Assalamualaikum,malam pren. Yuk, sini, siapa yang kangen Raihan? Tombol bintang nya jangan lupa.
Marsha masih mencoba mencari akun media sosial lelaki itu. Ia mengirim pesan di semua media sosialnya. Tak ada balasan dari salah satu pesan yang ia kirimkan. Kondisinya sangat lemah saat ini, ia dibebani banyak pikiran. Ditambah nafsu makannya yang menurun drastis yang membuatnya semakin lelah ialah, ia selalu pusing dan mual setiap harinya. Banyak yang menanyakan kabarnya lewat grup chat sekolahnya. Marsha langsung keluar dari semua grup sekolahnya, karena ia sudah pasti selanjutnya tidak masuk sekolah. Ia tak mau gosipnya tersebar satu sekolah.Seseorang mengetuk pintu dari luar rumahnya. Marsha melihat dari jendela kamarnya. Ia menyipitkan matanya, melihat orang berseragam datang ke rumahnya.
Marsha keluar dari kamarnya, mengintip siapa tamu yang datang. Ketika mendengar salamnya saat masuk ke dalam rumah, ia tahu siapa, itu adalah guru BK nya. Marsha tetap berdiri di depan kamarnya, menguping pembicaraan guru BK dan orang tuanya dari lantai atas.
Mama Marsha menyuruh ikut turun ke lantai bawah untuk menemui guru BK nya juga.“Begini, ibu, dan Marsha. Saya Nia, selaku guru BK ananda Marsha, membawa surat dari sekolah.” Bu Nia menyodorkan kertas tersebut. Melisa-mama Marsha membuka surat tersebut, ia sudah menduga putrinya akan dikeluarkan dari sekolah.
“Apa ananda Raihan juga dikeluarkan dari sekolah ya, Bu?” tanya Melisa.
“Tidak Bu, ananda Raihan akan dikeluarkan dari sekolah, namun di skros beberapa minggu oleh pihak sekolah,” jawabnya singkat.
“Loh, Bu, bukannya itu tidak adil. Kalau anak saya di keluarkan, seharusnya dia juga dikeluarkan. Yang hamil anak saya saja dikeluarkan, kenapa dia yang menghamili anak saya tidak dikeluarkan. Kenapa di sini hanya anak saya yang terkena imbasnya!” protes Melisa.
Marsha hanya diam merunduk, ia hanya mampu mengeluarkannya air mata.
“Raihan dan Marsha sama-sama terkena imbas Bu. Baik, saya ke sini hanya ingin memberikan surat tersebut. Terimakasih atas waktunya, saya pamit Bu,” pamit Bu Nia.
Emosi masih membara di tubuh Melisa. “Marsha! Kamu diem aja? Kamu harus minta tanggung jawab sama Raihan! Suruh dia cepet nikahi kamu! Kamu gak malu apa, kalau nanti banyak yang gosipin kamu? Gak malu kamu sama temen kamu, tetangga!” bentak Melisa.
Marsha langsung lari menuju lantai atas dan menutup keras pintu kamarnya. Di dalam kamar, ia mengotak-atik gawainya. Dari tadi ia mengetikkan sebuah pesan untuk Raihan namun ia hapus kembali. Marsha merasa ragu untuk mengirim pesan pada Raihan, hingga akhirnya tidak jadi mengirim pesan.
°°°
Sejak dari tadi pagi, Raihan kebanyakan melamun. Laki-laki itu memikirkan seseorang juga ke depannya. Satu nama gadis yang sedari tadi memenuhi isi kepalanya. Akankah gadis yang ia cintai masih mau dengannya, setelah ada gosip tersebut. Raihan takut gadis tersebut sudah tidak menginginkannya lagi. Di sepertiga malam, Raihan selalu berdoa untuk diberikan jalan petunjuk agar semua masalahnya cepat selesai.
“Gue gak mau kalau sampai menikah sama dia, bukan dia yang ku mau Ya Allah,” monolognya dengan mengusap wajahnya kasar.
°°°
Alda membanting tubuh ke atas kasur miliknya. Ingin sekali rasanya ia menanyakan sebuah kabar kepada seorang lelaki yang ia dambakan. Dirinya sering berbicara pada Sang Kuasa dalam hati. ‘Setiap manusia memang tak pernah tahu bagaimana takdirnya. Aku juga tidak bisa memaksakan seseorang untuk menjadi takdirku. Akan tetapi, aku hanya berusaha dan berharap dirinya menjadi seorang imamku di masa depan. Jika memang dia yang terbaik maka dekatkanlah, jika bukan jauhkanlah. Jangan biarkan hatiku terlalu berharap pada seorang jambu Ya Rabb.’
KAMU SEDANG MEMBACA
CUKUP DI LAUHULMAHFUZ(SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja" Selalu menyebut namanya di Lauhul Mahfudzahfudz ku, adalah caraku mencintainya dalam diam." ~Alda~ "Cukup mencintai dan tak berharap lebih untuk memilikinya." ~Zahwa~ Start: 19 Agustus 2021 End: 5 September 2021 Tambahin ke perpus kalian ya gais...