Demam

515 69 7
                                    

Pagi ini Erwin bangun terlebih dahulu dari Levi, ia bisa melihat kalau pria kecil itu tertidur pulas dengan senyuman yang menyungging di bibir tipisnya, tanpa sadar Erwin ikut tersenyum dibuatnya, Levi tampak sangat tenang saat ia tertidur.

Erwin beranjak dari tempat tidur lalu menaikan selimut nya pada bahu Levi, ia harus segera mandi sebelum pria kecil itu bangun dan mengambil alih kamar mandi seperti hari-hari sebelumnya.

Erwin menuruni tangga, dan ia sudah menduga bahwa Kuchel tengah memasak sesuatu, karena hidungnya mencium aroma lezat dari arah dapur.

Ia segera memasuki kamar mandi, mungkin ia harus segera mandi untuk bisa sarapan dan pergi ke kantor.

Sedangkan di kamar, Levi semakin menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuh hingga kepala, ia menggigil kedinginan dan tubuhnya bergetar, keringat bercucuran dan kepalanya sangat pusing, belum lagi ia bersin beberapa kali dan tenggorokannya terasa panas, seperti nya ia masuk angin karena udara dingin tadi malam.

Levi mencoba untuk menyadarkan diri, ia membuka matanya perlahan meski terasa berat, kepalanya benar-benar berdenyut hebat dan tubuhnya kedinginan, padahal Ace dikamar nya sudah ia matikan.

"Erwin.." ia memanggil nama sahabatnya, namun kaget karena ranjang disebelahnya kosong, mungkin Erwin sudah bangun dan mandi duluan, pikirnya.

Levi kembali menidurkan dirinya, ia tidak kuat dan ingin kembali tidur, namun tubuhnya masih menggigil hebat dan kepalanya semakin pusing, bersinnya juga kembali datang berkali-kali.

Levi bisa mendengar ada orang yang membuka pintu kamar, dilihatnya Erwin yang sudah mengenakan kemeja dengan dasi yang masih belum di kenakan dengan baik, hanya di kalungkan di lehernya saja.

"Levi, ibumu pergi duluan ke kedai, cepat mandi dan kita langsung sarapan" ucap Erwin, sambil membuka lemari dan mencari jasnya.

"Erwin, kau sarapan sendiri saja..." Ucap Levi dengan suara lemas dan serak. "HACHI!" Dan lagi-lagi disertai bersinnya yang menjengkelkan.

Erwin berbalik karena merasa ada yang aneh, dan benar saja, dilihatnya Levi yang menggigil dibawah selimut dengan wajah merah dan keringat bercucuran, Erwin segera berjalan ke arah ranjang lalu menempelkan telapak tangannya pada dahi Levi, ia juga mengecek dibagian leher.

"Levi, kau demam, pasti karena semalam" ucapnya yang kini mulai panik.

"Tak apa, kau cepatlah sarapan.." ucap Levi, yang langsung kembali menutup matanya, setidaknya itu bisa membuatnya jauh lebih baik.

"Levi, aku akan membuatkanmu bubur, setelah itu kau minum obat" ucap pria itu.

"Tapi Erwin, kau akan terlambat ke kan—HACHI" Levi merutuk kesal ketika bersin itu memotong kalimatnya.

"Aku bisa mengerjakan pekerjaan ku di rumah, aku akan menemanimu, jadi tunggu disini"

Erwin segera berlari menuju tangga dan turun kebawah, ia menuju dapur lalu membuatkan bubur yang untung saja bisa ia lakukan, ia sering membuat bubur sendiri kalau ia sedang sakit.

Sambil menunggu bubur yang ia buat matang, ia mengambil ponsel di meja makan lalu menekan nomor telepon Mike.

"Yo Erwin, ada apa?"  Suara berat di seberang sana terdengar.

"Mike, boleh aku minta tolong padamu?" Tanya nya langsung.

"Apa saja untuk bos ku"  Ucap Mike.

Erwin memutar bola matanya, namun ia segera berbicara. "Aku tak bisa masuk kantor hari ini, bisa kau gantikan aku untuk bertemu dengan Zeke Jeager, pemilik perusahaan kota Marley"

Maybe In Another Life [ ERURI ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang