Bab 25

4 3 0
                                    

Hari ini hari pertama mereka sebagai pasangan suami istri.

Seperti biasa, Ajhar akan ke rumah sakit, dan Bulan akan membuka toko bunganya.
"mas, mau makan apa nanti siang?" jar Bulan sembari menyiapkan roti untuk sang suami.
"apa aja, yang penting kamu yang masak" jawab Ajhar tersenyum.

Selesai sarapan, Ajhar mengantar Bulan ke toko bunganya.
"sayang, mas ke rumah sakit dulu ya Assalamualaikum" jar Ajhar sembari menyalami sang istri dan mengecup kening istrinya.
"waalaikumussalam" jawab Bulan.

Di toko bunganya Bulan, seperti biasa ramai sekali. Bulan pun sebisa mungkin melayani para pelanggannya.

Selesai melayani pelanggan, Bulan beristirahat di ruangannya.
Bulan membaca buku novel favoritnya.

Ting!

Notifikasi dari ponsel membuat fokus Bulan terbagi. Ia pun segera mengecek  notif dari siapa itu.

Namjoon: jangan lupa, hari ini jadwal kemo terapi mu.
Bulan:tentu, terimakasih sudah mengingatkan.

Setelah mendapat pesan dari Namjoon, Bulan bergegas menuju rumah sakit.

.

.

.

.

Di rumah sakit......

"bagaimana, apa kau pusing?" tanya Namjoon.
"tidak, kenapa memangnya?" tanya Bulan.
"ya, kan kondisi mu harus baik-baik saja sebelum kemo" jawab Namjoon.

'tapi aku sudah tidak baik-baik saja' batin Bulan.

"aku mulai kemonya" jar Namjoon kemudian mulai menyuntikan obatnya.

Obat tersebut mulai bereaksi, dan hal yang sama terjadi. Tubuh Bulan tidak bisa menerima obat itu.

"sudahlah oppa, obat ini tak akan berguna lagi. Berikan aku obat pereda sakitnya saja" jar Bulan.

"tapi Ajhar, sudah bilang pada ku...oppa bisa kan bilang, dia sudah melakukan kemonya" jar Bulan kesal.
"baiklah jika kau inginnya begitu" jar Namjoon.

"ini obat mu, dan banyak-banyak istirahat ya" jar Namjoon begitu memberikan obat.

"hm, terima kasih" jar Bulan kemudian keluar.

'sebenarnya, obat apa pun tak akan berguna, Ya Allah, biarkan aku memiliki anak dengan suami ku, setidaknya anak ku nanti bisa membuatnya tersenyum setiap hari saat aku tak ada nanti' batin Bulan.

Sementara Ajhar segera menemui Namjoon setelah ingat bahwa hari ini adalah jadwal kemo terapi Bulan.

"Namjoon, aku masuk ya" jar Ajhar begitu mengetuk pintu.
"ah, hyeong masuk saja" jawab Namjoon.

"bagaimana kemo hari ini? Apa berhasil?" tanya Ajhar tak sabaran.

"ha-hari ini kemonya berjalan lancar, h-hyeong tenang saja" jawab Namjoon gugup.

"baiklah, kalau begitu aku keluar ya" jar Ajhar.
Namjoon menghela nafas lega.
'maaf hyeong, tapi Bulan yang meminta' batin Namjoon.

.

.

.

.

.

Beberapa bulan kemudian....

"mas, aku ke kamar mandi dulu" jar Bulan kemudia pergi ke kamar mandi.
"kok jadi mual-mual gini?" gumam Bulan.
Ajhar yang mendengar sang istri muntah-muntah pun segera ke kamar mandi.
"sayang, kamu kenapa?" tanya Ajhar lembut.
"gak mas, cuman mual aja" jar Bulan kemudian membasuh mulutnya.
"apa kamu hamil?" tanya Ajhar.

Setelahnya, Ajhar bergegas menuju apotek untuk membeli tastpack.

"sayang coba kita cek dulu ya" jar Ajhar sembari menyerahkan tastpack.

"mas, aku hamil!" jar Bulan gembira.
"Alhamdulillah, selamat sayang" jar Ajhar kemudian memeluk sang istri.
"jangan kecapean ya, dan kayaknya kamu gak boleh minum obat kamu rutin" jar Ajhar lesu.
"mas, aku kan bisa minum obatnya waktu sakitnya muncul aja" jawab Bulan sembari memeluk sang suami.

.

.

.

.

.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Kini kandungan Bulan menginjak lima bulan, yang artinya tak lama lagi Bulan dan Ajhar akan menjadi orang tua.

Tapi bukan itu yang Ajhar tunggu, melainkan ia mengkhawatirkan sang istri saat melahirkan nanti.

"mas, kok gak dimakan?" jar Bulan saat melihat sang suami melamun.
"oh, iya sayang" jar Ajhar kemudian memakanan yang ada di dalam piringnya.

Selesai makan, mereka membersihkan meja makan bersama.
Hingga saat Bulan ingin memberikan gelas untuk dicuci oleh suami terlepas dari gengaman Bulan.

Prank!

Ia pikir hanya gelas yang terjatu dan pecah. Tapi dugaan itu salah beasr, ketika ia berbalik dan melihat keadaan istrinya yang sudah pingsan.

"sayang!" teriak Ajhar. Ia pun segera membawa sang istri menuju mobil dan membawanya ke rumah sakit.

Di rumah sakit.......

"bagaimana keadaannya dok?" tanya Ajhar.

"begini pak, istri bapak memiliki penyakit berbahaya, dan terjadi benturan di perutnya. Tapi terjadi pendarahan tadi, untunglah kami bisa tangani. Menurut hasil pemeriksaan ibu Bulan tidak bisa mempertahankan kandungannya lebih lama" ucapan dokter terhenti karena merasa tak tega dengan keadaan Ajhar, tapi ia harus tetap memberi tahu kondisi pasiennya ini.
"karena kanker yang diderita oleh ibu Bulan sudah stadium 4, dan jika ingin menyelamatkannya adalah dengan menggugurkan kandungannya" jelas dokter tersebut.

"kami akan bicarakan lagi, terimakasih dok" jar Ajhar.

Ia pun menunggu istrinya sadar.
"sayang, kamu kenapa?" jar Bulan yang baru sadar.
"kata dokter, kandungan kamu harus digugurin" jawab Ajhar.

"gak, aku gak mau. Ini anak pertama kita, biarin aku mengandung dia sampai saatnya nanti dia lahir" tolak Bulan.
"tapi aku gak mau kehilangan kamu" jar Ajhar.

"mas, aku gak bakal kemana-mana, aku pasti ada di dekat kamu terus" jawab Bulan lembut.

Setelah melakukan pemeriksaan tadi mereka pun pulang.

"kamu istirahat aja, biar aku yang masak" tegas Ajhar pada Bulan.
"iya mas" jawab Bulan.

Saat di kamar Bulan menulis diary.

Mas kalau kamu liahat tulisan ini, berarti aku udah gak ada lagi, dan aku mohon jangan benci anak kita. Sayangi dia, jangan kasar sama dia, dan aku harap kamu bisa nemuin pendamping hidup yang lebih baik dari aku.

Tepat selesai menulis, darah segar menetes dari hidung Bulan.
Bulan segera menyumbatkan tisu di hidungnya.
'maaf mas, tapi aku udah gak minum obat itu lagi, jauh bahkan sebelum aku hamil' batin Bulan.

Alhamdulillah bisa up!
Makin gaje kh? Maaf ya, tapi ini udah mau ending guys 😁

Jangan lupa voment!

See you!

Sahabat Sampai Menikah  ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang