ICBWY-03

149 15 0
                                    

Happy reading :)

"Aku terlalu mencintainya, hingga Tuhan cemburu dan memberiku luka yang kadang-kadang aku tidak menyadarinya. Aku berfikir
Aku bisa memelukmu,meluluhkan hatimu namun sainganku berat, antara Rosario dan arah kiblat".

****

Sebelum bergegas pergi meninggalkan rumah ke tempat kerjanya, Sejeong selalu membaca lembaran buku yang saat itu ia beli, isinya hanya tentang keyakinan untuk dirinya sendiri. Keyakinan pada penciptanya dan keyakinan tentang hatinya.

Saat hari dimana ia berfikir hubungannya dengan Sehun akan berakhir saat itu juga ia terus membaca buku itu dengan meyakinkan dirinya jika ia dan Sehun tidak akan berpisah.

Sejeong begitu mencintai pria itu, namun disisi lain ada hal yang memberatkan nya. Sehun termasuk pria yang ta'at menjalani ibadahnya ia pun begitu ta'at dengan segala kewajibannya. Kadang-kadang Sejeong menyalahkan dirinya atas semua perasaannya bukan menyesal telah menjalani hubungan sejauh ini, namun ia takut perjuangannya selama ini sia-sia.

Ketika tuhan menitipkan cinta padanya, ia tidak bisa memilih pada siapa dia mencinta. Sejeong pun tak kuasa menolak cinta yang datang karena cinta adalah titipan. Ia tidak membenci keadaannya saat ini, namun ia membenci fikirannya yang terlalu takut akan kejadian yang belum terjadi.

Sejeong menggeleng dari lamunannya, ia merasa fikirannya kembali kacau. Seharusnya sejauh ini ia cukup hanya menjalani apa yang di takdirkan padanya tanpa memikirkan apapun.

Ketukan pintu yang terdengar nyaring itu membuat Sejeong bangun dari duduknya, ia melihat Hyeon masuk kekamarnya dengan segelas teh hangat. Sejeong tersenyum sambil menggenggam buku yang sebelumnya ia baca.

"Nak? Kau tidak bekerja?"

"Aku menunggu Sehun menjemputku". Ucap Sejong.

"Mmm sarapan dulu".

"Aku tidak lapar ibu, biar nanti saja".
Seraya mengambil gelas kaca di tangan sang ibu Sejeong meminum teh panas itu.

"Apa yang sedang kau fikirkan?"

Sejeong menatap Hyeon penuh arti, Hyeon memang peka ia selalu tau jika Sejeong sedang merasa risau dengan fikirannya.

"Mmh tidak ada ibu, aku baik -baik saja".

"Sejeong.. dengarkan aku, jika kau sedang gundah, risau, sedih atau hatimu sedang tidak baik-baik saja ingat kita punya allah yang mau mendengar keluh kesah kita sekarang, kau tidak perlu menahannya sendiri, jika kau tidak mau memberitahu kesedihanmu padaku. Tumpahkan lah semua rasa gundahmu kepadanya".

"Ibu. Aku baik-baik saja, aku selau berdoa kepadanya agar aku selalu diberikan ketenangan".

"Bagus nak, kau harus selalu mendekatkan diri padanya. Semua mu'jizat yang terjadi atas izinnya". Sejeong mengangguk.

Setelah beberapa menit berbicara, Sejeong mendengar jika ponselnya terus berdering ia mengambil ponsel itu di meja nakasnya, terlihat garis bibir itu sedikit melengkung saat melihat siapa yang menghubunginya.

"Ibu sepertinya aku harus pergi".

"Baiklah apakah Sehun sudah menjemputmu".
Sejeong mengangguk.

I CAN'T BE WITH YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang