Kejujuran

419 63 5
                                    

Levi terbangun dari tidurnya tepat pukul tujuh pagi, dan ia langsung menemukan undangan pernikahan di samping tempat tidurnya, hari ini Erwin menikah dan ia bingung apakah ia akan datang atau tidak, jika tidak datang, ia khawatir kalau Erwin mencurigai ada yang tak beres dengannya, namun jika datang, ia harus kembali menahan rasa sakit di dadanya.

Levi berjalan keluar pintu lalu menuruni tangga dan langsung menuju ke dapur, ibunya sedang menyiapkan sarapan pagi yang jumlahnya lebih sedikit ketimbang saat Erwin berada disini.

"Selamat pagi Levi, cepatlah mandi dan sarapan"

Rasanya hari ini perasaan buruk terus menyertainya, ia jadi tidak berselera makan ataupun melakukan kegiatan seperti lari pagi dan semacamnya, ia ingin terus tidur di kamarnya seharian penuh, berharap jika upacara pernikahan Erwin hanyalah mimpi buruk yang di alaminya.

"Bu, hari ini aku tidak makan" ucap Levi, yang kembali berbalik badan dan melangkah pergi, namun Kuchel segera menahannya.

"Jangan bicara begitu Levi, ibu sudah menyiapkan makanan untukmu lho.." ucapnya sambil berkacak pinggang.

Levi menghela nafasnya lalu kembali berbalik dan duduk di meja dapur dengan lemas dan wajah pucat, lalu ia mengambil roti dan mengolesinya dengan selai.

"Apa yang mengganggumu hari ini?" Tanya Kuchel, sambil memberikan mangkuk nasi kepadanya.

Levi menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan sepatah katapun, namun Kuchel tahu ada yang tidak beres dengan perasaan Levi hari ini.

"Kalau kau terus memendamnya, kau akan merasakan sakitnya lebih dalam, sebaiknya ceritakan pada ibu apa yang membuat perasaan mu memburuk?"

Saat Levi berniat memasukan roti kedalam mulutnya, selera makannya hilang lagi dan ia langsung menyimpan roti tersebut. "Itu terlalu memalukan untuk diceritakan" ia menjawab pertanyaan Kuchel, bukan dengan jawaban yang sesungguhnya.

"Ibu tidak akan menertawakan mu jika menurutmu itu sangat memalukan, kalau bisa, ibu pasti akan memberikanmu solusi"

Levi menarik nafasnya dalam-dalam, mungkin menceritakannya kepada Kuchel bukan hal yang salah.

"Aku menyukai seseorang" ucap Levi, yang membuat bola mata ibunya terbelalak kaget, ini pertama kalinya ia mendengar ungkapan bahwa Levi, anak satu-satunya itu menyukai orang lain.

"Benarkah? Lalu kenapa jika kau menyukai seseorang?"

Levi mengembuskan nafas nya kasar. "orang itu tidak tahu kalau aku menyukainya, dan aku terus memendam perasaanku padanya bahkan ketika aku berada di Paradise dulu"

Kuchel ikut bersedih saat mendengar Levi yang memendam perasaannya lebih lama dari yang ia duga.

"Lalu kenapa kau tidak bicara padanya kalau kau menyukainya, di tolak ataupun di terima, itu urusan belakangan, yang pasti setelah kau mengungkapkan perasaan mu, hatimu akan lebih tenang dan lega"

Levi sedikit menunduk mendengar perkataan ibunya. "Mungkin aku sudah terlambat" lirihnya, yang membuat Kuchel mengernyitkan dahinya.

"Apa maksudmu?"

"Hari ini dia menikah.." ucap Levi pelan, yang membuat Kuchel lebih terkejut dari sebelumnya, jadi itu alasan Levi jadi sangat kacau hari ini?

"Jadi dia.." Kuchel ingin memberi Levi ketenangan dengan ucapannya, namun kalimatnya hilang begitu saja seolah ia paham bahwa dirinya tak akan bisa mengerti tentang Levi.

"Mungkin ibu akan membenciku ketika mendengar hal ini.." Levi mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkan jati dirinya, ia sedikit menitikan air mata untuk menyalurkan rasa marah dan kecewa. "Maafkan aku, aku tak menyukai ketertarikan pada perempuan, aku hanya bisa mencintai seorang pria" ucapnya sambil menunduk.

Maybe In Another Life [ ERURI ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang