Akhir Dari Kisah Levi dan Erwin

622 67 11
                                    

Erwin turun dari sebuah bus yang memang mengarah ke perumahan Levi, ia tidak bisa menggunakan mobil miliknya karena tempat parkirnya penuh dan mobilnya tidak bisa keluar, jadi ia dengan terpaksa harus mengendarai kendaraan umum.

Setelah sampai ia langsung berlari menuju halaman rumah Levi, ia mengetuk pintunya beberapa kali namun nihil, tak ada seorangpun didalam yang membukakan pintu untuknya.

"LEVI, KAU ADA DIDALAM?!" Teriak Erwin keras-keras, namun tak ada jawaban, apa mungkin Kuchel dan Levi sedang berada di kedai? Pikir nya.

Erwin menghela nafasnya karena mungkin perkiraan nya benar, biasanya jika siang begini Levi berada di kedai, tidak mungkin ia akan datang ke pesta pernikahan nya karena itu hanya akan menyakiti hatinya, meskipun pernikahan itu sudah tidak ada lagi.

Erwin kembali menunggu bus yang datang, lalu setelah hampir sepuluh menit ia berdiri di halte, akhirnya ada satu bus yang lewat dan dengan cepat ia langsung saja menaikinya, perjalanan di bus juga tidak terlalu memakan banyak waktu, ia juga sekali-kali mencoba menelpon Levi namun tidak di angkat karena handphonenya tidak aktif, mungkin pria itu sedang sibuk di kedai.

Bus berhenti tepat didekat halte yang tidak jauh dari kedai Levi, Erwin segera turun dan dengan cepat ia langsung berlari ke kedai untuk mencari Levi, ia langsung menghampiri meja kasir.

"Levi?" panggilnya agak keras.

"Sebentar!" Teriak seorang wanita yang langsung menghampiri meja kasir untuk melayani pelanggannya. "Maaf menunggu lama tuan, mau pesan a—Erwin!" Pekik Kuchel saat melihat pria yang terengah-engah dihadapannya.

"Ibu, apa kabar?" Tanyanya, namun agaknya Erwin hampir kehabisan nafas karena ia sudah berlari-larian kesana dan kemari.

"Erwin, duduklah dulu, ibu akan membuatkan teh untukmu"

Erwin menuruti perintah Kuchel untuk duduk di salah satu kursi dan menetralkan pernafasannya, Kuchel segera berjalan ke mejanya dengan membawa satu gelas teh yang masih hangat.

"Minumlah Erwin.." ucapnya, sambil duduk disamping pria itu.

"Terima kasih" ucap Erwin, yang langsung meminumnya hingga menyisakan setengah gelas. "Ahh.. teh di kedaimu memang selalu enak" pujinya, namun Kuchel masih keheranan.

"Erwin, ibu mau bertanya sebelumnya" ucap Kuchel.

Erwin langsung menatapnya sambil tersenyum. "Aku juga ingin bertanya sesuatu, tapi jika ibu ingin bertanya terlebih dahulu, boleh saja"

Kuchel menatap Erwin dengan serius. "Bukankah hari ini adalah hari pernikahan mu? Kenapa kau malah berkeliaran disini?" Tanyanya penasaran.

Erwin teringat sesuatu, ia tiba-tiba muncul begitu saja tanpa menjelaskan semuanya. "Ahahaha soal itu ya.. pernikahannya batal" celetuknya.

Kuchel terbelalak kaget. "Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa batal? Bagaimana? Erwin jelaskan semuanya!" Erwin kaget karena tiba-tiba Kuchel memukul meja didepannya.

"A-aku akan menjelaskannya, tenang dulu ibu!" Serunya.

Kuchel langsung menatap bola mata Erwin tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun, ia ingin mendengar semuanya dan Erwin perlahan-lahan mulai menceritakan bagaimana ia bisa membatalkan pernikahan nya dengan Marie, perlahan-lahan Kuchel mulai memahami semuanya dan ia turut sedih namun juga senang karena Erwin bisa terlepas dari beban di hatinya.

Kuchel menghela nafas panjang saat Erwin selesai bercerita, lalu ia langsung mencubit pipi kiri pria itu dengan sangat keras sehingga kembali menyisakan kemerahan disana, lama-lama pipinya akan benar-benar hancur.

Maybe In Another Life [ ERURI ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang