[6] KECIPRATAN REPOT

19 3 0
                                    

Kalau kalian sangka lingkar pertemanan Haikal itu itu saja selama sembilan belas tahun cowok itu hidup, maka jawabannya salah besar. Dibanding Jo, Haikal lebih pandai dalam menjalin pertemanan dengan orang lain. Perkumpulannya pun tak terhitung jari alias terlalu banyak. Cowok asli Bandung itu seringkali ikut berpatisipasi dalam kegiatan sosial baik dalam kota atau luar kota.

Seperti saat ini contohnya, ia sedang sibuk mendata siapa saja yang akan ikut mengunjungi rumah singgah anak pengidap kanker di kotanya.
Rencananya, Haikal dan salah satu perkumpulannya berniat mengadakan teater kecil untuk menghibur anak-anak itu.

"Kamu nggak cape, Kal? Udah, biar aku gantiin dulu sini." Sepasang tangan merebut laptop Haikal dari pangkuannya. Netra gadis itu mengabsen nama demi nama yang sebelumnya telah Haikal ketik, mencocokkan nama itu dengan data yang ada di ponselnya.

Haikal tertawa kecil melihat raut serius Adara. Perpaduan antara serius mendata dan serius mengunyah.

Selain pandai bergaul, Haikal juga terkenal dengan sikapnya yang rendah hati. Ia bisa dengan mudahnya masuk ke lingkaran mana pun, mau itu anak-anak yang memang sudah memiliki nama atau anak yang bahkan tidak terlihat sama sekali. Adara misalnya.

Pertemuannya dengan Adara bermula ketika Haikal diam-diam memerhatikan gadis itu tengah menolong  kucing yang terjebak di atas pohon halaman sekolah. Ketika Adara hendak memanjat pohon setinggi dua meter itu, Haikal segera melemparkan celana olahraganya ke Adara. Soalnya kan bahaya kalau nanti daleman Adara kelihatan. Enak di Haikal.

Setelah misi penyelamatan  Epah si kucing janda tiga anak itu selesai, tanpa ba-bi-bu, Haikal langsung merekrut Adara sebagai anggota di ekstrakurikuler yang ia ketuai.

Kucing aja ditolongin, apalagi hamba Allah.

"Bukannya kamu habis ini ada kelas, Ra?" Haikal menopang dagunya, menghadap Adara.

"Kuliah umum kok, jadi telat dikit juga gapapa."

"Gimana farmasi? Nyaman?"

Adara memutar bola matanya kemudian berkata,  "jangan wawancara aku dulu Kal, aku lagi serius."

"Yah padahal tadi itu latihan sebelum kamu debut nanti di channel youtube Kamera Haikal dengan Rating 37.5%," ujar Haikal.

"Apaan sih nggak jelas," balas Adara dengan tawa kecilnya.

Sebenarnya, Haikal juga ada kelas lima belas menit lagi. Tapi kata Jo, Pak Dosen berhalangan hadir dan penggantian tugasnya dikumpul minggu depan.

Entah ini memang rencana Tuhan atau bagaimana, karena lagi-lagi Haikal satu kelas dengan Jo. Sepertinya, cowok itu memang ditakdirkan untuk selalu mengintili Jo.

Mereka sempat berpisah saat kelas dua SMA dan Jo langsung sujud syukur saking senangnya. Jahat sekali Jo, padahal Haikal sampai tidak bisa tidur kepikiran hari-harinya tanpa Jo.

"Jo, aku kangen!" teriak Haikal, hendak memeluk Jo yang baru saja menyelesaikan Bleep Testnya.

"Jijik anjing!"Jo otomatis menghindar. Cowok itu bersembunyi di balik badan mungilnya Dini.

Senyum Haikal semakin mengembang, pelukan pun ia hamburkan kepada dua sahabatnya itu. "Yaudah aku peluk dua-duanya!"

"Xedis ikutan!"

"Nanda juga!"

"Kasan mauuu!"

Cakra menarik tangan Jingga, meninggalkan mereka yang sedang menikmati aksi peluk-pelukan di tengah ramainya kantin. "Jing, ke atap aja yu? Gua malu.."

•IRIDESCENT•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang