[5] CERITA SI PAKAR CINTA

27 3 0
                                    

Sehari sebelum perkuliahan dimulai, Xedis pergi ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan ospek. Tempat yang sedang ia kunjungi ini adalah tempat favoritnya.

Berada di tengah keramaian supermarket membuat gadis itu merasa tenang. Dia suka suasananya. Berjalan di antara lorong-lorong penuh makanan, melihat seseorang bingung memilih sayuran, memasukkan beberapa makanan instan ke keranjang, mencoba meraih minuman di rak paling atas, atau memerhatikan balita yang merengek ingin dibelikan es krim.

Sebut Xedis aneh, karena suasana supermarket bisa menghilangkan penatnya. Tak terhitung sudah berapa kali ia pergi ke supermarket untuk sekedar keliling-keliling, tanpa membeli apapun. Hanya untuk melihat aktivitas orang lain.

Supermarket juga menjadi tempat pertama kali ia bertemu dengan seseorang yang hingga saat ini berhasil menetap di hatinya.

Dua tahun. Selama itu, pria bernama Skala Dewangga bertahan menjadi nomor satu di hati Xedis. Berawal dari keranjang mereka yang tertukar saat belanja, kemudian bertemu lagi di tempat yang sama dua minggu setelahnya, saat itu Xedis memberanikan diri menyapa Skala. Dari percakapan kecil itulah hingga saat ini mereka masih berhubungan baik.

"Emang sering belanja di sini?" tanya Xedis sambil mendorong trolleynya.

Skala mengangguk. Pria itu berjalan di samping Xedis, menitip beberapa belanjaannya di trolley gadis itu.

Entah kerasukan makhluk apa, tetapi semenjak Skala berjalan di sampingnya, Xedis tiba-tiba keringat dingin. Padalah ini adalah pertemuan keduanya.

"Gua mau ke lorong pembalut dulu, lo nggak usah ikut, malu!" Xedis berjalan cepat meninggalkan Skala. Saking cepatnya, trolleynya sampai menabrak beberapa trolley lain. Ia tidak fokus.

"Sial kenapa malah degdegan gini sih?" rutuknya pada diri sendiri.

Xedis mengusap dadanya. Demi Tuhan ia tak pernah setegang ini berada di dekat cowok. "Fyuuh, tenang Xedis, inhale, exhale, okay!"

Begitu sampai di lorong tujuannya, ia segera mengambil kemasan pembalut berlogo hello kitty itu. Kebiasaan Xedis adalah mengambil barang yang letaknya paling belakang. Katanya itu sudah turun temurun, nggak ngerti alasannya apa.

"YAH KOK UKURAN 35 SEMUA? MANA CUKUP!" gadis berponi itu mengembalikan pembalut yang tadinya hendak ia masukkan trolley.

Matanya kembali mengabsen pembalut lain di hadapannya. Setelah tiga menit mencari, akhirnya ia menemukan yang ukuran 42 cm di rak paling atas. Xedis berjinjit, tangannya merogoh benda berbentuk persegi yang sulit diraih itu. Ia sampai harus melompat-lompat.

"Wah rese nih roti jepang!" gerutunya.

Xedis melipat lengan bajunya, bersiap untuk melompat lagi. Namun, sebelum gadis itu melanjutkan aksinya, sebuah tangan lebih dulu mengambil barang tersebut. Ia berbalik dan mendapati seorang pria dengan tubuh menjulang tinggi di hadapannya. Perempuan berakhiran nama Gumita itu mengurungkan protesnya begitu matanya bertemu dengan mata Skala. Tepat di maniknya.

Skala menyusul Xedis.

"Kalau butuh bantuan itu bilang, Xedis." Skala memasukkan pembalut itu ke trolley dan berjalan lebih dulu meninggalkan Xedis yang masih mematung.

Pasalnya, jarak mereka tadi terlampau dekat, Xedis sampai lupa caranya bernafas.

"God, am i in love?" gumam gadis itu, di belakang punggung lebarnya Skala.

Tanpa sadar, pipi Xedis merona. Sial, bahkan ia masih bisa salah tingkah hanya karena mengingat kejadian dua tahun lalu. Pengaruh Skala memang tak main-main.

•IRIDESCENT•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang