Janji

324 63 1
                                    

Pagi ini Erwin terbangun dan menoleh kesamping, namun Levi tidak ada disana dan ia segera bangkit berdiri, ia berjalan membuka pintu lalu menuruni tangga, pintu kamar mandi tak terkunci itu berarti tak ada orang lain didalam.

Jadi ia meneruskan perjalanannya ke arah dapur, dan disana hanya ada Kuchel yang tengah menyiapkan sarapan pagi yang masih mengepul hangat.

Erwin duduk di kursi sambil menatap ke arahnya. "Bibi, dimana Levi?" Tanyanya, sambil menoleh ke kanan dan kirinya.

"Ah Erwin, aku juga tidak tahu, dia bilang ingin ke kedai lebih awal hari ini, padahal masih pagi dan matahari juga belum terbit" ucapnya sambil menepuk dahi.

Erwin tampak terkejut, kenapa dia pergi sepagi ini? "Apa yang ingin ia lakukan?" Akhirnya pertanyaan yang ada dibenaknya langsung ia tanyakan kepada Kuchel.

"Aku juga tidak tahu, dia memasang wajah cemberut dan saat kutanya dia ingin kemana pagi buta begini, ia menjawab bahwa ia akan pergi ke kedai, padahal sudah kusuruh sarapan dan dia bilang akan membeli sarapan di restoran kota saja" Kuchel menjelaskan, dan itu malah membuat Erwin merasa bersalah.

"Kurasa ia marah padaku.." Erwin menggaruk tengkuknya, Kuchel menatapnya keheranan.

"Apa maksudmu, Erwin?" Tanyanya.

Erwin sedikit menunduk. "Kemarin malam aku mengatakan padanya bahwa aku akan segera pindah ke apartemen dan sudah menemukan apartemen yang cocok, tapi dia tiba-tiba marah"

Kuchel mulai memahami semuanya. "Intinya dia tidak ingin kamu pergi, begitu?"

Erwin mengangguk lemas. "Sebenarnya aku tak ingin merepotkan kalian berdua dengan keberadaanku disini, lagipula niatku disini hanya sampai aku mendapatkan apartemen yang cocok"

Kuchel tampak menggelengkan kepalanya. "Erwin, aku dan Levi senang denganmu yang berada di rumah kami, jangan merasa sungkan, keberadaan mu disini tidak menganggu atau merepotkan, sebaliknya aku senang karena Levi memiliki teman"

Erwin tersenyum mendengarnya. "Aku senang bibi mengatakan hal itu, tapi sayangnya aku harus menyewa apartemen karena ayahku akan segera menyusul dari luar negeri, mana mungkin aku membawa ayahku kemari bukan? Itu akan semakin merepotkan mu.."

Kuchel tampak terkejut. "Memangnya ayahnya Erwin berada dimana sekarang?"

"Italia, mengurus beberapa perusahaan dan ia dipindah tugaskan ke Jepang, jadi aku harus mencari apartemen yang bagus untuknya, niatnya setelah kami menyewa apartemen, kami akan membuat rumah di sekitar sini"

Kuchel tersenyum mendengarnya. "Benarkah? Di sekitar sini?"

Erwin segera mengangguk. "Ya, mungkin dengan begitu Levi tak akan marah lagi padaku, kalau bisa sekalian saja aku membuat rumah disamping rumah kalian"

Kuchel tertawa mendengarnya. "Maaf Erwin, Levi malah jadi seperti anak kecil yang merengek tak membiarkanmu pergi ya"

Erwin ikut tertawa dibuatnya. "Tak apa-apa,  mungkin setelah pulang dari kantor aku akan langsung menemuinya"

Kuchel senang karena masalah tentang Erwin yang akan segera pergi sudah terselesaikan dengannya, namun tidak dengan Levi.

"Nah Erwin, kalau kau mau kembali kesini, kembalilah, jangan sungkan-sungkan"

Erwin mengangguk. "Aku akan selalu kembali kesini bibi, ini seperti rumah kedua bagiku"

"Kalau tak ada Erwin disini, rumah ini kembali sepi.." Kuchel memasang ekspresi sedih di wajahnya.

"Bibi..."

Lalu Kuchel tiba-tiba tertawa. "Baiklah baiklah, aku akan selalu menunggu kedatangan mu kembali, kalau bisa ajak juga ayahmu, aku ingin bertemu dengannya"

Maybe In Another Life [ ERURI ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang