[7] SAMA SAMA PITA MERAH

29 3 0
                                    

Sudah hampir satu minggu Oddy menjalankan ospek fakultasnya dan hari ini adalah hari terakhir. Ia sangat berterimakasih pada kakak panitia yang membuat perawatan kulitnya selama dua bulan terbuang sia sia.  Iya, gadis itu kembali gosong. Sama seperti dirinya enam tahun lalu, sawo kelewat matang.

Oddy sendiri heran, bagaimana bisa sunblock dengan SPF tinggi yang ia pakai sampai lima lapis pada muka dan badan itu tidak berpengaruh?

Tidak mau kondisi kulitnya semakin parah, Oddy pun nekat berbuat kecurangan di hari terakhir ospeknya dengan pura-pura sakit agar dapat izin mengenakan jaket. Gadis itu juga memalsukan pita mediknya dari warna hijau menjadi warna merah agar bisa duduk di barisan paling belakang.

Penentuan warna pita ditentukan berdasarkan riwayat penyakit yang tercatat pada data pribadi yang pernah diminta panitia saat hari pertama ospek. Pita merah artinya punya riwayat penyakit yang parah, kuning tidak terlalu parah, dan hijau sehat. Setahu Oddy, pencocokan data hanya dilakukan di hari pertama sampai ketiga. Jadi, ia tidak perlu khawatir akan diperiksa.

Anak-anak dengan pita merah selalu diberi perhatian khusus oleh panitia, mereka juga diperbolehkan untuk istirahat di ruang medik yang ber-AC dan itu adalah tujuan Oddy. Dia butuh ngadem.

Oddy sebenarnya takut kelakuannya ini jadi doa. Tapi ia sudah tidak sanggup panas-panasan di lapangan.

Kaki gadis itu melangkah sedikit tergesa, menghampiri perempuan berkaus biru dengan name tag 'TIM MEDIK' di dekat posko keamanan. Persiapannya bisa dibilang cukup matang, Oddy bahkan sampai menaburkan bedak bayi ke area bibir agar terkesan pucat.

"Permisi Kak, saya mau minta surat izin pakai jaket, saya lagi sakit." Oddy berucap parau, didukung oleh raut lemas serta mata sayu gadis itu.

Si Kakak Tingkat hendak menyentuh dahi Oddy, namun terhenti, karena suara berat tiba-tiba terdengar di belakangnya.

"Sakit apa?"

Sontak Oddy membalikkan badan dan mendapati seorang pria tertubuh tinggi dengan atribut lengkap khas mahasiswa baru tengah memperhatikannya dari atas hingga bawah.

Pria itu sangat tinggi, seketika Oddy merasa seperti kurcaci.

"Eh? Ini.. darah rendah, maag kronis, asma—"

Amit-amit Ya Allah.

"Buset, itu penyakit apa menu warung padang? Banyak bener!" komentar cowok itu.

Oddy gelagapan, sedikit panik kalau aktingnya tadi berlebihan. Ya gimana lagi? Dia hanya ingin maksimal.

Cowok itu tampak menahan tawa. "Kasih deh Ra!"

Perempuan yang dipanggil Ra tadi menghela nafasnya lalu memberikan surat izin pada Oddy. "Nih! Nanti kasih aja ke mentor lo."

Ape nih? Ko gampang banget :(

Oddy tersenyum, menerima selembaran surat itu. "Makasih Kak."

Perempuan di hadapannya mengangguk kecil kemudian melangkah meninggalkan Oddy berdua dengan cowok yang tidak dikenalnya.

"Lo nggak mau makasih ke gua gitu?" tanya cowok itu, memecah keheningan.

"Um.. M-makasih?" jawab Oddy terbata-bata. Ia bingung harus memanggil cowok ini dengan embel-embel 'kak' atau tidak.

Bisa jadi kan cowok ini tuh kating yang lagi nyamar gitu.

"Skala." Cowok bernama Skala itu meraih tangan kanan Oddy, menjabatnya.

Oddy kaget dengan perlakuan tiba-tiba Skala. Maklum, dia jarang skinship dengan orang asing.

"Ah iya, Oddy," balasnya.

•IRIDESCENT•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang