengan mulut besarnya, ia terus berkata bahwa aku adalah siswa berprestasi saat sekolah dulu dan ia sangat bangga padaku, aku hanya terkekeh menimpalinya. lalu membalas berbagai ucapan besarnya dengan, "baiklah terima kasih sudah memujiku tapi, apakah kita pernah kenal sebelumnya? aku rasa Bapak salah orang, guruku dulu lebih sering mencemooh dibanding mengapresiasi," dan ya dia hanya terdiam," -kata Moren membahas ceritanya itu.

Abas dan Lino tertawa keras saat mendengar akhir cerita Moren.

"aku rasa dia ingin terkenal juga tapi, tidak mau berkarya sendiri maunya menumpang nama saja," -tanggap Abas.

"dasar orang aneh, kalau aku bertemu dengannya. maka aku akan tertawa kencang didepan wajahnya," -tambah Lino dengan ketusnya.

"sudahlah, temanmu hanya bercerita masa lalunya tidak perlu menghakimi mereka yang ada didalamnya," -ucap Nares menengahi.

"sekarang giliranmu," -kata Stefan ke arah Dean.

"ya baiklah, aku rasa ceritaku saat disekolah cukup baik, tidak ada masalah dengan guru maupun temanku. mungkin, masalah terbesarnya sampai hari ini adalah keluarga Ibuku yang masih tidak mengakui keberadaan kami ah lebih tepatnya kehadiran Adik perempuanku. semenjak Ibu meninggal, keluarga Ibuku menganggap kami hanya sekumpulan pembawa masalah pada mendiang Ibu," -jelas Dean dengan nada yang terkesan menyedihkan.

"aku selalu ketakutan saat ada keluarga Ibu yang datang ke rumah kami, mereka pasti akan berbuat seenaknya pada Ayah juga Adik perempuanku. aku sangat sedih jika mengingat hal-hal seperti itu, dan tidak bisa berbuat lebih untuk sekeda menggantikan posisi Ayah dan Adikku dulu," -sambungnya sedikit menitikkan air mata, dengan Ziro yang menepuk pelan kedua bahunya.

"kau sudah bertahan melalui semua ini, Ayah, Ibu, Kakak dan Adikmu pasti sangat senang akan keberhasilanmu, jangan menyalahkan dirimu sendiri ya," -ujar Nares pada Dean.

"terima kasih," -tanggap Dean.

"kalian semua sudah sejauh ini terus bertahan, dan terus menerus menorehkan berbagai pencapaian positif dalam hidup. tidak ada salahnya memberi apresiasi pada diri sendiri. aku memang bukan keluarga sedarah kalian tapi, aku sangat bangga akan berbagai pencapaian besar yang telah kalian torehkan. selamat ya untuk kalian, akan lebih banyak kejutan tak terduga lainnya nanti," -kata Nares menatap setiap orang disana dengan tatapan memuja.

"jadikan, berbagai ungkapan buruk mereka sebagai motivasi untuk berubah menjadi lebih baik lagi dari hari ini," -sambungnya.

membuka lebar kedua lengan besarnya. menyambut setiap uluran tangan. yang berniat memeluk tubuhnya.

ditemani matahari yang mulai tenggelam. senja mereka diisi dengan berbagai cerita tak terduga satu sama lain. hangatnya sore ini sangat terasa lewat dekapan hangat satu sama lain.

"perlu kalian ingat, terkadang mencoba membuktikan kamu yang terbaik atau terhebat, adalah bentuk lain dari penghinaan."

ujar Nares, yang terasa bergema dipendengaran mereka. bentuk dari ungkapan sederhana. yang akan terus teringat dalam, benak tujuh orang dirumah ini.

tbc,

mixtape ( stray kids )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang