[16] FIRST MEETING

9 3 1
                                    

Hari ini tidak sesibuk biasanya. Jadwal endorsement Dini telah selesai sejak pukul sebelas pagi, padahal biasanya baru selesai pukul sebelas malam. Perempuan November itu sengaja hanya menerima sebagian tawaran endorsement karena jadwal kuliah cukup padat. Selain itu, ia juga berniat untuk memiliki waktu luang lebih banyak. Dini memerlukan waktu untuk dirinya sendiri.

Paska putus kontak dengan Sena, ia kerap kali dihujani pesan-pesan anonimus yang berisi ancaman dari berbagai nomor yang berbeda. Sebenarnya bukan anonimus, karena Dini tahu pengirimnya adalah Sena Sang Mantan.

Berulang kali Jordi memerintah Dini untuk mengganti nomor ponsel. Namun hal itu jadi pertimbangan yang berat terlebih mengingat urusan pekerjaan dan kuliahnya. Hingga pada akhirnya, Jordi kembali turun tangan. Ia mendatangi sepupunya itu untuk memberikan peringatan secara jantan.

Kalau ditanya bagaimana hubungan mereka berdua selepas kejadian di taman kota minggu lalu, maka Dini pun tidak bisa menjawab. Jordi lagi-lagi harus merasakan pahitnya digantung karena Dini yang masih belum memberikan kepastian.

Iya, sepulang dari taman kota itu, Jordi menyatakan cintanya.

Walaupun bukan yang pertama kali, tetap saja berhasil membuat Dini bingung seribu persen. Bohong kalau Dini bilang ia tak pernah menaruh perasaan terhadap Jordi. Karena dari lubuh hari yang terdalam gadis itu sayang Jordi, terlampau sayang sampai ia tidak pernah siap untuk kehilangan cowok itu.

Dini takut, kalau kelak ia dan Jordi menjalin hubungan, semuanya akan berubah. Walaupun tak tahu pasti di mana letak perubahannya karena bahkan jauh sebelum bersama Sena pun Jordi sudah nempel dengan cewek itu. Tapi dia tetap takut.

She doesn't want to ruin anything. It's complicated.

"Gimana aku bisa makan kalau kamu liatin terus?" keluh Dini.

"You look adorable when you're eat. Pipi kamu itu loh Din," Jordi tertawa kecil, matanya seakan lupa berkedip saking keasyikan melihat Dini mengunyah sashimi di hadapannya.

"Udah sana lanjut nge-game aja!"

Senyum usil muncul di wajah cowok itu, "Kamu salting ya?"

"Enggak!" elak Dini.

Lagi, cowok itu tertawa renyah, merasa puas mengusili gadis di depannya. Pandangan Jordi pun kemudian beralih pada game di ponsel yang sengaja ia pause demi menyaksikan Dini makan tadi. Bocah ini memang kepalang bucin. Jangankan mengunyah, Dini menguap saja masih terlihat menggemaskan di mata Jordi.

Selang beberapa detik ponsel Dini berdering, memunculkan sebuah nama di sana. Skala.

"Halo? Kenapa La?"

"..."

"Ah besok gimana? Hari ini gue ada ngumpul sama yang lain ngomongin project panti."

"..."

"Eh lo join juga? Asikkk!"

"..."

"Okay sekalian aja hari ini berarti. Sip sip! Hati hatii Skalaa."

Dini menutup telefonnya dengan senyum yang mengembang, membuat Jordi menatap heran. Jelas ia penasaran dengan apa yang gadis itu dan Skala bicarakan samapi-sampai selama berbincang, senyum Dini kian melebar.

"Itu Skala temennya Xedis?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Dini. "Ada apa? Kenapa nelfon kamu?" lanjutnya.

"Dia ternyata ponakannya Veronica Lily dan Skala mau bantu untuk ngajak tantenya kerja sama di usaha attire gue!" Dini memekik senang, kedua sudut bibirnya terangkat tinggi, membuat mata itu menyipit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

•IRIDESCENT•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang